Romeo Juliet Nahi Hai Eps 7

144 11 0
                                        

Romeo Juliet Nahi Hai
Eps 7

Para mahasiswa berhamburan keluar kelas setelah jam kuliah usai
Sriti berjalan dengan langkah gontai menuju tempat parkir, apalagi Ankit yang satu kelas dengannya sudah pergi terlebih dahulu saat dosen keluar
"Heh Lal Singh" panggil Sriti pada seorang mahasiswa yang membawa kotak es dagangannya
"Iya Sriti"
"Daganganmu masih atau tidak?"
"Masih masih, kau mau rasa apa?"
"Apa aku mengatakan akan membeli? Jika masih, sana jual lagi untuk apa kau turunkan disini?" canda Sriti
Terlihat wajah Lal kecewa oleh jawaban Sriti
"Lal, aku hanya bercanda" Sriti kemudian membuka kotak es itu dan melihat isinya masih banyak
'kasihan sekali Lal ini, sudah siang tapi dagangannya masih banyak' pikir Sriti
"Lal, aku ambil yang rasa cokelat" Sriti mengambil satu ice, kemudian ia mendatangi anak-anak yang sedang bergerombol, entah apa yang dikatakannya pada mereka karena wajah mereka terlihat senang, kemudian mereka pun menyerbu dagangan Lal Singh hingga habis
"Sriti. Kau sungguh baik, kau menolongku menghabiskan dagangan"
"Memang aku memakan semua esmu?"
"Tidak, tapi pasti kau yang membuat mereka membeli esku"
"Haha Lal, mereka membeli karena keinginan sendiri. Oya ini uang esku tadi" Sriti memberikan selembar uang
"Sriti apa ini? Aku sudah mendapat banyak uang karena mu"
"Lalu?"
"Anggap es itu hadiah dariku"
"Tidak, ini dagangan, jika kau tidak menerima, besok aku tak akan membantumu lagi"
"I iya baiklah, terima kasih, kau memang baik"
"Nah begitu, oke Lal aku pergi dulu, bye"
Sriti pun pergi
Masih sambil memakan esnya, tiba-tiba Shabir datang dan merebut es itu
"Kau ini makan saja...."
"Shab, kau tidak sopan sekali, kembalikan esku"
"Nanti jika sudah habis"
"Dasar menyebalkan!!!" Sriti cemberut
"Oh Fuggi hanya karena es kau marah, tapi biarlah, aku akan habiskan dulu" Shabir tetap menghabiskan es itu
"Sudah habis. Kau sudah selesai marah belum?" tanya Shabir
Sriti tak menjawab
"Baiklah, aku minta maaf, nanti akan ku ganti ice cream"
"Aku sudah kenyang"
"Baguslah kalau begitu. Oya aku hampir lupa, Fuggi kau harus ikut"
"Tidak mau!"
"Tidak mau bagaimana? Kau akan membantuku kan?"
"Aku berubah pikiran"
"Oh cmon yaar, kali ini saja, ini tentang hidup dan matiku"
"Tidak usah berlebihan"
"Yasudah kalau begitu aku akan duduk dilantai sampai kau setuju ikut"
"Kau mau duduk dilantai, atap, tembok, itu bukan urusanku" Sriti melangkah
"Ahh si Fuggi marah lagi" Shabir berpikir keras, dia tidak jadi duduk dilantai
Tapi ia berlari ke parkiran mendahului Sriti
"SHABOOOOOOOOOOoOOOOOOOOOOOO" teriak Sriti melihat ban motornya kempes keduanya
Shabir muncul dari belakang mobil disamping kiri Sriti
"Kau keterlaluan sekali! Apa yang kau lakukan?!!!!!!!"
"Fuggi, ayolah jangan marah lagi, ikutlah denganku"
"Kau sudah membuatku susah dan sekarang masih memintaku ikut denganku??!"
"Iya tunggu sebentar" Shabir menelfon montir untuk memperbaiki motor Sriti
"Motormu akan aman disini, ayo ikut" Shabir menarik Sriti masuk ke dalam mobilnya
"Sungguh Shab, aku tak tahu isi pikiranmu itu apa!!!"
"Jangankan dirimu. Aku sendiri pun tak tahu apa yang aku pikirkan, aku hanya ingin perjodohan itu gagal"
"Semoga tidak ada masalah yang menimpaku"
"Heh, sebenarnya ibumu mengidam apa saat mengandungmu dulu? Kau ini sangat aneh"
"Akan aku tanyakan saat ibu pulang"
"Memang ibumu kemana?"
"Moscow"
"Waw? Jadi orang tuamu diluar negeri juga?"
"Ya"
"Kenapa kau tak cerita?"
"Apa kau pernah bertanya?"
"Memang tidak, tapi kau kan bisa memberitahu. Oya jadi kau dirumah dengan bibi saja?"
"Ada pelayan dirumah"
"Wah jika ayah ibumu pulang aku harus ke rumahmu dan mengatakan jika putri mereka sedikit tidak waras"
"Apa kau bilang? Aku tidak waras?"
"Tepat sekali"
"Atas dasar apa kau mengatakanku tidak waras?"
"Kemari" Shabir menarik pundak Sriti
"Lihat di kaca spion! Apa sekarang jika naik mobil harus mengenakan helm?"
Sriti melihat pantulan dirinya dikaca
"Oh Ya Tuhan... Shab. Kau ini benar-benar sangat menyebalkan!!!"
"Apa aku yang salah? Seharusnya kau berterima kasih padaku"
"Tidak ada terima kasih" Sriti membuka helm itu, beberapa saat kemudian ia tertawa sendiri
"Aku benar bukan? Kau memang tidak waras, tiba-tiba tertawa"
"Kau yang membuatku tidak waras!" Sriti meninju lengan kiri Shabir
"Kena kau!" Shabir menangkap tangan Sriti
"Shab, lepaskan tanganku dan fokus menyetir!"
Shabir pun melepaskan tangan Sriti dan kembali fokus pada jalanan
Ia membawa Sriti kesebuah mall
"Woy mau apa kita kesini? Kenapa tidak ke kedai ice cream langganan kita saja?"
"Aku tidak bilang akan mentraktir disini"
"Lalu untuk apa kita kesini?"
"Ikut saja dulu"
Sriti hanya menuruti ucapan Shabir, keduanya masuk ke dalam mall
"Hei lihat, bukankah itu Shabir?" Teriak seseorang dari kejauhan
"Benar, dia yang juara kemarin, ayo kita kesana" Para penggemar Shabir pun menyerbu dan meminta foto dengannya
Semenjak menjadi juara kontes menyanyi memang Shabir lebih terkenal tidak hanya dikampus tapi juga diluar
"Fuggi"
"Sudah selesai?"
"Iya, sudah, ayo"
"Shab sebenarnya kau mau membeli apa?"
"Sesuatu yang ku butuhkan, e maksudku kau butuhkan"
"Aku? Aku tidak membutuhkan apapun"
"Nanti kau akan mengerti"
Mereka masuk kesebuah toko pakaian
Shabir meminta pelayan memilihkan pakaian khas gadis India untuk Sriti
Hingga didapat sebuah pakaian berwarna putih dengan line gold dibawah dilengkapi dupatta berwarna merah
"Wah Fuggi, kenapa kau tak pernah tampil seperti ini? aku melihatmu sangat cantik mengenakan baju seperti ini, kau seperti gadis India"
"Memang aku bukan orang India?"
"Maksudku kali ini kecantikan khas India benar-benar terpancar didirimu''
"Ahh sudahlah, katakan kenapa aku harus mengenakan ini?"
"Begini. Kau tahu meskipun sudah lama tinggal di luar negeri tapi orang tuaku masih sangat menjunjung tinggi adat dan budaya negeri ini, terlebih kakekku yang memang orangnya sangat keras. Nah aku tahu mereka akan menjodohkanku dengan wanita India seperti ini. Jadi agar mereka percaya pilihanku tidak salah, kau harus mengenakan ini, dan ingat! Buang semua sifat premanmu!"
"Hei Shabir Mehra! Dengar, jika saat ini kau berbohong, bagaimana saat kau mengenalkan Madhu pada mereka?"
"Aku akan pikirkan itu, sekarang kita latihan bicara"
"Sepertinya aku belum bisu"
"Fuggi kau ini selalu protes, sudah ikuti saja"
Shabir membawa Sriti kesebuah cafe dan menjelaskan apa saja yang harus Sriti katakan saat bertemu orang tuanya
-0-

Malam pun tiba, Shabir menjemput Sriti didekat gang
"Fuggi, jujur dari hatiku. Aku ingin katakan, you are so beautiful dan kacamata itu, cocok untukmu"
Malam ini penampilan Sriti kembali berubah, terlihat seperti gadis lugu dengan kacamata namun sangat cantik
Sriti mengepalkan tangannya
"Rayuanmu tak berlaku untukku, ayo berangkat! Aku lapar!!!"
"Uftt susahnya memiliki perut yang tidak tahan lapar" desus Shabir
Mereka pun berangkat ke rumah Shabir
"Nak, kau pulang juga akhirnya, ini lihat foto calo..."
"Ibu, maaf aku ingin mengenalkan seseorang" sela Shabir
"Si siapa nak?"
Shabir membawa Sriti yang terlihat tegang masuk ke dalam rumahnya
Shabir menyenggol lengan Sriti
"Ada apa?" bisik Sriti
"Kaki"
"Kaki, kakiku baik-baik saja"
"Oh Fuggi, sentuh kaki ibuku"
"Oh maaf aku lupa" bisik Sriti
"Salam bibi"
"Salam, nak kau..."
"Bu aku akan jelaskan, aku tahu ibu sangat peduli dengan kebahagiaanku tapi tentang pernikahan, aku mohon biarkan aku menentukan pilihanku, aku tidak bisa menerima perjodohan ini. Aku memiliki kekasih bu" Shabir menggenggam tangan Sriti
"Bibi mohon maaf jika aku lancang, tapi sungguh bi kami benar-benar saling mencintai, tolong jangan pisahkan kami atau Shabir akan menderita" ucap sriti, Shabir mencubit tangan Sriti kecil
"Maksudku kami tak bisa jauh satu sama lain bi, kumohon" Sriti mengeluarkan air mata agar lebih meyakinkan
"Bu. Kau dan ayah pun pernah muda, pernah jatuh cinta, kalian pasti mengerti perasaan itu tidak bisa dipaksakan"
"Nak, dengarkan dulu, ka..." Terdengar suara bel pintu berbunyi
"Tunggu sebentar" Ibu Shabir membukakan pintu
"Ayah, tolong katakan pada ibu, aku hanya mencintainya ayah" kata Shabir yang terlihat terkejut
Saat itu juga kakeknya turun
"Sriti" sebuah suara yang tidak asing terdengar ditelinga Sriti
'itu seperti suara....' Sriti perlahan menoleh ke belakang dan mendapati Ibu Shabir berdiri disamping ayah dan ibunya
"Aa ayah? Ibu?" Sriti tak percaya
"Ayah? Ibu?" Shabir justru bingung
"Wah wah wah, ini dia yang dinamakan jodoh, kita baru akan mempertemukan mereka namun ternyata mereka sudah menjalin hubungan" ujar Kakek Shabir yang terlihat bahagia
"Dijodohkan? Tunggu" Shabir mengambil foto yang ada dimeja dan membaliknya
Terlihat foto Sriti disana
"Fuggi?"
"Tuan Rathore, ternyata Tuhan mendengarkan keinginan kita" ujar ayah Shabir
"Benar sekali, kita baru akan mengenalkan mereka ternyata keduanya sudah sangat dekat" jawab ayah Sriti
"Sriti dan Shabir saling berpandangan
"Ayah, ibu. Kenapa kalian tak mengatakan jika akan pulang?" Tanya Sriti
"Nak kami ingin memberimu kejutan, dan ternyata kau lebih dulu mengejutkan kami"
"E permisi" Sriti menarik Shabir untuk kedepan
Sedangkan keluarga mereka terlihat sangat tak menyangka dan bahagia
"Bagaimana ini mungkin shab?"
"Aku juga tidak tahu, bagaimana orang tua kita saling mengenal"
"Kita dalam masalah besar, kita harus katakan yang sebenarnya, ayo"
"Eits tunggu fuggi! Kita tidak bisa melakukan itu"
"Lalu? Kita harus menerima begitu saja?"
"Bukan, kita akan berusaha mencari jalan keluar, tapi jika mendadak begini, mereka akan lebih terkejut''
Sriti mengerutkan kening
"Uft Shab, kenapa kau tidak melihat dulu sebelumnya foto itu?"
"Aku sudah tidak tertarik mendengar perjodohan jadi untuk apa aku melihatnya?"
"Dan sekarang? Oh shab, aku tak bisa membayangkan jika kita benar-benar dijodohkan"
Setelah beberapa saat saling diam, mereka kembali kedalam
"Lihat, cucuku sangat tampan dan calonnya juga sangat cantik. Mereka sangat serasi"
Ucap Kakek
Shabir dan Sriti tenggelam dalam pikiran masing-masing, mencari jalan keluar untuk masalah baru mereka
-0-
Delhi

Gurmeet menghampiri Madhu yang sedang duduk sendirian di tepi kolam
"Ini untukmu" Gurmeet menyodorkan minuman soda
"Gurmeet, thanks"
"Sedang apa kau disini?"
"Hanya menikmati angin malam saja"
"Hmmm apa kau merindukan kekasih barumu?" Goda Gurmeet
"Kau sendiri bagaimana? Kau pasti merindukan Sriti"
"Ya kau benar, hari ini belum ada kabar darinya"
"Sama, aku pun belum mendapat pesan atau telefon dari Shabir"
"Hm, mereka sangat kompak ya, aku curiga mereka sebenarnya anak kembar" celetuk Gurmeet
"Kau bisa saja, tapi memang mereka berdua sangat unik, entah bagaimana mengatakannya tapi aku sangat suka persahabatan mereka" puji Madhu
"Aku pun setuju. Mereka bisa menjadi sahabat, saudara, musuh dalam waktu bersamaan"
"Haha iya. Aku awalnya memang ragu pada Shabir, karena ya memang dia terkenal suka menggoda gadis, tapi setelah aku mengenalnyA aku merasa dia bukan lelaki seperti itu"
"Semoga saja dia yang terbaik untukmu. Tapi kau lebih beruntung"
"Maksudmu?"
"Eee sebenarnya hinggat saat ini Sriti belum menerimaku. Dia menganggapku sahabat"
"Sabar Gurmeet jangan menyerah" Madhu memberi dukungan
"Thanks Madhu, oya minumlah"
Keduanya pun berbicara banyak hal dibawah taburan bintang dilangit New Delhi
Sementara di Mumbai, Sriti dan Shabir masih pusing memikirkan apa yang mereka alami
-0-

Romeo Juliet Nahi HaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang