Romeo Juliet Nahi Hai Eps 13

135 11 0
                                    

Pendeta menemui kakek dan orang tua Shabir serta Sriti
"Salam tuan"
"Salam pandi ji" jawab kakek Shabir
"Begini tuan, aku sudah menghitung horoskop mereka" Pendeta menunjuk Shabir dan Sriti
"Tapi mohon maaf, horoskop mereka tidak cocok" ucap pendeta
Anggota keluarga pun terkejut, namun Sriti dan Shabir justru menghembuskan nafas lega
"Bagaimana mungkin? Mereka ini sangat serasi" Kata kakek
"Pandi ji, coba kau hitung ulang" Ayah Shabir
"Maaf tuan,nyonya tapi aku sudah menghitungnya berkali-kali tapi hasilnya sama"
"Em kek, sudahlah tidak apa-apa, kita tidak boleh melawan takdir bukan?" Kata Shabir pura-pura sedih
"Betul kek, lagipula meskipun kami tidak berjodoh kami tetap bisa menjadi sahabat bukan?" Sriti membantu Shabir
"Nak, tapi kalian ini sangat cocok" Nyonya Mehra
"Ibu, meskipun menurut kalian kami cocok tapi jika Tuhan berkehendak lain bagaimana? Aku yakin kami akan mendapat pendamping yang tepat untuk kami bu"
"Tunggu!" seru kakek
"Aku sudah waspada jika hal ini terjadi, aku baru menelfon satu pendeta lagi, rumahnya dekat, dia akan segera datang" kata kakek
Shabir dan Sriti melihat satu sama lain
'kakekmu ini keterlaluan' batin Sriti
'entah apa yang akan terjadi setelah ini' batin Shabir
#Flashback
Saat pendeta pertama datang, Sriti dan Shabir yang kebetulan didepan rumah menghadangnya, mereka meminta pendeta itu mengatakan bahwa mereka tidak cocok, awalnya pendeta menolak tapi Sriti dan Shabir memaksa, pendeta itu akhirnya menyetujui.
#flashback berakhir

Saat itulah, pendeta yang dipanggil kakek datang dan memeriksa horoskop Sriti dan Shabir
"Pandi ji, sepertinya kau harus menghitungnya lagi, menurut penglihatanku horoskop mereka sangat cocok dan sangat baik jika keduanya bersama" Kata Pendeta kedua
"Kau yang salah tuan, lihat hitunganku"
"Begini saja, mari kita hitung ulang bersama"
Pendeta pertama terlihat was was, begitu juga Sriti memukul-mukulkan tangannya di lengan Shabir
Beberapa saat kemudian, mereka selesai dengan penghitungan
"Nah lihat, hitungan kita sama, Pandi ji, aku rasa kau menghitung horoskop orang yang berbeda sebelumnya"
"Permisi, apa maksudnya horoskop anak-anak kami cocok? Mereka memang bisa menikah?" Tuan Rathore
"Ya tuan, mereka sangat serasi, semoga Tuhan memberkati kalian selalu"
Shabir menundukkan kepalanya di bahu Sriti, kemudian menegakkan kepalanya lagi
"Lalu kapan kira-kira pertunangan mereka bisa dilakukan?" Kakek sangat bersemangat
"Emmm tanggal 20 bulan depan. Itu hari yang baik''
"Apa?!!!!!" Seru Sriti dan Shabir kompak
"Nak, ingat kalian harus jaga diri kalian, dan Shabir kau segeralah meminta ijin ke kantor agar sebelum tanggal 20 kau bisa pulang"
"Bu, apa ini tidak terlalu cepat?"
"Terlalu cepat apanya? Lagipula ini hanya pertunangan, untuk pernikahan kalian bisa tentukan dua tahun atau tiga tahun lagi saat kalian benar-benar sudah siap" Jawab Nyonya Rathore
"Syukurlah'' ucap Sriti
Kedua keluarga itu pun terlihat sangat bahagia, kecuali Sriti dan Shabir tentunya
Sementara di sebuah club malam terlihat Madhu duduk bersama seorang pria yang tidak terlihat jelas wajahnya karena cahaya yang remang-remang
"Sayang, sabarlah, kau tahu aku dan dia hanya pura-pura" kata Madhu
"Pura-pura tapi kau harus selalu mesra"
"Bagaimana lagi, jika tidak begitu, dia akan curiga. Kau sendiri bagaimana?"
"Aku mengikutimu saja" keduanya lalu bersulang
-0-

Setelah mengetahui ruangan Sriti, Dhruv sengaja menunggunya datang
Melihat Sriti datang dari balik pintu, Dhruv langsung berdiri
"Kau?!" sriti terkejut
"Heh jangan lari! Aku ingin bicara!"
Dhruv menahan tangan Sriti sebelum ia lari lagi
"Lepaskan"
"Akan aku lepaskan jika kau berjanji tidak lari!"
"Baiklah, aku janji" Dhruv pun melepaskan tangan Sriti
"Sekarang katakan padaku kenapa kau selalu lari saat melihatku? Kenapa kau terkejut?"
Sriti menghela nafas sebentar, lalu ia mengambil ponselnya
"Lihat! Dia adalah Ankit, dia sahabatku, dan dia meninggal 8 bulan yang lalu. Wajahnya benar-benar sama sepertimu, maka dari itu aku terkejut saat melihatmu, bagaimana mungkin seseorang bisa sama persis dan setahuku Ankit tidak memiliki saudara kembar, lagi pula namanya Ankit Pandey dan kau Dhruv Bathla, tentu kalian tidak ada hubungan saudara''
"Kau benar, dia sangat mirip denganku" Dhruv melepas kacamatanya dan menyamakan wajahnya dengan foto Ankit
"He pakai kacamatamu! Kau ingin membuatku sedih?!" bentak Sriti
"Hah? Aku membuat sedih?"
"Jika perlu kau pakai saja topeng saat didepanku!"
"Kau ini sakit? Apa aku yang meminta jika terlahir dengan wajah mirip temanmu?"
"Tapi setidaknya jangan persis!"
"Lihat aku! Aku memakai kacamata, temanmu tidak! Sudah beda kan?"
"Kau ini tidak mengerti!"
"Kau yang susah dimengerti! Kita juga bertemu tanpa sengaja, kenapa sekarang kau marah padaku?"
"Kau sendiri kenapa datang ke ruanganku?"
"Aku hanya ingin tahu kenapa kau aneh saat melihatku"
"Lalu sekarang kau sudah tahu kan? Pergi sana"
"Aku juga akan pergi" Dhruv kembali memakai kacamatanya
"Dasar gadis aneh"
"Apa katamu?"
"Aneh! Kau ini Aneh"
"Terserah katamu, sana keluar, aku mau kerja!"
"Aku juga mau pulang, daripada tertular keanehanmu'' Dhruv pergi, tapi baru beberapa saat Sriti mengejarnya
"Kemana dia tadi?"
"Sriti kau mencari siapa?" Tanya Mira
"Mira, apa kau melihat Dhruv?"
"Dhruv siapa?"
Sriti terpaksa menunjukkan foto Ankit
''ini orangnya"
"Oh dia baru saja keluar kantor''
"Keluar? E baiklah, thanks" Sriti berlari ke depan, ia berhasil melihat Dhruv masuk mobil
"STOOOPPPP" teriak Sriti
"Hei! Apa kau tidak waras??? kenapa menghalangi jalanku? Jika kau ingin bunuh diri cari saja kendaraan lain, jangan mobilku"
Inilah perbedaan yang jelas terlihat antara Ankit dan Dhruv, Ankit bisa bicara lebih sopan daripada Dhruv
"Heh!" Sriti menggebrak mobil Dhruv
"gadis ini benar-benar tidak waras!" Dhruv turun dari mobilnya dan menghampiri Sriti
"Apa maumu?"
"Aku, sebenarnya aku butuh bantuanmu"
"What?" Dhruv menempelkan punggung tangan kanannya di kening Sriti
"Kau benar-benar sakit ya, tadi kau memakiku dan sekarang meminta bantuanku"
"Huft ayo aku jelaskan, masuklah ke mobil!"
"Kau ini bicara seolah-olah ini mobilmu saja"
"Ayolah masuk, lama sekali" teriak Sriti dari dalam mobil Dhruv yang tidak terkunci
Sriti kemudian menceritakan tentang Ankit dan rencananya pada Dhruv, terlihat Dhruv menyimaknya
"Lalu apa yang aku dapat jika berhasil?"
"Apapun yang kau minta, asal jangan meminta hal yang tidak mungkin"
"Oke, akan ku katakan yang aku inginkan nanti"
"Deal?"
"Deal"
Sriti pun keluar dari mobil Dhruv yang langsung melajukan mobilnya
-0-
Sore harinya ia kembali bertemu Shabir di pondok
"Ini aku bawakan kopi" kata sriti
"Thanks Fuggi, ini buatanmu kan?"
"Tentu saja, siapa lagi"
"Kau memang paling mengertiku Fuggi... emmmm aroma kopinya..." Shabir meminum kopi buatan Sriti itu
"Apa kau sudah punya cara membatalkan pertunangan ini?"
"Fuggi, please jangan tanyakan itu, aku belum bisa berpikir, biarkan aku menikmati kopi ini dulu"
"huft kau ini keterlaluan!" Sriti melempar jaketnya
"Ayolah Fuggi jangan marah, nanti aku pikirkan"
"Hmm" Sriti menyenderkan kepalanya ditembok dan memejamkan mata
"Fuggi, sebenarnya apa alasanmu menolak perjodohan ini?"
"Jika kita sama-sama tidak memiliki perasaan, bagaimana kita akan menikah? Kau mencintai Madhu dan aku pun sudah bersama Gurmeet"
"Apa kau mencintai Gurmeet?"
"Aku tidak tahu, aku merasa nyaman dan dia baik padaku"
"Lalu perasaanmu padaku?"
Sriti menatap dalam mata Shabir
"Sekarang jawab aku, bagaimana perasaanmu?"
"Aku? Aku merasa tak ingin menjauhimu, bagiku kau adalah hal terbaik yang pernah ku miliki. Kau tahu apapun yang aku butuhkan, kau adalah orang yang selalu menangis saat aku sakit, kau orang yang lebih bahagia saat aku bahagia, aku tak punya ungkapan lagi untukmu. Aku menyayangimu Fuggi"
"Shab, ,kau pun tahu aku hanya bisa menangis dihadapanmu. Kau mengerti masalah yang aku sembunyikan serapat apapun itu, kau kakak terbaik yang ku miliki. Itulah mengapa aku ingin selalu membuatmu bahagia"
Rinai hujan pun turun, keduanya berlari kedepan
"Cinta itu tentang persahabatan yang kekal, yang abadi" Ucap Shabir
"Dan sahabat akan selalu menjaga cinta mereka apapun yang terjadi" Sriti
Shabir pun mendekap Sriti
"Tetaplah menjadi Fuggiku"
"Kau adalah kakakku"
-0-

Dhruv menelfon Sriti dan memberitahu bahwa ia sudah sampai di Delhi dan akan menjalankan misinya
Sriti mengingatkannya untuk tetap berhati-hati, jangan sampai ada yang curiga
"Siapa yang harus waspada Sriti?" Gurmeet mengejutkannya
"E eh kau? Ini bibi Vandu, dia akan ke Kolkata, aku memintanya hati-hati dan waspada di jalan"
"Ohh begitu, semoga bibimu selamat sampai tujuan"
"Terima kasih"
"Oya apa yang ingin kau bicarakan? Sepertinya penting sekali"
"E sebelumnya aku minta maaf jika ini menyinggungmu"
"Memang ada apa?"
"E sebenarnya aku dijodohkan"
"Apa? Dengan siapa?"
"Ss Shabir''
"Shabir? Tapi kalian sahabat bukan?".
"Itu dia, kami tak tahu jika orang tua kami saling mengenal" Sriti mulai menceritakan kejadian perjodohan dan usahanya dengan Shabir membatalkan tapi hingga kini belum berhasil. Gurmeet menunduk lesu, sama halnya dengan Madhu yang membuang muka
"Madhu, ayolah ikut ke rumahku, Sriti juga akan mengajak Gurmeet, kita akan jelaskan pada mereka semua''
"Apa? Gurmeet juga ikut?"
"Benar, kita akan katakan yang sebenarnya, aku dan Sriti hampir kehabisan akal untuk membatalkannya"
"Tapi kenapa harus dibatalkan? Bukankah kalian sudah saling dekat?''
"Kau tidak mengerti Madhu, kami ini sahabat, kami tidak ingin merusak persahabatan ini. Lagipula, aku mencintaimu''
"Tapi keluargamu memilih Sriti kan?"
"Iya, tapi Sriti sendiri juga tidak mau. Pleaseeee"
Madhu tampak berpikir
'satu langkah lagi Shab' pikir Madhu
-0-

Satu minggu sebelum acara pertunangan, Shabir dan Sriti mengajak pasangan mereka masing-masing ke rumah, mereka tak ingin berbohong lebih lama lagi
-0-

Romeo Juliet Nahi HaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang