Romeo Juliet Nahi Hai Eps 14

146 13 2
                                    

Sriti mengajak Gurmeet ke rumah, tetapi baru saja didepan kantor, ponselnya berdering. Melihat nama yang terpampang dilayar, ia lalu menjauh dari Gurmeet yang terlihat agak curiga, tak berselang lama, ia kembali dan mengatakan pada Gurmeet jika ia tak jadi mengajaknya menemui kedua orang tuanya hari ini.
"Memang ada apa?"
"Maaf Gurmeet, ada hal penting yang harus aku selesaikan"
"Iya, tapi apa? Kau ingin menyembunyikan sesuatu dariku?"
"Gurmeet, aku benar-benar minta maaf, aku tahu kau peduli padaku, tapi ada hal yang bisa aku katakan dan ada yang tidak, im sorry" Sriti lalu pergi mencari taxi
Sementara Shabir yang sudah berdiri didepan rumah bersama Madhu terkejut melihat mobil ambulans terparkir dan mendengar tangisan ibunya dibalik pintu, ia segera membuka pintu dan melihat beberapa perawat sedang membawa kakeknya menuju ambulans
"Kakek?" Shabir lari menghampiri
"Ibu, apa yang terjadi pada kakek?"
"Kakek, Kakek jatuh dikamar mandi" Jawab ibunya disela isak tangis
Mereka langsung ikut ke rumah sakit.
"Madhu, ayo ikut"
"E Shab, maaf tapi baru saja managerku bilang aku harus menemuinya"
"Kau bilang hari ini tidak ada acara, dan kita sedang di Mumbai bukan? Bagaimana managermu akan menemuimu?"
"E iya sebenarnya dia juga sedang di Mumbai"
"Yasudahlah, aku pergi dulu, ini bawa mobilku"
Shabir memberikan kunci mobilnya pada Madhu, karena ia sudah percaya padanya
Ia pun segera menyusul keluarganya menggunakan motor
-0-

Sriti menemui Dhruv disebuah cafe
"Ada berita apa Dhruv?"
"Begini, aku akan makan dulu, pelayan" Dhruv memesan makanan
"Dhruv, please kau ini kenapa memikirkan makanan saja?"
"Heh, aku lapar! Apa kau memikirkannya?"
"Hhhh yasudah, come to the point"
"Kemarin aku mendatangi tempatnya bekerja"
"Lalu?"
"Ya dia memang bekerja di Star Agency, dan dia salah satu model terbaik di Delhi"
"Lalu?"
"Dia anak seorang pengusaha sepatu kulit terbesar di Delhi"
"Tunggu, bukankah dia orang Mumbai?"
"Tidak, dia lahir dan besar di Delhi, hanya saat kuliah ia ke Mumbai"
"Oooo, lalu?"
"Lalu, lalu, lalu"
"Dhruv, kau saja bicara sepotong-sepotong, katakan yang jelas"
"Baru itu informasi yang aku dapatkan"
"Apa? Selama dua minggu kau hanya mendapat itu?"
"Kau pikir aku tidak bekerja? Kau tahu sendiri novelku saja belum terbit"
"Tapi dari informasi itu apa yang aku dapatkan? Aku tidak mendapat petunjuk apapun"
"Hm aku kira kau ini pintar. Jika dia orang Delhi, dan baru tinggal di Mumbai saat kuliah, kenapa dia mengatakan jika sejak kecil ia di Mumbai?"
Sriti tampak berpikir
"Kau benar juga, apa alasan dia. Jadi itu petunjuk pertama?"
"Hm ya bisa saja, sekarang silahkan berpikir dan aku akan makan" Kata Dhruv saat makanannya datang
Sriti mulai berpikir jika memang ada sesuatu yang Madhu sembunyikan, tapi apa dan untuk apa, sedangkan selama ini sepertinya dia baik-baik saja
"Dhruv"
"Hmm"
"Apa mungkin dia ada masalah dengan Shabir?"
"Maksudmu?"
"Ya mungkin dia berpacaran dengan Shabir karena sesuatu"
"Besok akan aku cari tahu lagi"
Saat itu Sheina yang baru saja akan makan malam bersama laki-laki yang dijodohkan oleh ayahnya melihat Sriti
"Sriti" sapa Sheina
Sriti menoleh
"Hi She..." Ia ingat Dhruv yang sedang asyik menyantap makanannya
Sriti langsung berdiri menghampiri Sheina agar Sheina tak melihat Dhruv
"Hi, senang sekali bertemu denganmu disini"
"Ya Sriti aku juga tak menyangka, em kau bersama siapa?" Sheina berusaha melihat ke arah Dhruv
"Itu seperti bukan Gurmeet" Sheina hanya bisa melihat punggung Dhruv
"Iya bukan, dia saudara sepupuku, baru datang dari Kolkata"
"Ohhh, em Sriti perkenalkan ini Raj Malhotra, tunanganku"
"Hi Raj"
"Sriti, aku mau ke toilet sebentar" Dhruv tiba-tiba sudah berdiri di belakang Sriti
Sheina sangat terkejut
"Kau???????" ia pun pingsan
"Sheina Sheina, bangunlah" Raj menopang tubuh Sheina
"Kenapa kau kemari?!" tegur Sriti
"Aku mau ijin daripada kau nanti mencariku"
"Sekarang lebih baik kau pergi dulu dari sini"
"Kau mengusirku? Apa-apaan ini?"
"Aku akan jelaskan nanti, cepatlah!"
Dhruv langsung pergi, Sriti dan Raj membawa Sheina ke sebuah sofa panjang dan mencoba membangunkannya
"Syukurlah akhirnya kau sadar" ucap Raj
"Sriti, dia...."
"Sheina, kau jangan berpikir macam-macam, akan aku jelaskan, e Raj, boleh aku bicara dengan Sheina saja?"
"Em oke" Raj pun pergi
"Sheina, namanya adalah Dhruv, dia seorang penulis dari Delhi, kebetulan novelnya akan diterbitkan ditempatku bekerja, dia bukan Ankit, dan aku harap kau bisa menerima kenyataan dan doakan Ankit tenang disana"
"Tapi wajahnya.."
"Ya Sheina, mereka memang sangat mirip, awalnya aku pun terkejut saat melihatnya tapi setelah aku kenal, dia berbeda dengan Ankit dan aku yakin dia memang orang lain"
Sheina menangis
"Hingga detik ini pun aku hanya mencintai Ankit, tapi aku harus mengikuti kata-kata ayahku"
"Sheina, dengar, meskipun sulit, pelan tapi pasti kau akan membuka hati untuk Raj, percayalah, aku pun pernah merasakan apa yang kau rasakan"
"Tapi Sriti, setidaknya kau punya Shabir, dia selalu ada untukmu, ada Gurmeet yang setia menunggumu, dan orang tuamu juga tidak menjodohkanmu dengan orang lain, kau bebas memilih"
'andai saja kau tahu jika aku sedang dalam masa sulit' batin Sriti
"Sudah Sheina, aku lihat Raj juga baik, dia juga tampan, kau pasti bisa menjalani semuanya dengan baik"
''thanks Sriti"
Setelah Sheina membaik, Sriti pun pamit pulang. Namun saat melewati bartender, ia melihat Dhruv tengah asyik menenggak minuman beralkohol
"Heh Dhruv, apa yang kau lakukan disini?"
"Kau tidak lihat aku sedang minum?" mulut Dhruv sudah mulai tercium aroma alkohol
"Sudah berapa banyak yang kau minum?"
"Kenapa kau bertanya? Itu tidak penting untukmu, lagipula aku membayar sendiri"
"Ini bukan masalah siapa yang membayar, tapi tentang keselamatanmu, sudah hentikan" Sriti berusaha merebut botol dari.tangan Dhruv
"Hei hei hei, siapa kau ini, kau ingin mengaturku?!"
"Aku bukan mengatur, tapi mengingatkan"
"Sssttttt" Dhruv menutup bibir Sriti
"Diam saja"
"Dhruv, jangan keras kepala" Sriti berhasil merebut botol itu
"Sekarang mana kunci mobilmu. Ayo pulang''
"Tidak ada yang berani melarangku selama ini!" teriak Dhruv
"Dan sekarang aku berani melarangmu, ayo!" Sriti melihat kunci mobil Dhruv
"Ayo"
"Kemana? Berikan kunci mobilku"
"Tidak, apa kau ingin bunuh diri, mengendarai mobil dalam keadaan seperti ini?"
"Hei aku ini pembalap handal, semua orang tahu aku bisa berkendara bahkan saat tidur" Dhruv berjalan sempoyongan, Sriti berusaha memapahnya
"Itu artinya kau sedang mengigau"
Susah payah Sriti membawa Dhruv ke mobil
"Sekarang duduk dan diam"
"Kau ini kenapa seperti monster itu? Marah-marah saja"
"Apa katamu? Monster?"
"Ya, kau tahu dirumahku ada monster" Dhruv membuat mukanya seolah-olah menyeramkan
"Siapa yang menyimpan monster dirumahmu?"
"Ayahku, monster itu sangat berbahaya, selain itu dia hanya baik didepan ayahku"
Sriti berpikir siapa yang dimaksud oleh Dhruv, atau sebenarnya dia ada masalah
"Sudah Dhruv, lupakan monster itu, sekarang tidurlah"
"Biar aku yang menyetir"
"Tidak, diamlah!"
Dhruv akhirnya diam, tapi hanya sesaat, ia kemudian menyalakan musik keras dan ikut teriak
Sriti sebenarnya merasa terganggu tapi ia biarkan itu. Ia hanya fokus menyetir, mengantarkan Dhruv ke hotel
-0-

Keluarga Shabir sangat cemas menunggu kakek
Dokter keluar dan mengatakan jika kakek sudah sadar
Shabir menemui kakeknya
"Nak kemari" pinta kakek
"Aku tidak tahu sampai kapan umurku, tapi aku ingin sekali melihatmu dan Sriti menikah"
"Kek, jangan bicara seperti itu, kakek pasti sembuh"
"Kau tahu, aku sudah tua nak, aku hanya ingin melihatmu menikah dan memiliki anak"
Shabir memeluk kakeknya
Ia berpikir bagaimana agar memberitahu keluarganya tentang hubungan mereka sebenarnya
Saat itu ponselnya berdering
Shabir : "Halo Fuggi"
Sriti : "Shab, kau dimana?"
Shabir : "aku sedang dirumah sakit, kakek jatuh di kamar mandi"
Sriti : "apa? Kenapa tak memberitahu? Dirumah sakit mana?"
Shabir : "rumah sakit kota"
Sriti : "oke aku kesana"
Sriti menutup telefon, sekali lagi ia melihat Madhu yang berdiri didepan mobil Shabir
-0-

Sriti tiba dirumah sakit dan langsung menemui ibu Shabir
"Salam.bibi"
"Nak, kau kemari?"
"Iya bi, Shabir baru saja memberi kabar, bagaimana kakek?"
"Kakek sudah sadar, dia sedang bicara dengan Shabir, masuklah nak"
Sriti pun masuk keruangan kakek
"Salam kek"
"Nahhhh kau datang nak, terima kasih. Aku baru saja membicarakanmu dengan Shabir"
"Kek, maaf sebelumnya, jika aku boleh bertanya, bagaimana seandainya kami tidak menikah?" Sriti memberanikan diri mengatakan itu, Shabir pun terkejut mendengarnya
"Apa maksudmu nak?"
"Begini kek, seandainya aku dan Shabir sebenarnya memiliki pasangan masing-masing dan kita ini tidak saling mencintai bagaimana? Apa kakek akan memaksa kami menikah?"
Kakek terdiam, Sriti dan Shabir mulai khawatir
Namun tiba-tiba kakek tertawa
"Kau lucu sekali, aku bisa melihat jika kalian saling peduli, saling menyayangi, bagaimana mungkin kalian memiliki pasangan masing-masing. Aku suka selera humormu nak, aku akan cepat sehat karenamu" Kakek terlihat sangat senang
Sementara Sriti dan Shabir bingung sendiri, usaha untuk jujur pun ternyata disalah artikan sebagai gurauan
Setelah cukup, Sriti pun pamit pulang, Shabir mengantarnya
"Shab, tadi aku melihat Madhu membawa mobilmu"
"Iya tadi aku mengajaknya kerumah, untuk mengenalkannya pada keluargaku, tapi saat akan masuk ternyata kakek sedang akan dibawa kerumah sakit, aku memintanya ikut, tapi dia bilang dia harus menemui managernya jadi aku suruh saja dia membawa mobilku"
"Ohhhh"
'menemui manager ditepi jalan?' batin Sriti
"Kau sendiri baru pulang? Kau masih mengenakan pakaian kerja"
"Aku tad... iya aku baru saja pulang, banyak pekerjaan'' Sriti berbohong
"Jadi bagaimana ini? Kau sudah berusaha jujur tapi kakek tetap tak menghiraukan"
"Itu dia Shab, aku juga bingung"
Mereka sampai disamping motor Shabir
"Apalagi kondisi kakek seperti ini"
"Jadi, kita menikah?"
"Entah Fuggi"
Keduanya menatap satu sama lain dan mengangkat bahu mereka
-0-

Gurmeet duduk ditepi kolam renangnya
Ia mengingat semua kenangan bersama Sriti, ia pun tersenyum sendiri tapi saat ingat kalimat Sriti yang mengatakan jika ia dijodohkan dengan Shabir, raut wajahnya berubah
"Aku tak bisa melihatmu hidup dengannya Sriti" gumam Gurmeet
Ia memejamkan matanya, membayangkan wajah Sriti dengan tawa riangnya

Keesokan paginya, Dhruv terbangun, kepalanya masih terasa berat
"Aku dimana?" ia mengamati sekelilingnya dan menemukan secarik kertas diatas meja

'jika kau sudah bangun, pesanlah air jeruk nipis, itu akan membuatmu merasa lebih baik'
Tulisan itu tertera diatas kertas, Dhruv mengingat kejadian semalam
"Sriti, dia yang membawaku kesini"
Dhruv mengambil ponselnya dan menghubungi Sriti tapi tidak aktif
"Nona aneh ini, kadang-kadang baik juga" Sekali lagi Dhruv membaca tulisan Sriti, ia pun menelfon customer service untuk memesan air jeruk nipis
-0-

Shabir keluar dari ruangan kakek dan tak sengaja bertemu Dokter Raman
"Hi Shab, apa kabar?"
"Oh dokter, ya aku baik, bagaimana denganmu?"
"Aku juga baik. Aku melihat keadaanmu memang semakin meningkat, bagus sekali kau selalu rutin memeriksa kondisimu"
"Ya kau tahu dokter, jika aku lupa, pasti ada alarm yang mengingatkanku" keduanya tertawa
"Aku akui Shab, memang dia itu sangat baik, sangat cerdik pula, tidak salah jika kau memilihnya, yasudah kalau begitu aku permisi" Dokter Raman pun pergi
'dia memang baik, dia memang yang terbaik, tapi....' batin Shabir
"Kondisi apa yang membaik nak?" Suara seorang wanita mengejutkan Shabir, ia pun menoleh dan mendapati ibu Sriti didepannya
"Bibi?''
"Apa yang dimaksud dokter tadi? Keadaanmu meningkat?"
"Bi, itu bukan apa-apa"
"Sepertinya kau menyembunyikan sesuatu, aku akan tanya pada dokter itu" Ibu Sriti mengejar dokter Raman, Shabir yang bingung pun ikut mengejarnya
-0-

Wah gimana ya??

Romeo Juliet Nahi HaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang