Ana's POV
Ga kerasa udah mau ke hari selasa lagi, itu artinya aku harus menyetorkan bab 1 ku kepada pa cecep.
"Hhhh semangat Ana!!!" Teriakku menyemangati diri sebelum memasuki ruang pa Cecep. Aku melihat ke sekeliling, untung saja tidak ada orang lain selain diriKU jadi aku tak terlalu malu karena sudah berteriak seperti itu,
"Permisi pak," Aku mengetuk pintu ruangan pak Cecep.
"Ya, silahkan masuk" suara pak Cecep terdengar dari dalam. Aku langsung masuk dan berbasa-basi sebentar, kemudian memberikan hasil kerja kerasku selama 5 hari dengan perasaan cemas. Takut ditolak lagi.
Setelah beberapa saat pak Cecep masih membolak-balikkan kertas HVS yang tadi kuberi sambil mengaggukkan kepalanya berulang-ulang. "Kamu ini sebenarnya pintar, tapi kamu terlalu cuek." Ungkap pa Cecep sambil meletakkan kertas di mejanya. " Kamu sungguh-sungguh ingin lulus tahun ini?" lanjutnya sambil menatapku.
"Iya pak. Saya sangat bersungguh-sungguh untuk lulus tahun ini" Kataku.
Pak Cecep mengangguk-anggukan kepalanya lagi. "Bisa," katanya sambil mengambil kertas hasil karyaku.
"Ma-maksud bapa?" tanyaku was was.
"Saya tak habis fikir, minggu lalu kamu memberikan hasil yang sangat mengerikan. Tetapi kali ini kamu memberikan hasil yang...." Pak Cecep memandangi kertas HVSku. Aku menunggu dengan was-was dengan apa yang akan pak Cecep ucapkan selanjutnya. "Hampir sempurna" Lanjutnya dan membuatku bisa sedikit bernafas lega.
"Tapi," Katanya menatapku tajam. "Ini buatan kamu kan? tanpa perantara?" selidiknya.
"Astagfirullah pak, saya ga main kotor ko. Itu asli 100% hasil saya." belaku.
"Baguslah kalo begitu. Lanjutkan bab selanjutnya. Ingat, harus seperti ini agar kamu bisa lulus tahun ini" Pak Cecep berbicara dengan nada yang sedikit tegas.
"Baik pak, terimakasih" kataku tersenyum kecil dan langsung meninggalkan ruangan pa Cecep.
Betapa bahagianya aku mendapat respon positif dari pak Cecep, ini memacuku untuk menyelesaikan bab selanjutnya dalam 3 hari kedepan. Mumpung mood pak Cecep lagi bagus.
+62857123456788 Calling you.....
Aku memandangi handphoneku heran, karena da nomor tak dikenal mecoba menghubungiku. Aku bergegas keluar dari gedung fakultasku dan berlari kearah mobilku dan langsung mengangkat telfon dari orang tak dikenal itu.
"Ana..." suara dari balik telfon terasa tak asing bagiku.
"ini siapa?" Tanyaku.
"Aku mas Wirya An." Orang itu ternyata mas Wirya. Ya, Mas Wirya mantan pacar keyra.
"Ahh mas Wirya, Apa kabar?" Tanyaku dengan senyum ceria.
"Baik An, kamu lagi dibandung kan?" tanyanya lagi.
"Ya, kenapa?"
"Sekarang ada waktu untuk ketemu?" mas Wirya bertanya lagi kepadaku.
"Bi...sa, dimana?" tanyaku. Kemudian mas Wirya memberikan alamat cafe untuk kita bertemu tanpa pikir panjang aku langsung menuju ketempat yang di ajukan oleh mas Wirya. Sesampainya di cafe aku langsung menghampiri mas Wirya yang sepertinya sudah menunggu daritadi.
"Mas Wirya" sapaku kepada lelaki berpakaian pdh hijau lengkap.
"Eh Ana, sini duduk" Kata Mas Wirya mempersilahkanku duduk. Aku tersenyum canggung dan langsung duduk dihadapan mas Wirya. "Apa kabar?" tanyanya.
"Baik hehe. Ada apa mas? ada hal yang mendesak ya?" tanyaku penasaran.
dengan senyum khasnya mas Wirya menatapku lembut kemudian merogoh sesuatu didalam tasnya. "Ini An" katanya memberikan sebuah kertas berwarna coklat kearahku. Aku mengambil kertas itu dan disana tertulis "UNDANGAN PERNIKAHAN"

KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kamu dan Negara
Teen FictionKisah seorang Farida Kirana gadis bumi pasundan yang memiliki cita-cita unik; Menikahi seorang pengabdi negara yang mengantarkannya bertemu dengan bermacam-macam pria yang berprofesi sebagai abdi negara, tapi anehnya dari sekian banyak abdi negara r...