Seseorang yang Pernah dirindukan [SPd] - 16

2.1K 99 9
                                    

Suara ribut diluar ruangan membuatku terbangun dan merasakan sakit yang sangat hebat dibagian belakang kepalaku.

"Ana sudah bangun?" Suara ka Dini membuatku mengalihkan pandanganku kepadanya.

"Ka..." Gumamku. Ka Dini memberiku segelas air mineral, "Ada apa?" Tanyaku lagi ketika aku sudah merasa lebih baik.

Tak ada jawaban dari ka Dini, "ada apa ka?" Tanyaku lagi. Ka Dini memelukku dengan sangat erat, ia terisak perlahan. Aku yang tak mengerti dengan situasi ini merasa sangat kebingungan. "Kenapa?" Tanyaku lagi.

"Raina sudah pulang" gumam ka Dini masih didalam pelukku.

Raina pulang? Oh mungkin karena luka dia yang sangat parah jadi dia dipulangkan, tapi kenapa ka Dini malah sedih? Bukannya bagus kalo Raina pulang?

"Ya kenapa Kaka nangis kalo Raina pulang ka?" Kataku heran. "Kan dia bisa diobati dengan lebih baik nan...." Ucapanku terhenti ketika melihat banyak orang merengkuh tubuh Raina yang seolah tak berdaya kedalam bilik samping rumah.

Aku melepaskan pelukan ka Dini, "itu?.." ka Dini mengangguk membenarkan apa yang akan aku tanyakan.

"Ga mungkin, tadi malam dia baik-baik aja kan? Kenapa sekarang?" Aku berlari menghampiri ambulan itu. "RAI!!!!" Teriakku.

"RAINA!!!!!" Teriakku lagi, ketika aku hampir mendekati Raina seseorang menarikku kedalam dekapannya. "Lepasin! Raina kamu ga mungkin....."

***

Author's POV

Ana menangis sejadi-jadinya didalam pelukan Wira, entah sudah berapa puluh pukulan yang dilayangkan ke dada bidang Wira, Wira tetap merengkuh badan kecil Ana didalam dekapannya.

"Ga Mungkin!!!!" Jeritnya histeris berulang kali.

"Shh semuanya bakal baik-baik saja" bisik Wira ditelinga Ana. "Semuanya bakal baik-baik aja" ucapnya lagi sehingga membuat tangis histeris Ana perlahan berhenti sampai pada akhirnya Ana terkulai lemas masih didalam pelukan Wira.

Dini berlari ke arah Wira ketika tahu Ana tiba-tiba pingsan,

"Biar saya pindahkan dulu" ucap Wira sembari menggendong tubuh Ana menuju rumah kepala suku. "Dia lelah dan sepertinya kaget juga" terang Wira kepada Dini tanpa melepaskan tatapannya dari Ana.

"Biar saya periksa dulu" ucap Dini, Wira bergerak mundur bermaksud agar mempermudah Dini untuk memeriksa Ana. Dini mulai memeriksa keadaan Ana yang tertidur dengan wajah pucatnya dan beralih ke arah Wira yang daritadi masih menatap Ana dengan tatapan khawatir.

"Dia hanya butuh istirahat sebentar" ucap Dini pelan. Wira mengangguk kemudian mengelus puncak kepala Ana pelan sebelum keluar meninggalkan Ana dan Dini.

"Tunggu" Dini menahan tangan Wira ketika ia sudah berada 1 meter dekat pintu keluar.

"Ada apa?" Tanya Wira dingin.

"Orang itu...." Dini meremas ujung kemejanya "Ana kan?" Lanjutnya.

Tanpa membalas pertanyaan Dini, Wira melepaskan tangan Dini dari lengannya dan langsung keluar tanpa mengucapkan apapun.

Dini terduduk dilantai, meskipun Wira tak menjawab pertanyaan Dini, ia tau bahwa jawaban dari pertanyaannya adalah iya.

"Jadi selama ini orang yang pernah kamu rindukan itu adalah Ana" Gumam Dini tertunduk. "Kenapa mesti dia wir...." Dini mulai terisak pelan.

***

<Flashback 4 tahun lalu>

"Darimana?" Dini berbicara kepada sang kekasih didepan telpon genggamnya.

Aku, Kamu dan NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang