Romeo Juliet Nahi Hai Eps 27

191 13 0
                                        

Romeo Juliet Nahi Hai
Eps 27
Sinar mentari menembus kaca jendela kamar Sriti dan Shabir, cahayanya menyilaukan mata Sriti, ia pun membuka mata dan melihat ke kanan, pada box bayi
"Dia pasti sudah bangun" Sriti beranjak tapi ia terkejut saat tak menemukan Shanum di box itu
"Shanum, dimana dia? Shanum Shanum" Sriti berteriak sambil keluar kamar
"Nak, ada apa? Kau sangat panik?" tanya bibi Vandu
"Bibi Shanum tidak ada, aku lihat boxnya kosong" "hm tentu saja dia tidak ada di box, jika kau ke teras, kau akan menemukannya"
"Teras?" Sriti melihat bibi Vandu sekilas lalu lari ke teras
"Sha...." Ia berhenti saat melihat Shabir tengah menggendong Shanum sambil mengajaknya bercanda
"Kalian disini?" tanya Sriti sambil mendekati mereka
"Oh kau sudah bangun? Sayang, lihat itu ibu, selamat pagi ibu sayang" Sriti lalu mencium pipi Shanum
"Aku tadi sempat panik karena Shanum tidak ada di box"
"Itu kan pekerjaanmu, sedikit-sedikit panik" Shabir meledeknya
"Biarkan saja, aku panik kan beralasan"
"Baiklah. Tadi sebenarnya Shanum menangis, saat aku lihat ternyata dia mengompol, setelah selesai mengganti popoknya aku ajak dia kesini, kata ibu matahari pagi sangat baik bukan?"
"Kau bangun lebih pagi dariku? Kau mengganti popok?"
"Haaa aku sudah memasang alarm, aku juga sudah belajar pada bibi Vandu"
"Ya ampun Sha...suniye"
Sriti menggandeng lengan Shabir
"Kenapa? Kau rindu memanggilku Shabo? Tidak masalah, apapun panggilan yang kau berikan, itu tetap terdengar romantis untukku"
"Uft ternyata sisa-sisa jiwa playboy itu masih ada"
"Playboy bukan berarti aku jahat kan?"
"Tidak Shabo, itu kan pencarian" Suara lain hadir diantara mereka
Shabir dan Sriti pun menoleh
"Sheina,Dhruv?"
"Hai Sriti, Hai Shabo, dan ini pastii...."
"Shanum, namanya Shanummm"
"Ahhhh cantiknyaaaaa, boleh aku menggendongnya?" Kata Sheina
"Tidak boleh" jawab shabir, Sheina pun mundur lagi
"Hei kenapa kau serius begitu, tentu saja boleh, dia keponakanmu juga kan? Ini, sayang kau bersama bibi sheina ya" Shabir memberikan Shanum ke tangan Sheina
Dhruv mengambil ponsel dan diam-diam mengambil foto Sheina dan shanum
"Ayo masuk" ajak Sriti
Mereka pun masuk ke dalam rumah Shabir
"Suniye, aku akan mandi sebentar, kau temani dulu ya" bisik Sriti
"Sepagi ini kau minta aku temani mandi?"
"Ishh maksudku temani Sheina dan Dhruv"
"Padahal aku sangat bersedia" Shabir mengedipkan sebelah matanya
"Ah kau ini" Sriti menjauh dari suaminya
"Sheina, Dhruv aku tinggal sebentar ya" Sebelum ke kamar, Sriti memberi tahu pelayan untuk menyediakan makanan dan minuman
"Jadi bagaimana dengan kalian?" tanya Shabir
"Doakan saja Shab, sebenarnya kemarin aku dan ayah sudah mendatangi keluarga Sheina. Dan pertunangan kami setelah aku kembali ke Mumbai
"Kau akan ke Mumbai?"
"Ya ada pekerjaan disana"
"Pekerjaan apa? Oh kau kan seorang penulis, tentu mempromosikan bukumu ya"
"Kau benar, aku akan launching buku terbaruku"
"Jangan beritahu Sriti. Atau dia akan menghabiskan jamnya untuk membaca tulisanmu"
"Aku akan membacakan untuknya" Jawab Dhruv
"Shab, kau dengar sendiri kan? Dia ini memang ada rasa dengan Sriti"
"Tidak masalah, karena aku tahu dia bukan type Sriti" Jawab Shabir
"Jika aku lebih dulu mengenalnya dia pasti memilihku" Dhruv
"Oh begitu, jadi kau sebenarnya menjadikanku pelampiasan?" Sheina
Mereka pun terus bercanda
"E Shab, boleh aku tanya sesuatu?"
"Silahkan saja Sheina"
"Apa Shanum...trakeostomi?"
"Ya, kau tahu tentang itu?"
"Iya, anak temanku ada yang seperti ini juga, tapi tenang Shab. Hanya enam bulan, setelah itu Shanum akan seperti kita. Lihat lihat, dia tersenyum, sayang kau sangat cantikkkk" Sheina menciumi pipi Shanum
"Jika ingat saat kuliah dulu,aku masih tidak menyangka jika kalian bisa menikah"
"Kenapa tidak bisa?"
"Kau tahu sendiri seperti apa Sriti, dan kau? Setiap pagi kau mencium pilar karena matamu fokus mengamati gadis-gadis cantik" Jawab Sheina
"Shab, apa kau tak pernah meliriknya?" Tanya Dhruv
"Untuk apa? Dia ini sangat angkuh"
"Aku angkuh?"
"Memang benar, setiap datang kau langsung masuk kelas, keluar jika hanya ada perlu"
"Wah kau memperhatikanku rupanya"
"Dulu hanya Sriti yang tidak aku perhatikan,gadis pendiam, cupu seperti itu. Mendengar namanya saja aku tidak pernah" Jawab shabir tanpa tahu jika Sriti sudah dibelakangnya
"Oh jadi Sriti itu pendiam?"
"Ya hanya membaca saja kerjanya, tapi dia bilang pernah dekat dengan kakak kelas"
"Lalu, apa yang dilakukannya setelah itu?"
"Dia bilang dia men..." Shabir mendongakkan kepala, Sriti menyilangkan tangan didepan dada
Sriti menaikkan kedua alisnya
"Dia dia sangat cantik"
"Aku tidak pernah mendengar namanya, dia cupu, pendiam, mengaku dekat dengan kakak kelas, lalu apalagi?"
"Lalu aku bertemu dengannya dan mulai mencintainya" Shabir menarik tangan Sriti hingga Sriti jatuh dipangkuannya
"Suniye" Sriti berusaha berdiri
"Suniye? Jadi kata Shabo sudah hilang?" Sheina dan Dhruv saling melirik
"Kau pergilah mandi. Badanmu bau keringat"
"Lihatlah, dia bisa malu sekarang" Shabir
"Aku bukan kau, sudahlah sana"
"Oke oke, Sheina Dhruv aku akan segera kembali" Shabir lari ke atas
"Ada siapa Shab?"
"Oh itu bu., Sheina dan dhruv teman kuliah kami" Jawab Shabir pada ibunya yang masih di Delhi
"Baiklah, beritahu ayahmu dan yang lain untuk menemui"
"Oke bu" Shabir pun menemui anggota keluarganya yang lain
Sedangkan ibunya ke ruang tamu lebih dulu
-0-
Dhrasti dan Gurmeet pergi ke rumah Sachi untuk mencari informasi tentang Madhu. Sachi mengatakan memang Madhu adalah temannya tapi ia tidak tahu tepatnya Madhu tinggal dimana
"Oke Sachi terima kasih" Mereka pun pamit
"Kita tidak punya petunjuk lagi" Gurmeet menunduk, Dhrasti mengangkat kepala Gurmeet
"Tidak ada yang tidak mungkin, tidak ada yang boleh menyerah, Madhu sudah besar, dia tahu yang seharusnya dia lakukan. Mungkin saat ini dia butuh ketenangan. Kita akan mencarinya lagi, sekarang kita cari makan"
"Makan?"
"Iya makan, sejak pagi kita berputar, perutku lapar tuan"
"Kau ini keterlaluan"
"Yasudah aku makan saja sendiri. Dan kau silahkan merenung disini" Dhrasti melangkah, sampai beberapa meter ternyata Gurmeet memang tidak mengikutinya
"Dia benar-benar tidak ikut? Huuh dasar, laki-laki emosional" Dhrasti pun membeli makanan di restaurant terdekat dan kembali ke tempatnya tadi
"Ayo bangun"
"Tidak mau"
"Ayooooo, jangan seperti anak kecil atau akan ku teriaki perampok"
"Kau ini gila ya?"
"Aku tidak lebih gila darimu. Bangun dan makan ini" Dhrasti memberikan makanan dan sebotol air mineral pada Gurmeet
Gurmeet membuang muka
"Tidak mau makan juga?" Dhrasti mengambil sepotong kue untuk disuapkan pada Gurmeet
"Ayo buka mulutmu"
"Aku tidak lapar"
"Dari semalam kau juga tidak makan apapun"
Beberapa kali Dhrasti membujuk tapi Gurmeet tetap diam
'apa boleh buat' Batin Dhrasti
Ia menutup mata dan mencium bibir Gurmeet
"Kau..." Saat Gurmeet membuka mulut, Dhrasti langsung memasukkan roti itu ke mulut Gurmeet
"Kunyah pelan-pelan"
"Kau benar-benar tidak waras" kata Gurmeet setelah menelan makanannya
"Aku terpaksa! Kenapa kau tak mengerti , jika kau sakit kau sendiri yang repot. Kita sudah harus kembali ke Mumbai. Masih banyak pekerjaan kita, kenapa tak memikirkan itu?"
Gurmeet hanya menatap Dhrasti
"Sekarang kau akan menatapku atau makan?"
"Kau juga harus makan"
"Aku sudah habis 5 potong. Cepat habiskan"
Gurmeet tahu jika Dhrasti pasti belum makan juga
"Ini makanlah" Gurmeet ganti menyuapi Dhrasti
"Aku bisa makan sendiri" Dhrasti mengambil roti itu dan makan dengan lahap, Gurmeet tersenyum melihatnya
'dia ini..' batin Gurmeet
-0-
Madhu terus menenggak alkohol di sebuah bar, Sachi pun mendekatinya
"Madhu, ayolah sudah cukup, mau berapa banyak lagi kau minum?"
"Apa masalahnya denganmu?"
"Tidak ada tapi masalahnya di dirimu sendiri. O ya tadi pagi saudaramu datang"
"Maksudmu?"
"Gurmeet, dia mencarimu"
"Lalu?"
"Aku katakan jika aku tidak tahu kau tinggal dimana"
"Bagus, lagipula untuk apa dia mencariku, aku ingin bebas"
"Madhu, sebenarnya apa masalahmu hingga kau harus pergi dari Mumbai?"
"Kau pernah terkena pisau atau cuter?"
"Sepertinya pernah, aku lupa"
"Kau tanya orang yang pernah terkena itu, bagaimana rasa sakitnya"
"Maksudmu kau pergi hanya karena terkena pisau? Ya ampun Madhu kau ini bukan anak bayi"
"Lebih baik kau urus dulu pikiranmu sebelum bertanya" Madhu turun dari kursi dan meninggalkan Sachi
"Madhu tunggu, kau mau kemana lagi?"
"Aku mau mencari ketenangan, biarkan aku sendiri"
"Hei kau saja jalan sempoyongan begini, katakan padaku kau mau kemana, akan ku antar"
Madhu melirik Sachi
'Moscow Star' ucap Madhu
"Oke ayo" Sachi pun mengantar Madhu ke hotel bintang 5 di Moscow tersebut
Tanpa disangka, disana dia akhirnya bertemu dengan Dhrasti dan Gurmeet yang baru saja check out dari hotel itu, mereka akan kembali ke mumbai pukul 1 dini hari
"Gurmeet, itu Madhu" Dhrasti menunjuk Madhu yang dipapah oleh Sachi
"Madhu" Gurmeet meletakkan koper dan menghampiri Madhu
"Madhu, kau mabuk?"
"Kau? Ahh minggir kau"
"Madhu apa yang terjadi padamu? Kau tahu orang tuamu sangat khawatir"
"Alah khawatir apanya, he lihat itu kekasihmu sudah merengek. Sana pergi"
Madhu mendorong Gurmeet
"Sekarang juga kita pulang ke India"
"Aku tidak mau kembali kesana!"
"Kalau begitu aku akan mengantarmu ke Dubai!"
"Tidak, apa kau tuli? Biarkan aku tinggal dimanapun yang aku mau"
"Dengar aku! Aku ini saudaramu, kakak sepupumu! Aku akan tetap membawamu! Dhrasti pesan satu tiket lagi"
"O oke"
Gurmeet mencengkeram tangan Madhu erat
"Tolooong"
Petugas keamanan pun datang
"He ada apa ini?"
Dhrasti lalu menjelaskan jika Madhu sedang mabuk. Dan mereka akan membawanya pulang, satpam itu pun akhirnya mengerti
Gurmeet meminta tolong Dhrasti dan Sachi membawa koper, sementara dia menggendong Madhu yang masih terus meronta hingga masuk dalam taksi
-0-
Sriti meletakkan Shanum di box lalu menyiapkan pakaian kerja Shabir, setelah itu ia merapikan tempat tidurnya
"Sayang nanti aku pulang terlambat" kata Shabir yang baru saja selesai mandi
"Ada lembur?"
"Tidak, tapi aku akan menemui Manav untuk proyek kemarin"
"Baiklah, jangan lupa, jangan sembarangan makan"
"Aku ingat itu"
Setelah Shabir rapi, Sriti pun ke bawah lebih dulu untuk menyiapkan sarapan suaminya
"Sayang, ayah berangkat kerja dulu ya, kau jangan membuat ibu repot" Shabir menggendong Shanum, setelah mencium kening Shanum, ia kembali meletakkan anaknya di box, mengambil tas lalu ke bawah
"Suniye, sarapanmu sudah siap" kata Sriti
"Pagi ayah, ibu" Sapa Shabir pada ayah ibunya, sedangkan kedua orang tua Sriti sudah kembali ke Dubai
"Pagi nak, ayo makan"
"Iya bu. Dimana bibi Vandu?"
"Dia sedang di kamar, kurang enak badan"
"Apa perlu kita bawa ke dokter sekarang?"
"Tidak Shab, ayah sudah memanggil dokter untuknya"
"Baiklah kalau begitu"
Mereka pun mulai sarapan
"E suniye, ini obatmu" Sriti memberikan obat Shabir
"Terima kasih Fuggi" Kata Shabir sambil mencium kening istrinya
Sriti tersenyum dan ijin ke kamar
Selesai sarapan, Shabir pun bergegas berangkat ke kantor
-0-
Di rumah Gurmeet, Madhu masih saja diam, tidak mau makan,minum ataupun bicara
Dhrasti yang saat itu menginap disana juga ikut bingung tapi dia berusaha mencari tahu tentang Madhu
"Madhu, kau tidak sendiri, ada Gurmeet ada aku disini, kau bisa cerita apa masalahmu, kami bisa membantu semampu kami"
"Diamlah"
"Aku tidak akan diam karena aku tahu kau kau butuh teman"
Madhu mencengkeram sprei kasur bermotif daun itu
"Karena Sriti Jagdish tiada, karena Sriti Shabir menjauh. Semua karena Sriti!!! Aku membencinya!!!!!!" teriak Madhu
"Jagdish? Siapa dia?"
Madhu hanya melirik ke arah Dhrasti

To be continued....

Romeo Juliet Nahi HaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang