Pesona Saga [PS] - 14

2K 96 1
                                    

Disana, dibawah kakiku ada 2 ekor ular berbisa yang nyaris aku injak.

Jadi, sebenarnya kekacauan yang terjadi saat ini disebabkan oleh ular berbisa.
Ya, 5 orang temanku digigit ular berbisa. Salah satu diantaranya adalah ka Dini, setelah ia berteriak memperingatkanku ternyata ia tak melihat ular yang berada di sisi kirinya sehingga ia tak bisa menghindari gigitan ular itu.

Untungnya beberapa meter didepan ada sebuah tempat luas yang memungkinkan dijadikan sebagai tempat perlindungan sementara bagi kami.

Aku membopong ka Dini menuju tempat itu, setelah mendudukkan ka Dini aku mengedarkan pandanganku ke arah sekitar. Ka Reihan sedang sibuk mengobati Piang, ka Burhan sedang sibuk mengobati luka Reina dan yang lain sibuk membantu teman-teman yang tergigit lainnya.

"Ko bisa banyak yang kena gigit ular gini sih ka? Emang treknya se bahaya ini ya?" Tanyaku kepada ka Saga.

Ka Saga yang sedang membalut tangan Jordan menyaut. "Aman ko, tapi kayaknya lagi musim ular bertelur jadinya kaya gini"

"Ana!! Sini!!" Kata ka Reihan,

Setelah situasi dapat diatasi, kami ber 13 memutuskan untuk istirahat sejenak sambil menunggu bantuan dari Andi dan Febrian yang sedang mencari posko bantuan.

"Minum dulu" kata ka Saga memberikan botol minuman kearahku,

"Ah, thanks" kataku menerima minum itu.

"Sulit ya?" Tanya ka Saga sambil duduk di sampingku. Aku membalasnya dengan senyuman kecil. "Ya beginilah menjadi seorang relawan itu ga mudah, betul?" Kata kata Saga.

Aku mengangguk pelan, entah mengapa jika ka Saga mengajakku berbicara aku tak bisa mengeluarkan sepatah kata apapun. Seolah mulutku terkunci dan mataku terhipnotis oleh mata tajam yang dimiliki ka Saga.

Ka Saga ini adalah seniorku di kampus, ia sudah lulus 2 tahun yang lalu dia juga yang mengenalkan ku kepada komunitas mengajar ini meskipun begitu aku sama sekali tidak bisa bersikap seperti biasa jika dihadapan ka Saga, seperti....entahlah susah dijelaskan dengan kata-kata.

"Ga, hari semakin sore. Kita bermalam disini aja apa gimana?" Tanya ka Rahul kepada ka Saga.

"Iya kayaknya, tapi kita bagi tugas buat bikin api unggun sama bikin tenda" kata ka Saga. Ia berdiri dan kemudian menghampiri ka Burhan yang sedang berdiskusi dengan teman-teman yang lain.

Aku memperhatikan punggung ka Saga, punggung yang kecil untuk ukuran laki-laki dengan tinggi 175cm. Rambut pendeknya yang hitam terlihat cocok dengannya, sorot mata tajam, serta rahang yang tegas membuatnya terlihat tampan dari sisi manapun. Tak heran jika dulu ia dijuluki dengan sebutan 'don juan kampus' oleh teman-temannya.

"Apa aku berhenti saja bermimpi untuk menjadi istri seorang tentara dan beralih kepada istri seorang guru olahraga?" Gumamku pelan.

Ka Saga tiba-tiba berjalan ke arahku, membuatku kaget setengah mati. "Apa tadi ka Saga dengar apa yang aku bicarakan?" Tanyaku dalam hati. Mati aku.

"An, kamu ga keberatan kalau kita bermalam disini?" Tanya ka Saga lembut.

"Tuh kan, mana bisa nolak pesona ka Saga yang begitu mematikan ini" rancauku dalam hati.

"An?" Kata ka Saga mengibaskan tangannya didepan wajahku. "Jangan ngelamun hey" lanjutnya.

Aku tersentak, kemudian tersenyum malu seperti orang bodoh.

"Kamu keberatan ga kalo kita bermalam disini?" Tanyanya lagi dengan senyuman yang tak lepas dari sudut bibirnya.

"Eh? Kenapa?" Tanyaku.

"Sepertinya untuk menempuh perjalanan selanjutnya tidak dimungkinkan, karena yaa kamu lihat sendiri" ucap ka Saga sambil mengedarkan pandangannya. "Semuanya lelah, terlebih ada yang sakit juga kan" lanjutnya.

"Ah oke, baiklah" ucapku sambil meringis.

Ka Saga mengelus puncak kepalaku sambil tersenyum, "Oke, silahkan lanjutkan istirahatnya" lanjutnya sambil berjalan menjauhiku.

Deg...deg...deg...deg

Jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya,

Kenapa?

Ka Saga cuma ngelus puncak kepala doang kan? Ka Radit juga sering ko, Tapi....

"Pesona Saga emang luar biasa ya An. Sampai-sampai aku yang dari tadi disini aja kamu ga sadar" celetuk seseorang di belakangku. Aku menoleh dan mendapati ka Dini yang sedang tersenyum kecil dengan wajah lelahnya.

"U-udah bangun ka? Kirain masih tidur" kataku mengalihkan pembicaraan.

"Hahaha, kamu kalo lagi salah tingkah lucu juga ya An. Pantes dia suka" kata ka Dini.

"Ih apaan sih ka, siapa yang salah tingkah" kataku mengelak.

Kami memutuskan untuk bermalam di sini, karena perempuan yang 'baik-baik saja' hanya aku dan salsa, kami berdua ditugaskan untuk menyediakan makanan yang akan dikonsumsi oleh kita semua.

"Untung bakat masak mama diturunin ke aku" ucapku dalam hati sambil memotong kol yang akan disajikan dengan mie instan.

Ka Saga, ka Burhan, ka Reihan, Ka Bayu, ka Rahul dan Salman membuat api unggun serta tenda untuk tidur sedangkan ka Dini, Piang, Jordan, Rohan dan Raina memulihkan tenaganya selepas digigit ular tadi.

Tak butuh waktu lama, kami semua menyelesaikan tugas kami masing-masing dan kami berkumpul melingkar di samping api unggun untuk menyantap mie instan yang sudah aku dan Salsa buat. Kami ber 13 menikmati makanan dengan khidmat, tak ada satupun dari kami yang berbicara ketika sedang makan, mungkin karena lelah?
Setelah selesai makan, kami mengambil air wudhu untuk melaksanakan solat berjamaah.

***

"Karena tendanya cuma ada 2, dan ga mungkin banget kan kita ber 13 tidur di tenda 2 ini jadi yang satu tenda buat perempuan dan satunya lagi buat laki-laki yang sakit oke?" Ka Burhan membuka pembicaraan.

"Bang, aku mau tidur di dalem tenda ya? Soalnya alergi dingin aku bang" kata Salman.

"Iyaa" ucap ka Burhan. "Yaudah sekarang siap-siap istirahat, besok kita harus jalan lagi beberapa kilometer lagi." Tutup ka Burhan.

Setelah itu, sesuai arahan ka Burhan para perempuan langsung melakukan ritual sebelum tidur dan bersiap-siap untuk istirahat.
Setelah semuanya masuk dalam tenda aku merasa sangat gerah, mungkin karena banyak orang dan ini tendanya sangat kecil dan gelap. Aku bukan takut gelap, hanya saja merasa sesak jika berada disebuah tempat yang gelap. Akhirnya aku memutuskan untuk keluar tenda sejenak, siapa tau setelah itu aku bisa tidur.Aku mengenakan jaket merahku serta meraih senter dan bergegas keluar dari tenda.

***

"An, bangun An" seseorang menepuk lembut puncak kepalaku. "An, ayo bangun" ucapnya lagi.

Aku mengerjapkan mataku berulang kali, aku melihat ka Saga sedang berdiri di hadapanku dengan pakaian formalnya.

"Ka Saga?!" Kataku kaget.

"Ayo An, kasian itu temen-temen pada nunggu mempelai wanitanya, Masa kamu malah tidur. Pasti mimpi itu lagi ya?" Katanya sambil tersenyum lebar.

Aku yang bingung langsung menatap tubuhku yang dibalut oleh gaun putih yang sangat cantik di depan cermin.

"Ka kita nikah?" Tanyaku masih takjub.

"Ya, kita sudah nikah" ka Saga merangkul pinggang ku sehingga aku tertarik kepelukannya. "Kamu istriku sayang" ucapnya sambil mendekatkan hidungnya dengan hidungku.

Aku mengerjapkan mata berkali-kali,

Apa?

Aku istrinya ka Saga?

Masih dengan senyum tampannya dia mendekatkan wajahnya dengan wajahku kemudian...

***

Vote and Comments jangan lupa teman-teman😘

Aku, Kamu dan NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang