Romeo Juliet Nahi Hai Eps 15

163 9 2
                                    

Romeo Juliet Nahi Hai
Eps 15

Nyonya Rathore tiba di ruangan Dokter Raman sebelum Shabir
"Permisi dokter"
Dokter Raman menegakkan kepalanya
"Oh selamat pagi nyonya, silahkan masuk"
Sementara Shabir sangat cemas didepan ruangan kakeknya, ia tak bisa mengikuti ibu Sriti sampai ruangan dokter Raman karena ibunya memanggil
"Dokter, maaf jika mengganggu waktumu"
"Tidak Nyonya, mari silahkan duduk. Ada keluhan apa?"
"Bukan dok, aku tidak ingin periksa"
"Lalu? Ada hal yang lain yang bisa aku bantu?"
"Begini dok, tadi tanpa sengaja aku mendengar kau bicara dengan Shabir, eee apa maksudmu dengan kondisi keadaan Shabir yang meningkat?"
"Maaf Nyonya kau ini..."
"Aku calon ibu mertuanya, dok, meskipun dia calon menantu tapi aku sudah menganggapnya seperti putraku sendiri, tolong katakan padaku apa yang terjadi padanya? Setiap ibu pasti ingin anak-anaknya baik-baik saja bukan?"
Dokter Raman tersenyum
"Nyonya, aku sangat mengerti kau khawatir, tapi perlu aku katakan padamu, jika kau sudah salah mengira nyonya"
"Salah, maksudmu?"
"Begini nyonya, yang tadi ku bicarakan dengan Shabir adalah keadaan Tuan Mehra, kakeknya, kebetulan aku juga yang menangani kakek Shabir, sedangkan kondisi Shabir sendiri baik-baik saja, dia sehat" Terpaksa Dokter Raman berbohong
"Apa kau berkata benar?"
"Nyonya, aku sudah bekerja disini hampir 15tahun dan tidak ada yang meragukanku, e maaf maksudku, aku selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk pasien"
"Ba baiklah kalau begitu. Maafkan aku dan terima kasih atas informasinya, permisi dok" Nyonya Rathore pun keluar dari ruangan Dokter Raman
Ia kemudian mengunjungi kakek
"Bibi, apa bibi jadi bertemu Dokter Raman?" tanya Shabir
"Iya nak, maafkan aku sudah berpikir yang bukan-bukan, ternyata kalian membicarakan kakekmu. Maafkan aku"
"Bibi kenapa harus meminta maaf, aku yang seharusnya minta maaf telah membuatmu khawatir"
"Tidak nak, kau juga tidak bersalah. Yasudah, aku akan masuk dulu"
"Silahkan bi, ibu juga didalam" Shabir mempersilahkan
Setelah nyonya Rathore masuk, Shabir segera lari keruangan dokter Raman
-0-

Sriti menemani Gurmeet yang sedang melakukan pemotretan di dekat bandara setelah pulang kerja
Baru beberapa kali mengambil gambar, Gurmeet menurunkan kameranya
"Ada apa Gurmeet?" tanya Nisa, model salah satu brand koper
"Sorry, kepalaku sakit sekali. Bisa kita tunda sebentar?"
"Oke, kau istirahat dulu" kata Nisa
Melihat Gurmeet terus menundukkan kepala, Sriti segera menghampiri
"Kau kenapa?"
"Tidak tahu, kepalaku sangat sakit"
"Mungkin kau kelelahan dan kurang tidur, kemarilah" Sriti memijat kepala Gurmeet
Menerima perlakuan baik Sriti, perasaan bersalah menyergap hati Gurmeet, apalagi selama ini Sriti tak pernah berbuat salah padanya
"Sriti,"
"Ya?"
"Kenapa kau baik padaku?"
"Karena kau baik padaku"
"Bagaimana jika aku tak sebaik yang kau pikirkan?"
"Semua orang memang tak ada yang sempurna bukan? Aku pun pasti banyak salah" Sriti tersenyum
'kau selalu berpikir positif terhadap orang lain, dan aku??' batin Gurmeet
Ia mendengarkan Sriti yang bercerita tentang pengalamannya bekerja, beberapa kali mereka tertawa bersama, Gurmeet pun merasa nyaman berada didekat Sriti
Ponsel Sriti terus berdering, tapi Sriti tak mendengarnya
-0-

Karena kakek baru saja pulang dari rumah sakit, terpaksa pertunangan Shabir dan Sriti diundur dua bulan lagi, Shabir pun akan kembali ke Delhi untuk bekerja
Ia baru sadar beberapa hari tidak bertemu Sriti, maka ia mendatangi rumah Sriti dan mengajaknya ke pondok rahasia mereka
"Kau sibuk sekali Fuggi, telfonku pun jarang sekali kau angkat"
"Iya maafkan aku, setelah pulang kerja aku menemani Gurmeet pemotretan"
"Ehmm jadi memang sekarang kau benar-benar sangat peduli padanya"
"Apa kau tidak peduli pada Madhu?"
"Iya aku bercanda, tentu saja kau peduli pada kekasihmu" Shabir mengacak-acak rambut Fugginya
"Ah kau ini, suka sekali membuat rambutku berantakan"
"Fuggi, pertunangan kita diundur, bagaimana lagi cara kita menjelaskan pada mereka jika kita sebenarnya tak memiliki hubungan kecuali sahabat"
Sriti menatap Shabir dan tertawa lepas
"Hei kenapa kau malah tertawa?"
"Aku jadi membayangkan bagaimana jika kita benar-benar menikah, sedangkan kita tidak saling mencintai, lalu saat mengitari api suci, apa janji persahabatan yang akan kita ucapkan?"
"Memang menurutmu apa itu cinta?"
"Cinta ituuuuuuuuuuu....." Sriti memegang kedua pipi Shabir
"Cinta ituuuuuuuu......" Shabir pun menirukan Sriti dengan memegang kedua pipi Sriti juga, mereka hanya menatap satu sama lain selama beberapa saat
"Fuhhhhhh, kau kalah Shaboooo" Sriti meniup mata Shabir
"Aku tak akan membiarkanmu menang" Shabir merangkul Sriti dan menundukkan kepala Sriti didepan dadanya, Shabir pun mulai menggelitiki Sriti
"Sudah, aku paling tidak tahan kau gelitiki, sudah" Sriti berusaha menghindar, ia menggigit tangan Shabir dan lari keluar
"Fuggiii, aku tak akan melepaskanmuu"
"Tangkap saja jika kau bisaa" Mereka berlarian diseputar halaman pondok
"Aku menyerah Shab, aku lelah" Sriti duduk diatas rumput, Shabir pun ikut duduk disampingnya
"Larimu gesit juga ternyata"
"Tentu saja, aku kan tidak banyak lemak sepertimu"
"Maksudmu aku gendut?"
"Aku tidak mengatakan itu, tapi lihat ini, perutmu sudah tebal" Sriti menyubit perut Shabir
"Dasar " Shabir mencubit pipi kiri Sriti pelan
"Eh Fuggi, tunggu sebentar"
"Kau mau kemana?"
"Tunggu saja disitu" Shabir membungkuk disemak-semak
"Mau apa dia itu?" Sriti mengernyitkan kening
Beberapa menit kemudian Shabir kembali membawa beberapa potongan kayu kering
"Fuggi, ayo kita latihan"
"Hah? Latihan apa?"
Sebenarnya malam itu udara mulai terasa dingin, maka Shabir mencari kayu bakar untuk menghangatkan tubuh mereka tapi terlintas pula dipikirannya untuk berpura-pura mengitari api suci bersama Sriti, ia pun menyalakan api unggun kecil itu
"Shab untuk apa ini?"
"Kau kan tadi membayangkan bagaimana jika kita benar-benar menikah, lebih baik kita bayangkan bersama"
"Shab, kau seperti anak kecil saja "
"Bahagia itu sederhana bukan? Ayolah"
"Baiklah artis, ayo"
"Artis?"
"Kau kan sekarang sudah menjadi artis" Sriti mengedipkan sebelah matanya
"Yaya dan kau adalah fansku, ayo Fans, kita bermain, berikan syalmu"
"Syal?"
"Iya"
Sriti masih bingung, dan melepaskan syalnya
"Karena syal ini tidak terlalu panjang, maka kita ikatkan ditangan kita saja"
Mereka pun mulai bermain tanpa berpikir jika mungkin saja semua itu akan menjadi kenyataan, hingga putaran terakhir mereka terus bercanda
"Selesai, kita resmi..."
"Resmi tidak waras, sudah lepaskan syalnya,ini sudah malam ayo pulang" Ajak Sriti
Shabir melihat jam tangannya
'11.00'
"Kau benar, ayo"
Mereka melepaskan syal dari tangan masing-masing, mematikan api unggun itu lalu pulang
-0-

Satu bulan kemudian, novel Dhruv telah terbit dan besok akan ada launching di Delhi, Sriti mendapat tugas sebagai perwakilan penerbit untuk mengikuti acara itu, karena memang ia juga terlibat didalamnya
"Dimana Dhruv ini?" Sriti menunggu didepan bandara
"Sritiiii" Teriak Dhruv dari seberang jalan sambil melambaikan tangan
"Nah itu dia" Sriti pun menghampirinya
"Maaf jika lama" kata Dhruv
"Its okay"
"Ayo kita cari hotel untukmu dulu"
"Oke, e besok kita bertemu di lokasi saja tidak apa-apa, kau tak perlu menjemputku"
"Baiklah"
Mereka pun masuk ke mobil Dhruv dan mencari hotel
"Nah sepertinya disini nyaman" kata Dhruv
"Iya ini juga bagus"
Mereka pun masuk kedalam
"Kau check ini dulu, aku akan memarkir mobil"
"Oke"
Sriti pun masuk ke dalam hotel
Setelah selesai memarkir, Dhruv menyusul Sriti
"Dhruv?" seseorang memanggilnya
Dhruv pun menoleh
"Nak, akhirnya ayah bertemu denganmu"
"Kau?"
"Nak, ayo pulang, berapa lama kau akan meninggalkan ayah?"
"Apa kau bilang? Ayah? Orang sepertimu tak pantas dianggap ayah!!!" bentak Dhruv
"Kenapa kau bicara seperti itu?!"
"Diamlah!!!" Dhruv pergi
"Nak, kau mau kemana lagi?"
Ayah Dhruv mengejarnya
"Sudah jangan hiraukan dia! Memang anak tidak tahu diri!" teriak wanita disamping ayahnya, ayahnya masih berusaha mengejar Dhruv
"Dhruv, dengarkan ayah! Dia adalah ibumu!"
"Sampai kapanpun dia tak akan menjadi ibuku! Dan kau? Kau menyebut dirimu ayah, ayah macam apa kau? Kemana kau saat ibuku terbaring sakit?! Kemana kau saat aku membutuhkanmu!! Ingat! Jangan pernah ganggu aku lagi!!" Dhruv kembali pergi
Sriti yang melihat itu langsung menyusul Dhruv
'dia pasti nekad lagi' batin Sriti
Benar saja, Dhruv melajukan mobilnya dengan kencang
Sriti langsung meminjam sepeda motor milik salah satu penjaga keamanan hotel dan menyusul Dhruv
"Dhruv, berhenti" Teriak Sriti yang berhasil sejajar dengan mobil Dhruv, meskipun sudah lama tak mengendarai motor besar, tapi kemampuan Sriti tidak surut. Karena Dhruv tak juga menurunkan kecepatan, Sriti pun menyalipnya, melihat kondisi jalan cukup aman, Sriti menghadang mobil Dhruv
Beruntung Dhruv berhenti tepat 5cm didepan motor yang ia bawa
Dhruv pun turun dari mobil
"Kau benar-benar tidak waras ya?!"
"Kenapa? Kau ingin bunuh diri? Aku atau kau yang tidak waras? Dhruv, kenapa kau lari dari ayahmu?!"
"Kau tidak mengerti apapun, lebih baik kau diam!!!"
"Aku memang tidak tahu apapun tapi kau tahu kan?"
"Aku tidak mau tahu, dia bukan ayahku! Dia itu penghancur hidupku! Dia merenggut semuanya! Ibuku,adikku semuanya, aku benci!!!!" Dhruv duduk diaspal depan mobilnya
'Aaaaaaarggghhhhhhh' teriak Dhruv
Sriti meletakkan helmnya dan ikut duduk didepan Dhruv
"Dhruv, mungkin aku memang baru mengenalmu, kita baru bertemu, tapi aku bisa merasa kau sangat terluka, satu hal yang pasti kau tidak boleh menyerah, semua ini pasti ada hikmahnya"
"Apa maksudmu?! Kau mau mengatakan dia tidak bersalah?!"
"Bukan Dhruv. Hanya saja, jika kau membencinya apakah keadaan akan kembali seperti semula? Tidak kan?! Sekarang hapus air matamu, ayo" Sriti mengulurkan tangannya
Dhruv menatapnya sekilas dan membuang muka
"Dhruv, mau sampai kapan kau duduk disini? Kau pikir jalan ini kau yang membangun? Ayo berdiri, aku harus kembali ke hotel"
Sesaat kemudian Dhruv pun berdiri
"Jangan mengemudi seperti tadi, ingat besok launching novelmu"
Sriti kembali menjalankan motor meninggalkan Dhruv
Dhruv hanya menatap punggung Sriti yang semakin menjauh
-0-

"Apa maksudmu Gurmeet?!! Kau benar-benar mencintainya?"
"Madhu, aku merasa dia tidak punya salah padaku! Untuk apa aku melakukan ini padanya???"
"Kau tidak ingat tujuan kita?"
"Ini tujuanmu, bukan kita!!!"
"Aku tidak menyangka kau akan menghianatiku!"
"Aku bukan menghianatimu, tapi aku ingin kembali ke kehidupanku yang dulu, aku tak mauenyakiti siapapun, apalagi dia..."
"Sudah jelas sekarang, kau mencintainya kan?"
"YA!!! Aku mencintainya! Dan aku tidak akan membiarkannya menikah dengan Shabir!"
"Terserah!! Mulai sekarang, jangan bicara apapun padaku!!!"
Gurmeet dan Madhu berjalan membelakangi masing-masing
-0-

Romeo Juliet Nahi HaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang