Apakah Aku Jatuh Cinta? [AAJC]- 17

2K 100 6
                                    

Ana's POV

Seminggu telah berlalu,
Jenazah Raina bersama teman-teman yang mengalami luka telah dipulangkan ketempat asalnya, kecuali ka Dini dan Jordan yang masih bersama kami untuk melakukan misi ini. Awalnya aku sangat terpukul dengan apa yang terjadi dan berencana untuk pulang ke Bandung secepatnya tapi aku harus berhasil mewujudkan impian Raina, yaitu untuk setidaknya memberikan cita-cita yang semestinya anak-anak di Desa ini miliki.

"An, hari ini kita mulai 'gerilya' ya?" tanya Rafyan.

"Iya kayaknya, siapa aja yang mau turun pertama?" tanyaku balik.

"Kalo tim medis semuanya ikut, sisanya paling gue, Saga, bang Rahul, Andi, sama Bang Bayu udeh" jawab Rafyan dengan logat betawinya.

"Aku ikut deh, masih muat kan ya?" Tanyaku.

"Masih, kalo kaga ya muat muatin ae iya ga? haha" candanya. "Yaudeh kalo gitu, siap-siap dulu aja nanti sekitar 30 menitan ada brefingan" Setelah mengucapkan pesan itu Rafyan pamit untuk mempersiapkan barang-barangnya.

Hari ini adalah hari pertama kami mulai menyusuri setiap perkampungan yang ada di desa ini, kenapa kami menyebutnya dengan kata 'Gerilya' karena kami baru tahu jika desa ini adalah desa yang masih sering terjadi peperangan antar suku, dan orang-orangnya pun masih asing dengan orang-orang baru sehingga kita semua harus berhati-hati agar tidak celaka.

Aku mengambil tas ransel hitamku dan memasukkan barang-barang yang dibutuhkan untuk ber-'gerilya' hari ini.

"Hai An" ka Dini menghampiriku

"Eh ka Din, hai" jawabku tersenyum ceria.

"Kamu ikut hari ini?" tanya ka Dini pelan.

"Iya, kaka juga kan?" tanyaku ia menggeleng, "kenapa?" tanyaku balik.

"Aku masih harus istirahat beberapa hari lagi An" Jawab ka Dini.

"Ah iya juga ya hehe," kataku sambil memasukkan beberapa barang lagi kedalam tas.

"An" Kata ka Dini lagi, aku menoleh ke arah ka Dini. "Aku mau nanya deh" lanjutnya.

Aku menghentikan aktifitasku dan langsung memusatkan perhatianku kepada ka Dini. "Nanya apa?" responku menatap ka Dini penasaran.

"Apa kebetulan kamu sempet pacaran sama taruna akmil?" tanyanya tiba-tiba.

Author's POV

"Apa kebetulan kamu sempet pacaran sama taruna akmil?" Dini memasang wajah seriusnya dihadapan Ana. Pupil mata Ana membesar ketika Dini memberikan pertanyaan itu.

"Ya," Ana mengangguk ragu menanggapi pertanyaan Dini. "Tapi udah putus ko, udah lama" lanjut Ana cepat.

"Kalau boleh tau kalian putus kenapa?" Dini bertanya dengan memasang wajah datarnya.

Ana merasa canggung dengan pertanyaan yang diajukan Dini, "Tiba-tiba banget ka, kenapa?" tanya Ana balik.

Dini mengerjapkan matanya berulang kali,

"Sadar Din, Wira gasejahat. Jangan mikir yang macem-macem" gumam Dini dalam hati.

"Ah maaf, aku bikin kamu canggung ya? maaf hehe. Aku penasaran aja, soalnya mantanku ada yang dari akmil juga" ucap Dini menangkap gerak-gerik Ana yang mulai sedikit canggung.

"Oh ya?" Ana tersenyum kecil "Masa lalu gausah diinget-inget lagi ah ka hehe, mantanku juga sudah bahagia sama calon istrinya hehe" lanjutnya.

Dini tersenyum kecil, "Kamu orang baik An," lanjutnya sambil berdiri.

"Eh?"

"Hahaha, udah udah kumpul gih briefingnya bentar lagi tuh" Dini menujuk orang yang berkumpul tak jauh dari tempat mereka berdiri.

"Ah iya bener, yaudah aku kesana dulu ya ka hehe" Ana tersenyum dan pamit meninggalkan Dini yang menatapnya dengan tatapan iri sekaligus bahagia.

"Kamu beruntung An disukain sama lelaki baik kaya Wira," ucapnya pelan kemudian berjalan ke arah dapur.

***

"Oh iya, ini kenalin ada 2 orang Tentara yang bakal ikut bareng kita hari ini. Yang ini Bang Heru dan yang ini Bang Wira" Andi memperkenalkan 2 orang tentara yang akan 'mendampingi' team mereka.

"Harus banget di dampingin emang?" tanya Ana polos,

"Harus lah" Andi tertawa kecil "Apalagi kamu" lanjutnya terkikik.

"Lah ko aku?" Ana kebingungan.

"Iya, kamu butuh pendamping. kan jomblo hahahaha" Adi tertawa diikuti oleh teman-teman yang lain. Seketika wajah Ana berubah menjadi merah padam,

"Udah ah di, kasian tuh anak orang mateng gitu mukanya" ucap Saga sambil tersenyum ke arah Ana, bukannya mendingan muka Ana lebih memerah karena senyuman yang dilemparkan oleh Saga.

"Yaelah bang, yang bikin muka dia mateng kan senyuman lo hahaha" canda Andi diakhiri dengan gelak tawa semuanya.

***

Desa pertama yang akan dikunjungi Ana dan tim adalah sebuah desa yang jaraknya 3km dari tempat utama mereka, di Desa itu menampung sekitar 50 kepala keluarga yang masing-masing orangnya adalah seorang petani miskin. Meskipun mereka miskin, orang tua di desa tersebut sangat peduli dengan pendidikan anak-anak mereka, walaupun hanya ada 1 sekolah kumuh di desa itu mereka tetap mempercayakaan anak-anak mereka untuk belajar disana. 

"Emang disana gurunya ada berapa orang yang ngajar bang?" Ana bertanya kepada Heru, seorang perwira tentara yang sudah bertugas hampir 1 tahun di daerah itu. 

"Dulu, waktu kami belum ditugaskan disini pengajar yang ada itu tidak tentu mba. Kadang ada, kadang tidak. Ya, tergantung ketersediaan guru dari luar daerahnya saja datang kesini" terang Heru.

"Emang ga ada guru atau pengajar yang dikirim kesini ya?" tanya Ana penasaran.

"Wah mba, sudah banyak kalau itu." Heru tertawa kecil. "Tapi pada nyerah duluan mba. Selama saya disini sudah ada lebih dari 10 guru yang datang dan pergi, alesannya sih karena terlalu banyak teror dari desa sebelah katanya mba" Lanjut Heru.

"Teror?" Ana mengernyitkan dahi.

"Iya Teror" jawab Heru santai.

"Teror seperti apa?" Tanya Ana lagi, 

Sebelum Heru menjawab tiba-tiba ada sebuah anak panah yang melesat tepat didepan wajah Ana, Otomatis Ana berteriak dan hampir jatuh terjengkang jika Saga tak menopang tubuh Ana.

"Kamu gapapa?" Tanya Saga khawatir melihat wajah kaget Ana.

Ana masih memejamkan matanya dan menstabilkan detak jantungnya yang berdegup tidak tentu, 

'Hampir saja aku tertusuk anak panah itu' Batin Ana.

Ana membuka matanya pelan, disana ia langsung melihat wajah Saga yang menatap Ana dengan tatapan khawatir. 

"Teror seperti itu mba yang sering terjadi, kalau sudah begini berarti tandanya kita sudah hampir sampai" Heru menerangkan situasi yang terjadi saat ini.

"Tapi ini amankan?" tanya Saga khawatir.

"Aman, tenang saja." Wira menjawab pertanyaan Saga. "Mereka hanya memberi peringatan saja bahwa ini wilayah mereka, jangan macam-macam di wilayahnya." Lanjutnya dingin. 

"Yasudah kita lanjut jalan, kamu masih kuat jalan kan?" tanya Saga kepada Ana.

Ana mengangguk pelan.

"Sini tas kamu biar aku yang bawa" Saga melepaskan tas gendong Ana dan meletakkannya dibelakang punggungnya. 

"EH? Ma-makasih ka" Entah kenapa tapi akhir-akhir ini pipi Ana selalu bersemu merah setiap kali Saga melakukan hal yang manis dihadapannya. 

'Kenapa sih An? Apa kamu jatuh cinta sama ka Saga? AH!!! Mana mungkin' peperangan terjadi didalam benak Ana hingga akhirnya ia tak sadar bahwa sedari tadi ada seseorang yang menatapnya dari belakang sana dengan tatapan yang bercampur aduk.

"Aku mohon kali ini saja," gumam pria itu. "hatimu kau jaga untukku" 

***

Aku, Kamu dan NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang