Romeo Juliet Nahi Hai Eps 1

474 19 4
                                    

Dua orang pengendara motor besar menerobos ramainya lalu lintas di kota Mumbai
Terlihat mereka saling mendahului dan tak mau kalah, saat berhenti di lampu merah, secara bergantian mereka mengacungkan jempol ke bawah pada yang kalah
Hingga keduanya masuk ke tempat parkir sebuah kampus
Mereka sama-sama membuka helm
"Sudah ku katakan kau tak akan menang dariku" kata Shabir
"Aku hanya mengalah saja, biasanya juga aku yang menang" Jawab Sriti sambil mengikat rambutnya yang tadi berantakan
"Jika aku tidak kalah, kau akan menangis"
"Oya? Kapan aku menangis karena kalah darimu? Aku rasa pagi ini kau salah makan sehingga imajinasimu sudah terbang kemana-mana" jawab Sriti
Ia pun menunduk mengencangkan tali sepatunya
Shabir dengan sengaja melepas ikatan rambut Sriti hingga terurai dan lari
"Shabooooooooooooo!!!!!!" teriak Sriti sambil mengejarnya Shabir
Keduanya berlarian menyusuri koridor seperti anak kecil
Melihat mereka datang mahasiswa lain pun minggir
#Cutiepie Playing
"Huft dasar playboy. Tidak bisa melihat wanita cantik sedetik saja" Sriti berhenti mengejar Shabir saat melihatnya menggoda seorang mahasiswi
Sriti memutuskan untuk pergi ke kelasnya, namun ia berpapasan dengan Mahi yang terlihat murung
"Hei Mahi? Ada apa? Masih pagi tapi wajahmu sudah mendung?"
"Tidak ada apa-apa Sriti"
"Kau bohong pada Sriti? Kau tidak akan bisa, oh aku tahu pasti ini karena Mishal, apa yang dia lakukan?"
"Aku berkata benar Sriti, aku baik-baik saja"
"Hmmm kau tidak mengaku? Kalau begitu biar aku tanya pada Mishal"
"Eee tidak, jangan Sriti"
"Kenapa? Kau bilang tidak ada apa-apa kan?"
"Baiklah aku mengaku, dia sedang marah padaku''
"Marah kenapa?"
"Eee sebenarnya kemarin aku berbohong. Aku bilang aku tidur padahal aku sedang pergi bersama kakak iparku dan dia salah paham, dia pikir aku bersama pria lain"
"Hmmm itu masalahnya, kenapa kau harus bohong?"
"Dia ingin mengajakku menonton tapi aku ada janji dengan kakak iparku, itulah kenapa aku katakan jika aku tidur"
"Mahiii, seharusnya kau katakan saja padanya, aku yakin dia mengerti. Daripada seperti ini? Dia berpikir kau sudah membohonginya bukan? Tapi tenang, selama ada Sriti, tak akan ada yang terkena masalah" kata Sriti menenangkan Mahi
"Kau sendiri sumber masalah" suara dibelakang mengejutkan mereka, tapi Sriti sudah hafal itu suara Shabir
"Dan kau? Kau adalah sumber masalahku! Kembalikan ikat rambutku!"
"Aku tidak membawa"
"Tapi kau mengambil"
"Aku hanya mengambil, setelah itu I dont know" Shabir mengangkat bahunya
"Kebiasaan, em Mahi kau sudah makan belum?"
"Sudah Sriti, aku mau ke perpustakaan dulu"
"Oh baiklah, sampai jumpa nanti"
Mahi pun pergi
"Sriti kau mau ke kantin kan? Ayo" Shabir merangkul Sriti, namun baru beberapa langkah ia menurunkan tangan dari pundak Sriti dan mengedipkan mata pada mahasiswi cantik yang bertemu dengan mereka
"Setiap hari menggoda gadis, tapi satu kekasih pun tak punya" gumam Sriti
"Ahhrhhh" Terdengar Shabir merintih
Sriti menoleh dan melihat Shabir mengusap-usap kepalanya akibat menabrak sebuah tiang
Sriti tentu tertawa terbahak-bahak
"Aku bilang apa padamu! Jaga pandanganmu, berapa kali kau menabrak tiang di kampus ini" Sriti masih tertawa
"Terus saja tertawa!!! Sahabat macam apa kau ini?!"
"Baiklah, ayo ku bantu" Sriti meniup kening Shabir yang lebam
"Kau pikir keningku ini lilin ulang tahun?! Untuk apa kau tiup seperti itu!"
"Kau ini tidak tahu berterima kasih ya? Aku sedang mengobati"
"Biasanya kau kan mengusap atau mengoles dengan salep bukan meniup seperti ini"
"Aku tidak membawa salep, sudah jangan banyak bicara, ayo!" Sriti menarik Shabir menuju kantin
"Hai guys" sapa Sriti pada Ravi,Nia,Shargun dan Ankit di kantin
"Hai Sriti, eh kau kenapa Shab?" Tanya Ankit
"Biasa, dia kan setiap pagi harus mencium tiang kampus, ya anggap saja itu absen masuk" Kata Sriti asal
"Terserah" Kata Shabir yang masih mengusap keningnya
Saat itu juga terlihat Madhurima memasuki kantin
Shabir langsung mengalihkan pandangannya
"Dia luar biasa'' ucap Shabir kagum
Ravi dan Nia masih sibuk membahas masalah mereka, Ankit tentu mendukung Shabir, sedangkan Shargun beranjak memesan makanan
'ehmmm sepertinya akan seru jikaaaa...' batin Sriti
Ia pun naik ke atas kursi dan berteriak
"Selamat pagi semua, tolong dengarkan akuuuu!!!!" teriak Sriti
Para mahasiswa langsung menoleh ke arahnya tak terkecuali Madhu, namun hanya sekilas saja
"Hari ini Shabir Mehra, kalian tahu kan? Keeper andalan kampus yang jago menyanyi juga, hari ini dia akan mentraktir kalian semua, jadi silahkan pesan sepuasnya"
Shabir terkejut, ia pun ikut naik ke kursi
"He Fuggi! Apa yang kau lakukan?! Siapa bilang aku akan mentraktir mereka?" bisik Shabir
"Kau tidak dengar? Aku yang baru saja mengatakannya, kalau kau belum mendengar akan ku ulangi" Sriti berteriak lagi, mengumumkan Shabir akan membayar makanan mereka
"Dasar tidak waras! Aku tidak mau membayar makanan mereka"
"Shabir Mehta, dengar! Apa kau tidak malu padanya?" Sriti melirik Madhu
"Kau kan orang kaya, masa membayarkan makanan saja tidak mau"
"Bukan begitu tapi...."
"Oke aku akan katakan pada mereka jika acara traktir makan ini tidak jadi, Te....bmppttt" Baru Sriti akan teriak tapi Shabir sudah membekap mulutnya
"Ok guys, silahkan pesan yang kalian mau. Tenang aku yang bayar" Kata Shabir kemudian
"Aww" Sriti menggigit tangan Shabir yang masih membekap mulutnya
"Kau tidak cuci tangan ya? Tanganmu bau oli!"
"Enak saja, itu mungkin bau nafasmu"
"Tidak mungkin..."
"Kalian?! Apa akan berdiri saja?" Tegur Ankit
Shabir dan Sriti melihat bawah dan sadar jika masih berdiri diatas bangku
Keduanya pun turun dan duduk
"Sriti aku tahu ini pasti akalmu kan?" Bisik Ankit
"Biarkan saja, playboy sepertinya kadang-kadang harus diberi pelajaran"
"Kau ini"
Madhu melewati depan meja mereka dan sempat menoleh ke arah Shabir
"Kita lihat Ankit, pasti..."
"Kau benar, Shabir pasti mengikuti" Jawab Ankit
Benar saja, setelah memberikan uang pada pemilik kantin Shabir pun menyusul Madhu
"Kau tidak menyusul Shabir?" tanya Sarghun
"Untuk apa? Aku lapar, sudah aku akan makan dulu" Sriti mulai melahap makanannya tanpa menghiraukan lagi ucapan teman-temannya
-0-
Ketika masuk kelas, Sriti melihat Mahi masih sedih
"Apa Mishal masih marah?" tanya Sriti
"Sepertinya begitu" jawab Mahi
"Tunggu disini" Sriti meletakkan tas di meja dan pergi keluar tanpa sempat dicegah
"Mishal!!" teriak Sriti dari samping lapangan
Mishal menoleh dan meletakkan bola basketnya
"Kau?"
"Kenapa kau masih marah pada Mahi?"
"Tak perlu ikut campur"
"Tentu perlu, dia temanku! Dan aku tak ingin temanku sedih. Aku tahu dia bersalah, tapi bukankah dia sudah meminta maaf? Lalu kau tetap marah? Tak memberinya kesempatan?"
"Pergilah"
"Aku akan pergi, tapi bersamamu, ayo"
"Untuk apa? Pergi saja sendiri"
"Kau harus menemui Mahi"
"Tidak"
"Mishaaaallllll kau ini laki-laki kan?"
"Apa aku tidak boleh marah jika orang yang aku sayangi berbohong?"
"Tapi kau sudah tahu alasannya, sekarang pergi temui dia" karena Mishal tak bergeming, Sriti pun menarik Mishal menuju kelasnya
-0-
Gimana eps 1?

Romeo Juliet Nahi HaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang