Pengakuan? [P] - 18

2.1K 115 2
                                    

Wira's POV

"Wir, ku perhatikan kau daritadi liatin mba Ana terus. Kenapa??" Bang Heru yang sedang menyesap kopinya datang menghampiriku,

Kami sekarang sedang 'mengawal' para relawan yang akan mengajar dan mengadakan pemeriksaan gratis di desa yang sedang kami jaga 1 tahun terakhir ini, salah satu relawan yang datang ialah masa lalu indah dan burukku.

"Hey malah ngelamun kau" bang Heru menyenggolku pelan.

"Ah? Maaf bang, saya sedang bingung" Jawabku.

"Kenapa kau? memikirkan mantanmu itu?" tanya bang Heru, ya aku sudah menceritakan semua ceritaku kepada bang Heru tentang Dini, mantanku. Ya, dia mantanku yang membuatku menjatuhkan hati untuk yang kedua kali kepada Ana. "Sudah lah, bicarakan baik-baik. Kalian itu hanya sedang menyakiti satu sama lain, kau tau?" lanjut bang Heru.

"Sudah tidak ada yang bisa kita bicarakan bang..."

"Sudah tidak ada bagaimana kau ini, pengecut sekali. Kau bilang terakhir berpisah dengan mantanmu kau pergi gitu saja. Apa itu namanya bukan pengecut" kalimat bang heru menjadi tamparan keras bagiku. Aku paham sekarang, mengapa perasaanku sejak beberapa tahun terakhir ini masih saja gelisah....

"Terimakasih bang" gumamku pelan.

"Hah apa?" Aku membalasnya dengan senyum kecil dan pamit untuk menghampiri Ana yang sedang kesulitan membawa kantok keresek besar dikedua tangannya. 

"Mau saya bantu" kataku kepada Ana, dia menoleh kearahku dengan wajah polosnya.

Gemas, ucapku dalam hati.

"Eh? Uh boleh hehehe" ia menjawab dengan senyum kecil diwajahnya. Aku bergegas mengambil dua kantong besar dari tangan Ana dan berjalan berdampingan, tak kusangka seulas senyuman muncul diwajahku.

"Apa kabar mas?" tanya Ana tiba-tiba membuat senyuman tadi hilang.

"Kamu ingat saya?" tanyaku penasaran. Ia tertawa kecil. "Seriusan saya bertanya." Tanyaku karena merasa tidak mendapat jawaban yang pasti. 

Dia berhenti tertawa dan menatapku dengan tatapan yang sulit kumengerti "Inget lah, temennya mas wirya kan? yang di Akmil" Jawabnya.

Aku mengentikan langkahku. "Ya," Jawabku terkekeh, ia ikut terkekeh.

"Aku kira mas ga inget aku" ucapnya.

Mana mungkin, batinku.

"Habisnya waktu pertama ketemu, tatapan mas kaya tatapan apa gitu hehe" Lanjutnya.

"Saya ingat ko," Jawabku singkat.

***

Setelah percakapan hari itu aku dan Ana semakin dekat, kami pernah sesekali bertemu dengan sengaja dikebun yang tak jauh dari basecamp hanya untuk sekedar berbicara dan menceritakan hal-hal baru yang aku dan dia alami di desa ini atau menceritakan apapun seperti saat ini,

"Mas ko belom nikah sih? Mas Wirya aja udah punya anak loh, lucu hehe" katanya berseri-seri. 

Entah sejak kapan aku berperilaku seperti saat ini, tersenyum bodoh dihadapan seorang wanita. Hey, kau ini prajurit TNI, mengapa tersenyum seperti itu dihadapan seorang wanita. batinku seolah berbicara kepada diriku, tapi aku tak peduli. Asalkan berada disisinya duniaku merasa lebih baik.

"Mas? ko ngelamun." Ana membuyarkan lamunanku.

"Ah? ehehe Maaf" kataku tersenyum lagi seperti orang bodoh.

"Katanya mas mantan pacar ka Dini ya?" celetuk Ana yang membuat senyuman diwajahku hilang. 

"Iya" Jawabku singkat.

Aku, Kamu dan NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang