Rindu dan Benci [RnB] - 11

2.2K 107 1
                                    

Selepas sore itu aku memutuskan hubungan dengan Bagus, Keyra bahkan Bunda. Aku berfikir lebih baik aku melupakan segala sesuatu tentang Bagus, karena segala hal yang mengingatkanku tentannya meskipun kenangan manis sekalipun akan meninggalkan sebuah luka.

"Udah elah, kalo kamu gini terus. Mewek, gamau makan, diem dikamar semuanya gaakan selesai-selesai. Skripsi ga beres, kisah hidup kamu stuck di satu orang, badan kamu sedikit demi sedikit lemah, ka....."

"Stop ka! Ana lagi gamau diceramahin" kataku memotong ucapan ka Radit yang beberapa bulan ini menjadi dokter pribadiku karena aku mogok makan yang mengakibatkanku sakit dan berat badanku turun lumayan banyak.

"Kamu ini, kaka itu sayang sama kamu. Ibu sama Ayah mohon2 minta sama kaka buat bikin kamu kembali kekeadaan semula. Tapi kenyataannya apa? kaka gabisa, sehebat-hebatnya kakak bisa nyembuhin orang lain tapi kaka merasa gagal. Karena nyembuhin adik sendiri aja kaka gabisa, lagian kaka itu bukan dokter cinta An" kali ini aku mulai diam sambil mendengarkan ocehan ka radit. "Apa kamu gasayang sama kita? iya? kamu lebih mentingin diri kamu sendiri sedangkan kita yang berhari-hari tersiksa melihat kamu seperti ini kamu abaikan?" lanjut ka Radit.

ka radit yang biasanya hanya diam saja tidak banyak bicara kini ia paling cerewet dan menurutku itu lebih baik.

"Semuanya harus berjalan seperti semula An, ya meskipun gaakan sama banget setidaknya kamu berusaha bangkit. Emang kalo kamu kaya gini terus dia bakal balik lagi sama kamu? terus skripsi, bisa selesai sendiri gitu? kan engga" kak radit masih ngoceh dan aku masih diam dibalik selimut merahku. "Gini deh, kalo kamu sama sekali gamau dengerin apa kata kaka. Apa iya kaka harus seret dia kesini?" pertanyaan ka Radit membuatku terbelalak.

"Jangan!!!!" Teriakku.

"Nah udah bisa teriakkan, berarti udah sembuh hehe" kini ka Radit tertawa garing. Aku menatapnya kesal. "Kamu harus bangkit An, bukan untuk siapapun tapi untuk kamu sendiri. Kamu buktiin sama dia khususnya kalau kamu mampu hidup tanpa dia, kalo dia bakal nyesel udah ngelepas orang seberharga kamu, hmm?" ka radit menyenggolku pelan.

Ada benarnya apa yang dikatakan ka radit, aku harus bangkit dan buktiin sama mereka kalo aku bukan perempuan yang lemah. Kamu pasti bisa An, Harus bisa!!!! teriakku dalam hati.

Keesokan harinya setelah aku merasa lebih baik, aku memutuskan untuk memotong rambutku sepanjang bahu (Foto ada dibawah). Aku memutuskan untuk melangkah dan merajut masa depanku kembali, Aku akan dan harus melupakan dia;sebuah kenangan yang pedih.

 Aku memutuskan untuk melangkah dan merajut masa depanku kembali, Aku akan dan harus melupakan dia;sebuah kenangan yang pedih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Satu tahu berlalu,

Hari ini adalah hari yang kutunggu-tunggu, Sidang skripsi. Ya, setelah menempuh perjalan panjang tahun lalu kini aku berhasil merampungkan skripsiku dan akan mempersentasikannya di depan bapa ibu dosen tercinta sebentar lagi. Aku terus menerus menguatkan hati agar nanti saat pelaksanaan bisa berjalan dengan lancar dan mulus.

"Farida Kirana" seseorang memanggil namaku yang artinya sekarang adalah giliranku masuk, aku berdoa sebentar setelah itu masuk kedalam ruangan dengan nyali yang ditata sedemikian rupa.

Author's POV

Diluar gedung tempat Ana melakukan sidang skripsi sudah banyak orang-orang yang berkumpul untuk memberikan kejutan kepada Ana. Seperti Ayahnya, Ibunya, Radit, Yoan;Calon Istri Radit, Samuel, Tama, Sani;Istri Wirya, Rendra;Anak Wirya&Sani, beberapa teman yang dekat dengan Ana, dan Bunda Eli.

"Saya masih merasa tidak enak berada disekitar kalian" Bunda Eli membuka pembicaraan.

"Gapapa mba, saya lebih lega kalau mba datang hari ini. Ana sudah banyak mengalami hal mengerikan tahun lalu, saya ingin hubungan antara mba dan Ana tidak berhenti karena permasalahan sepele" Rossa;Ibu Ana, memeluk Bunda Eli dengan Erat. "Saya yakin mba merindukan Ana, Ana pun sama mba dia kangen sama mba" Rossa tersenyum hangat yang dibalas anggukan kepala dan senyum dari Bunda Eli.

"Saya minta maaf atas apa yang anak saya perbuat..."

"Sudah mba, Kami justru berterimakasih karena berkat masalah itu Ana kini bersikap lebih dewasa" kini giliran Roy; Ayah Ana yang menimpali ucapan Bunda Eli.

Setelah suasana mencair semua orang larut dalam percakapannya masing-masing sehingga tidak menyadari bahwa Ana sudah menatap meraka dari jarak 150 M di depan.

Ana's POV

Aku mendengar suara tawa yang tidak asing ketika aku baru menyelsaikan persentasiku, dan kalian tau? Aku Lulus!!!! Yeayyy~
Aku berjalan keluar ruangan dan disana 150 M di hadapanku ada sekelompok orang yang sudah tidak asing bagiku sedang bercengkrama dan disana ada seseorang yang sangat aku rindukan beberapa bulan terakhir ini. Ya, Bunda Eli. Aku sangat merindukannya, terkecuali dari masalah yang diperbuat anaknya aku tetap menganggap bunda Eli sebagai bundaku.

Aku berjalan kearah mereka yang sibuk dengan canda tawanya, Aku tersenyum kecil dan...

"Oh! Ka Ana!" Teriak Tama ketika melihatku berjalan kearah mereka. Dengan serentak semua orang mengikuti arah pandangan Tama.

"Apa? Aku daritadi dicuekin ya hmmm" candaku berlari kearah mereka.

"Yah gimana sih, gagal kan ngasih kejutannya" kata ka Radit kepada samuel.

"Ya abang malah ngajakin ngobrol jadi kan lupa tujuan utamanya." bela samuel.

"Kenapa jadi abang, ayah tuh daritadi gosip mulu" ka radit menyalahkan Ayah.

"Loh kok jadi ayah?"

"Udah udah, cukup membuatku terkejut ko. ga sepenuhnya gagal" Ucapku. "Hmmm kira-kira 45% berhasil?" lanjutku yang dibalas gelak tawa oleh yang lain. Tawaku berhenti ketika melihat Bunda tersenyum sambil menatapku, aku menunduk sebentar kemudian berjalan ke arah Bunda dengan senyum lebar yang ada dibibirku.

"Selamat ya sayang" ucap bunda dengan suara yang bergetar. Aku mengangguk dan mencium tangan bunda, sedetik kemudian bunda memeluk tubuhku dengan sangat erat. Aku melihat kearah Ayah dan Ibu, mereka mengangguk dan aku membalas pelukan bunda. "Bunda minta maaf sayang" lanjut bunda sambil terisak.

"Engga bun, bunda ga ngelakuin kesalahan apa-apa. Jadi gaada yang perlu Ana maafin" Kataku mengelus pundak Bunda lembut.

"Bunda salah karena bunda menghilang ketika kamu mengalami hal sulit nak," bunda melepaskan pelukannya dan menatapku penuh cinta. "Maafkan bunda ya" lanjutnya.

Aku mengangguk pelan, setetes air mata jatuh dipelupuk mataku dan aku bahagia hari ini.

***

Aku sama sekali tak mengharapkan informasi tentang kedua kenangan burukku;Bagus&Keyra, tetapi kemarin salah seorang kenalanku mengatakan kepadaku bahwa keyra pindah keyakinan. Dari situ aku sudah meyakini bahwa hubungan keyra dan bagus sudah berjalan menuju hubungan yang serius.

Entah mengapa, membayangkannya saja aku sudah merasa bahagia. Seolah mereka bukan lagi sebuah beban untukku, tetapi sebuah hubungan yang harus aku dukung. Dan aku sadar, bahwasanya rasa rinduku kepada Keyra lebih besar daripada rasa benciku kepadanya. Karena itu hari ini aku merencanakan perjalanan menuju Magelang, aku yakin saat ini Keyra sedang membutuhkan dukunganku karena tidak mudah bukan melepaskan sebuah keyakinan yang sudah lama diyakini keluarganya?

***

Vomments jangan lupa❤
Love you all

Aku, Kamu dan NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang