"Muel kenapa?" Tanya Ana sambil mengubah posisi menjadi duduk ketika Samuel tiba-tiba mendorong, lebih tepat mendobrak pintu kamar Ana dengan sangat kencang. Samuel langsung duduk dipinggiran kasur Ana dan menatap kakak perempuan satu-satunya itu dengan hati-hati. "Kenapa? beritahu kaka?" Tanya Ana lembut.
"Tadi muel ketemu ichan di supermarket, kaka tau ichan kan?" Tanya samuel yang dibalas anggukan pelan oleh Ana. "Tadi Ichan dari rumahnya Tama, terus dia bilang..." Ada jeda cukup lama sebelum akhirnya perkataan Samuel membuat sesuatu yang ditakuti oleh Ana terjadi.
"Bang Wira didatangi oleh wanita kerumahnya....dan wanita itu sepertinya sedang mengandung"
Bahu Ana melemas ketika mendengar sederetan kalimat yang samuel ucapkan, untungnya Samuel langsung menahan tubuh Ana agar tidak ambruk kelantai. Ana tertawa miris sambil menatap adiknya tidak percaya.
"Kamu salah lihat kali....itu mungkin temennya tama...iya temannya tama" Ucap Ana disela-sela isakan pelannya. Samuel menggeleng pelan sambil menempatkan badan Ana diatas kasurnya lagi.
"Kalo itu teman Tama, samuel dan Ichan pun akan mengenalinya ka." Jawab Samuel hati-hati
Ana langsung berdiri dari posisinya dan mengambil jaket merah muda kesukaannya sambil berjalan keluar kamar,
"Kaka mau kemana?" Samuel menahan pergelangan Ana ketika Ana akan keluar kamarnya. Ana yang kebingungan hanya diam dan menatap kosong hadapannya. "Biar samuel antar ya ka"
Setelah mengatakan itu Samuel dan Ana sekarang berada di mobil Samuel untuk mencari keberadaan Wira. Entah mengapa firasat Ana mengatakan bahwa ia harus menuju ke Restaurant favoritenya dan Wira, meskipun pada akhirnya itu akan menyakitkan bagi Ana untuk menerima kenyataan bahwa dihari spesialnya Wira berada ditempat favoritenya dengan wanita lain.
Selama perjalanan Samuel meyakinkan Ana bahwa Wira bukan orang yang seperti itu tapi tetap saja Ana hanya berkecamuk dengan pikiran-pikirannya sendiri.
Ketika mereka sampai Ana disuguhi pemandangan tidak enak, didepannya Wira sedang menatap kearah perempuan yang tengah hamil 24 bulan itu dengan tatapan khawatir."Ra..."
"Mas...."
******************
Kini mereka berempat; Wira, Ana, Samuel dan Tiara sedang berada disebuah coffe shop tak jauh dari restaurant favorite Wira dan Ana.
"Mba Ana maaf telah membuat mba salah paham dan juga membuat mba dan Wira membatalkan janji di hari spesial kalian..." ada jeda cukup lama ketika Tiara menceritakan semua kisah yang dialaminya dari mulai keberangkatannya kebandung dan menemui Wira hingga beberapa menit yang lalu.
Selama penjelasan Tiara, Ana hanya tertunduk merutuki dirinya karena terlah menuduh Wira yang tidak-tidak. Digenggamnya erat jari-jari Ana oleh Wira yang masih menatap khawatir kepada Ana, berusaha memberitahu bahwa semuanya akan baik-baik saja, bagi dia, bagi Ana dan bagi hubungannya.
"Maaf mas...Ana terlalu marah tadi" Akhirnya Ana mengucapkan sederetan kalimat yang membuat ketiga insan dihadapannya menghela nafas lega.
"Ah, syukurlah. Mas kira kamu akan diam seperti manekin saja dari tadi" Canda Wira yang dibalas senyuman tipis oleh Ana. Ana menoleh kearah Tiara.
"Mba ara" Ana melepas pelan genggaman tangan Wira dan beralih memfokuskan tatapannya kearah Tiara, "Sekarang akan kemana? sudah dapat tempat untuk tidur malam ini?" Tanya Ana kembali seceria biasanya.
Tiara yang kebingungan dengan perubahan perilaku Ana hanya tersenyum tipis sambil melihat kearah Ana, "Entahlah, mungkin di hotel sekitaran sini mba"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kamu dan Negara
Novela JuvenilKisah seorang Farida Kirana gadis bumi pasundan yang memiliki cita-cita unik; Menikahi seorang pengabdi negara yang mengantarkannya bertemu dengan bermacam-macam pria yang berprofesi sebagai abdi negara, tapi anehnya dari sekian banyak abdi negara r...