One Step Closer [OSC] - 20

2.2K 119 19
                                    

Wira's POV

Kejadian pagi tadi entah mengapa membuatku merasa sangat yakin bahwa Ana pun memiliki perasaan yang sama sepertiku.
Aku memandangi Ana yang sedang bermain dengan anak-anak didiknya, sesekali ia tertawa, membuat wajah cantiknya lebih berseri.
Pandangan kami bertemu, ia tersenyum dan melambaikan tangannya pelan kearahku. Aku membalas lambaian tangannya sambil berjalan kearahnya hingga panggilan bang Heru membuatku menghentikan langkahku.

"Wira!" Bang heru menghampiriku.

"Kenapa bang?" Tanyaku.

Ana's POV

Hari ini aku sedang bermain dengan anak-anak didikku yang berusia sekitar 8-12 tahun. Aku sedang bermain permainan sederhana sambil menunggu waktu istirahat selesai.

Aku mengedarkan pandanganku dan melihat mas Wiya yang duduk dibawah pohon rindang sambil menatapku, aku tersenyum kecil dan melambaikan tangan kearahnya. Ia membalas lambaian tanganku tapi tiba-tiba....

"Ibuuu" Seorang gadis kecil menarik ujung bajuku pelan. Aku menoleh kearahnya sambil berjongkok agar menyamai tingginya.

Nania namanya, gadis mungil bermata bulat dengan bulu mata lentik serta bibir mungil yang selalu menyunggingkan senyum polosnya ketika melihatku. Aku baru tahu beberapa hari yang lalu jika kedua orang tua Nania meninggalkannya di desa sendirian, karena waktu itu ia memiliki penyakit kulit yang serius. Tapi saat ini keadaan Nania jauh lebih baik dari kondisinya dahulu.

"Kenapa sayang?" Tanyaku mengamit lengan mungilnya.

Dia tersenyum kecil sambil memberikan selembar kertas kepadaku. Aku mengambil kertas itu dan memperhatikan coretan tangan Nania diatasnya.

"Ini ibu" ucap Nania menunjuk gambar perempuan mengenakan baju merah dan rambut sepanjang bahu, "Ini Nania" lanjutnya sambil menunjuk seorang anak kecil yang bergandengan dengan gambarku. "Kalo ini Om tentara" lanjutnya menunjuk gambar seorang lelaki dengan baju hijau serta topi dikepalanya.

"Om tentara?" Tanyaku penasaran. Ia mengangguk kecil, kemudian ia seperti sedang mencari sesuatu. "Ituu" ucapnya sambil menunjung mas Wira yang sedang berbicara dengan bang Heru.

"Nania kenal sama om tentara itu?" Tanyaku penasaran. Ia menjawabnya dengan anggukan kecil. "Dari mana?" Tanyaku.

"Wira yang nyelamatin Nania waktu mau disakitin orang tuanya" suara seseorang membuatku menoleh kearahnya. Ternyata disana ada ka Saga yang berdiri memperhatikan kami berdua. Aku berdiri dan menyuruh Nania bergabung dengan teman-teman yang lainnya.

"Sayang, gabung sama kaka-kakanya dulu ya nanti ibu nyusul" ucapku dibalas anggukan kecil Nania.

"Maksud kaka apa? Disakitin orang tuanya?" Tanyaku.

Ia menatap Nania yang sedang berlarian dengan teman seusianya, sebelum menceritakan pokok permasalahannya kepadaku. "Dulu waktu Nania berusia 3 tahun ia mengidap penyakit kulit akut yang butuh perawatan ekstra. Kedua orang tuanya tidak sanggup membayar biaya pengobatannya" ka Saga menjeda ceritanya sambil menatapku sekilas kemudian menatap kearah lain lagi "2 tahun awal waktu dia berumur 5 tahun kedua orang tuanya memutuskan untuk mengakhiri kehidupan Nania." Lanjutnya.

"Ko orang tuanya tega sih?" Potongku.

"Ya, mungkin karena mereka mikirnya lebih baik Nania meninggal daripada dia hidup menderita seperti waktu itu" Terang ka Saga.

Aku merasakan sakit mendengar cerita yang diutarakan ka Saga, tak habis fikir ada orang tua yang begitu tega kepada darah dagingnya.

"Waktu hari-h 'pengeksekusian'" lanjut ka Saga. "Wira yang emang baru beberapa hari bertugas sedang jalan-jalan disekitar rumah Nania, dia langsung menyelamatkan Nania dan keesokan harinya kedua orang tuanya pergi meninggalkan Nania tanpa meninggalkan apapun, hanya Nania dan baju yang dikenakannya saja"

Melihat mas Wira yang menyelamatkan ku tadi aku percaya sih bahwa dia akan melakukan hal apapun demi menyelamatkan nyawa seseorang.

"Sekarang Nania tinggal sama siapa?" Tanyaku.

"Sama sesepuh disini, tapi katanya dia bakal di adopsi sama orang jakarta" Jawab ka Saga.

"Di adopsi?" Tanyaku lagi. Ka Saga hanya mengangguk. "Aku kira adat disini tidak memperbolehkan pengadopsian"

"Dulu begitu, tapi kasus Nania beda. Dia diramalkan para tetua akan menjadi tokoh perubahan jadi ia harus diberikan pendidikan yang memadai. Jadi khusus Nania, ia boleh di adopsi" terang ka Saga.

"Bukan karena penyakit kulitnya kan?" Tanyaku penuh selidik.

"Kurang paham" ka Saga mengedikkan bahunya.

Aku menghembuskan nafas pelan, "Semoga itu yang terbaik buat dia. Gadis cantik dan pintar sepertia Nania berhak bahagia" gumamku.

"Sama sepertimu An, kamu juga berhak bahagia"

Author's POV

"Sama sepertimu An, kamu juga berhak bahagia" Wira berbisik pelan di samping telinga Ana.

Ana terkejut kemudian secara reflek ia menengokkan kepalanya ke arah Wira.

"Mas Wira!" Seru Ana kaget.

Wira hanya tertawa pelan melihat ekspresi kaget Ana.

"Kaget tau" Ana menatap Wira sebal.

"Saya duluan" Saga pamit tanpa melihat kearah Ana dan Wira. Ana dan Wira saling tatap bingung karena sikap Saga.

"Dia kenapa?" Tanya Wira. Ana menggelengkan kepalanya pelan. "Aneh"celetuk Wira.

"Oh iya mas, tadi aku liat kamu lagi ngobrol sama mas Heru. Ada apa?" Tanya Ana mengalihkan pembicaraan.

Wira menoleh ke arah Ana, menatapnya lembut, sedetik kemudian dia tersenyum manis kepada Ana. "Bukan hal serius ko, masalah pekerjaan saja" Jawab Wira.

"Yakin?" Tanya Ana memastikan yang di balas anggukan oleh Wira.

Ana melihat jam biru ditangannya, "Eh mas udah waktunya masuk. Ana ngajar dulu yaaa" kata Ana sambil melihat Wira yang sedari tadi sedang menatapnya.

"Iyaa silahkan" jawab Wira sambil mengangguk dan masih menatap Ana.

"Kenapa sih? Ada yang salah dimuka Ana?" Ana mengeluarkan gawainya dan memeriksa riasan diwajahnya.

"Hm??"

"Dari tadi mas Wira ngeliatin Ana terus" kata Ana menatap Wira penasaran "Lipstik Ana berantakan?" Tanyanya lagi sambil menatap pantulan dirinya di gawai.

"Hahaha tidak ko tidak" Wira tertawa renyah sambil mengusap rambut Ana pelan. "Kamu lucu sih, jadinya saya tidak bisa berhenti liatin kamu" lanjutnya membuat kedua pipi Ana bersemu merah.

"Ihhh apaan sih Mas" Ana menyentuh pipinya pelan. "GOMBAL tau ga huh" Ana berjalan menjauhi Wira yang menatapnya dengan senyuman lebarnya.

Wira berniat kembali kemarkasnya ketika Saga menghampiri Wira dan menghentikan langkahnya.

"Bisa kita bicara?" Saga berbicara formal kepada Wira. Wira yang kebingungan menatap Saga penuh tanda tanya dan mengangguk pelan.

"Bisa" Jawab Wira.

***

LOVE YOU GUYS💚

Aku, Kamu dan NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang