Romeo Juliet Nahi Hai Eps 11

190 11 1
                                    

Romeo Juliet Nahi Hai
Eps 12

7 bulan kemudian..
"Sriti aku benar-benar minta maaf karena tak bisa menemanimu kesana" Ucap Gurmeet merasa bersalah
"Hei untuk apa kau minta maaf, tidak apa-apa Gurmeet"
"Aku tenang karena disana kan ada Shabir, dia pasti bisa menjagamu"
"Kau tidak tahu saja, sebenarnya aku yang lebih sering mengasuhnya"
Mereka tertawa
"Jaga dirimu baik-baik, aku akan merindukanmu" Gurmeet menyentuh pipi kekasihnya itu
"Aku akan ingat itu" Sriti menurunkan tangan Gurmeet
Kemudian ia masuk kedalam rumah setelah Gurmeet pergi, Sriti bersiap-siap berangkat ke Delhi
Shabir berhasil masuk dapur rekaman, dan dua hari lagi ia akan merilis lagu perdananya di Delhi, karena itulah Sriti datang kesana. Tetapi Sriti mengatakan pada Shabir bahwa ia sangat sibuk sehingga tidak bisa datang, Shabir merasa kecewa saat itu tapi ia berusaha mengerti keadaan Sriti
-0-

Shabir kembali ke meja kerjanya dan kaget karena foto Sriti tidak ada di meja
"Jack, apa kau melihat foto yang aku pasang disini?"
"Foto? Oh foto adikmu?"
"Iya, kau melihat?"
"Tidak"
"Lalu untuk apa kau menjawab"
"He kau bertanya padaku"
"Yasudah, diam kalau begitu"
"Ada apa Shab, kau gusar sekali?" Tanya Vir yang baru datang
"Vir, fotoku hilang"
"Fotomu?"
"E maksudku foto adikku, yang biasa aku letakkan disini" Shabir menunjuk meja kerjanya
"Oooo itu, oh iya hampir aku lupa, tadi seorang wanita kemari mencarimu, karena kau sedang keluar dia langsung pergi"
"Siapa dia?"
"Ah aku lupa namanya, apalagi dia mengenakan masker"
"Masker?"
"Iya, atau mungkin dia yang mengambil foto itu"
'siapa dia? Apa Madhu? Tapi...' telefon di mejanya berdering
"Halo"
"Halo Shab, ada tamu untukmu di ruang musik"
"Siapa?"
"Kau temui saja dulu"
Resepsionis pun menutup telefon
"Siapa lagi ini?"
"Wah Shab, kau kan calon bintang besar pasti banyak yang akan mencarimu, asal jangan lupa padaku ya" Kata Jack
"Benar Shab, kau harus ingat kita sering makan bersama" sahut Vir
"Kalian bicara apa, sudah aku akan ke depan dulu" Shabir meninggalkan ruangan itu
Ia masuk ke ruang musik tapi tidak menemukan siapapun
"Hei apa ada orang?" Shabir mengelilingi ruangan
"Darrrrrrr!!!!" Sriti menepuk punggungnya
"Fuggi?????" seru Shabir setelah membalikkan badan
"Haloooo tuan playboy"
Sriti mengenakan rok hitam rampel selutut, kaos lengan panjang berwarna putih serta sepatu sneakers putih, rambut hanya ia ikat tinggi dibelakang, membuatnya terlihat seperti umur 22tahun
Shabir seperti orang linglung, ia tak tahu akan berkata apa, yang pasti ia sangat bahagia melihat Sriti didepannya
"Fugggggiiiiiii" Shabir mengangkat tubuh Sriti
"Shab tolong turunkan, aku bisa pusing" Shabir pun menurunkan Sriti
"Kau, kau bilang tidak bisa kesini?"
"Kapan aku mengatakan itu?"
"Dua hari lalu"
"Nah, artinya bukan sekarang kan?"
"Iya tapi..."
"Tapi apa lagi? Kau tidak suka aku disini? Baiklah aku akan pulang"
"Hei! Untuk apa kau datang jika mau pulang, kau tahu aku sangat sangat bahagia kau datang, aku sempat kecewa saat kau mengatakan kau sibuk, kau tidak punya waktu, kau..." Shabir menghentikan kata-katanya saat melihat Sriti mencibir menirukannya berbicara
"Kau, meledekku'' Shabir menggelitiki Sriti
"Aduh ampun Ampun Shab, sudahhhh" Sriti berusaha menghindar
"Madhu?" Seru Sriti, Shabir pun menoleh, Sriti langsung menggunakan kesempatan itu untuk mengikat kedua tangan Shabir dengan sapu tangannya
"Kena Kau"
"Ka...kau benar-benar cerdik ya"
"Shab, dengar, karena aku sudah jauh-jauh kemari, jadi kau tidak boleh membantahku"
"Enak saja, jadi aku harus diam saja jika kau menyiksaku?"
"Apa aku pernah menyiksamu? Aku akan lepaskan tanganmu dan kau tak boleh membalasku" Sriti mengajak Shabir kedekat pintu keluar dan melepaskan tangan Shabir
"Hei hei, kau sudah berjanji tadi, jika melanggar aku akan pulang ke Mumbai" ancam Sriti saat Shabir akan menarik hidungnya
"Hm baiklah, aku menurut kali ini"
"Aku ingin mengajakmu pergi"
"Kemana?"
"Nanti juga kau tahu"
"Baiklah, aku akan ijin dulu"
"Oke, eh Shab tunggu"
"Apa lagi?"
"Aku mau menitip sesuatu"
Shabir mengerutkan kening
"Ini, tolong berikan pada meja Shabir Mehra" Sriti memberikan fotonya sendiri yang ia ambil dari meja kerja Shabir
"Ini? Jadi kau yang mengambil?"
"Tenang, aku tidak mencuri, aku justru terharu, diam-diam ternyata kau menjadi penggemarku ya?"
Shabir hanya menggelengkan kepalanya, ia terlihat sangat bersemangat berlari ke ruang kerjanya, dan Sriti pun menunggu didepan
Lima menit kemudian, ponsel Sriti berdering
"Ayah?" Shabir menjawab video call ayahnya
"Halo ayah"
"Hai nak, apa kabar? Wah kau terlihat cantik nak"
"Ayah, apa biasanya aku tampan?"
"Ayah bercanda, oya ini ibumu ingin bicara"
"Salam ibu"
"Salam nak, kau sedang dimana ini?"
"Aku sedang di..." Saat itu Shabir datang dan langsung merangkul pundak Sriti, ia tak tahu jika Sriti sedang melakukan video call dengan orang tuanya. Sriti menurunkan tangan Shabir
"Wohooo kau sedang bersama Shabir?" Barulah Shabir paham hal itu, ia segera menurunkan tangannya
"Salam paman, bibi"
"Salam nak, apa kau baru pulang bekerja? Pakaianmu masih rapi seperti itu"
"I iya ayah, sebenarnya kami sedang berada di Delhi, dia bekerja disini"
"Oh iya ayah ingat, bagaimana pekerjaanmu nak?"
"Baik paman, semuanya lancar"
"Aku sangat senang nak, walaupun sekarang kalian tinggal dikota yang berbeda tapi kalian tetap meluangkan waktu untuk bertemu"
"Ibumu benar nak, ini harus kalian pertahankan"
"Ayah sebenarnya kami..."
"Nak, sepertinya aku harus katakan sekarang agar kalian tak terkejut, bulan depan kami dan Tuan serta Nyonya Mehra akan pulang, kita akan mempersiapkan pertunangan kalian"
"Apa?!!!! Tunangan?!!!" mata Sriti dan Shabir terbelalak, mereka menoleh satu sama lain
"Kami tahu ini reaksi kalian, tenanglah, kalian hanya perlu menjaga kesehatan, jadi saat harinya tiba kalian benar-benar fit"
"Ayah, aku ingin bica....ahrgghhhh lowbatttt" Sriti meremas ponselnya yang lowbatt saat ia akan mengatakan kebenaran pada ayahnya
Ia dan Shabir kompak menepuk kening dan menggelengkan kepala
"Ada saja yang terjadi" keluh Sriti
"Sepertinya Tuhan tak mengijinkan kita membatalkan ini" ucap Shabir , ia melihat Sriti murung
"Eh Fuggi, sudah jangan kau pikirkan, sekarang kau mau mengajakku kemana?"
Sriti pun ingat rencananya
"Ayo, e sebentar" Sriti mengambil sapu tangannya lagi
"Mana kunci mobilmu?" pinta Sriti
"Untuk apa?"
"Sudah bawa sini"
Akhirnya Shabir pun memberikan
Kunci mobilnya
Sriti kemudian menutup kedua mata Shabir dengan sapu tangannya
"Apa lagi ini Fuggi?"
"Katamu hari ini menurut, kenapa banyak tanya?"
Shabir menghela nafas
"Oke, selama kau disini, aku hanya milikmu, terserah apapun yang akan kau lakukan"
"Bagus, tunggu disini" Sriti pun mengambil mobil Shabir di tempat parkir
Ia lalu membantu Shabir masuk dan memakaikan sabuk pengamannya, sempat tak sengaja pipinya mengenai pipi Shabir saat menunduk, tapi ia cepat-cepat memasangkan sabuk dan menuju kursi supir
"Pokonya kau tidak boleh banyak bertanya, lebih baik tidur"
"Baik nyonya" Shabir pun menyandarkan kepalanya
Sriti tersenyum dan fokus menyetir mobil
Ia menghentikan mobil di sebuah mall, dengan hati-hati ia memapah Shabir masuk ke sebuah toko pakaian"
"Selamat sore nona,tuan"
"Sore , kemari sebentar" Sriti membawa penjaga agak menjauh, setelah membisikkan sesuatu
Petugas toko pun kembali dan memperhatikan Shabir
Kemudian ia mulai memilih beberapa kemeja dan jas untuk Shabir yang ia tunjukkan pada Sriti
"Fuggi, kau dimana?"
"Hutan!" jawab Sriti
"Jangan bercanda, aku buka ya"
"Tidak!"
"Ayolah sebenarnya apa yang kau lakukan dan kita dimana? Sepertinya ramai sekali"
"Aku sudah bilang, jangan banyak bertanya"
Shabir mendengus
Setelah dirasa cukup, Sriti membayar pakaian itu dan membawa Shabir keluar toko, mereka pindah ke toko sepatu, dan terakhir ke toko aksesoris untuk membeli kacamata
"Fuggi, aku lapar"
Sriti menoleh
'kasihan juga dia' batin Sriti
"Kau mau makan pizza?"
"Apa saja yang penting perutku terisi, tadi siang aku hanya minum saja"
"Minum?"
"Minum fresh orange"
"Syukurlah, aku kira"
"Aku tidak akan meminum itu"
"Memang tidak boleh"
Sriti memesan pizza, setelah pesanan datang
"Buka mulutmu"
Sriti menyuapi Shabir
"Wah Fuggi aku merasa seperti orang buta saja, jalan digandeng, makan disuapi. Tapi mungkin begini ya rasanya jika aku cacat"
"Husss bicara apa kau ini, sudah habiskan makanmu, aww" Shabir menggigit jari Sriti yang menyuapinya
"Oh sorry aku rasa itu topping pizza"
"Sorry sorry, kau pasti sengaja kan?"
Shabir hanya tertawa kecil
Pukul 5 sore, mereka pun keluar dari mall
Sriti mengantar Shabir pulang ke apartemennya
"Buka penutup matamu, kita sudah sampai"
Shabir pun membuka penutup.mata
"Apartemen? Hei bagaimana kau tahu apartemenku disini?"
"Aku bilang apa padamu tadi?"
"Oh iya, aku tak boleh banyak tanya"
"Hmmm itu, ayo masuk dan bawa itu" Sriti menunjuk kantong belanja dikursi belakang
"Kau belanja sebanyak itu? Untuk apa?"
"Shabbbb"
"Ohhh shit!!!" Shabir pun mengambil kantong belanja itu dan turun dari mobil, Sriti menyusulnya
"Nah sekarang kau mandi, aku akan siapkan semuanya"
"Ka..."
"Mandi"
Shabir sebenarnya merasa kesal, tapi ia menahan itu
Sriti memilihkan kemeja berwarna putih dan jas warna silver untuk Shabir, dengan bawahan sepatu putih
"Shab, pakaianmu didepan pintu kamar mandi, aku akan kedepan sebentar" teriak Sriti dari luar kamar mandi, kemudian ia keluar kamar
Shabir yang baru selesai mandi heran melihat pakaian yang disiapkan oleh Sriti
"Celana,kemeja,jas? Ini seperti pakaian baru? Sebenarnya mau kemana ini? Fug... tidak, dia pasti marah jika aku bertanya lagi. Sudahlah aku pakai saja" Shabir pun mengenakan pakaian pilihan Sriti
"Shab, apa kau sudah selesai?" Tanya Sriti yang baru saja masuk
"Aku sudah rapi" Shabir membalikkan badan
"Ya ampun Shab, apanya yang rapi? Lihat ini, kerah berdiri, kancing salah, kau seperti anak umur 5tahun saja" Sriti merapikan pakaian Shabir
"Dan kau seperti ibu-ibu dengan 4orang anak"
"Apa aku terlihat setua itu?"
"Bukan wajahmu, tapi sifatmu, jika sudah marah, kau tak akan memberi kesempatan orang lain untuk bicara"
"Ohooo, tapi selama ini aku tak pernah marah pada siapapun"
"Iya hanya padaku kau melakukan itu"
"Semua itu karena kau sendiri yang keras kepala, sudah sekarang aku mau mandi'' Sriti mengambil handuk dan pakaian gantinya lalu bergegas mandi
Ponsel Shabir berdering
ߓᓨabir : Halo Vin
ߓ⠓hivin : Shab, besok acara dimajukan jam 9 pagi, kau jangan terlambat, ini konser perdanamu"
ߓᓨabir : siap, pasti aku datang lebih awal
Mereka pun berbicara dengan serius, hingga Shabir tak sadar baru saja Sriti lewat didepannya
Setelah beberapa saat, telefon pun terputus
"Yess akhirnya, FUGGIIIII" Shabir berteriak didepan pintu kamar mandi
"Tak usah berteriak, aku dengar" jawab Sriti yang sedang memasang anting-anting
Shabir mendekati Sriti, dari pantulan cermin, ia melihat seorang gadis cantik dengan longdress berwarna hitam, rambut yang disanggul, membuat penampilannya mempesona meskipun hanya dengan sedikit make up
"Shab, bisa kau tolong aku?"
Shabir tak menjawab
"Shab!" Sriti menyiku melihat wajah Shabir dari cermin
"Heh! Apa yang kau lihat!"
"Ha eh apa?"
"Kau melamun?"
"Tidak, hanya, aku bingung kenapa kita memakai pakaian seperti ini? Apa ada pesta?"
"Kau lupa?"
"Oh ayolahhh kau melarangku bertanya tapi membuatku penasaran daritadi"
"Kau tidak sabar sekali" Sriti melihat jam dinding, ia terlihat agak bingung, kemudian melihat jam tangannya
"Kita sudah terlambat, ayo berangkat"
"Kemana?"
"Kau mau ikut atau ak.."
"Iya aku ikut, kau ini"
Shabir pun mengunci pintu kamarnya
"Fuggi"
"Hm awas kau bertanya lagi"
"Aku tidak mengatakan akan bertanya! I just wanna say, kau cantik lagi"
"Cantik lagi?"
"Ya, ini ke 4 atau 5 kali aku melihatmu cantik"
"Ah sudahlah simpan bualanmu, ayo cepat"
Mereka pun sampai ditempat parkir
"Apa aku lagi yang akan menyetir?"
"Tentu, masuklah, kalau perlu kau bisa duduk dibelakang, buat dirimu senyaman mungkin"
"Ada angin apa kau mengatakan itu padaku?"
"Kenapa kau benar-benar jadi banyak bicara dan bertanya? Padahal aku memintamu diam sebelum sampai"
"Ya Tuhaaaannn" Shabir menengadahkan kepalanya lalu masuk ke dalam mobil
Tak lama, Sriti mulai melajukan mobil shabir, menembus udara malam di kota Delhi
Mobil itu berhenti didepan sebuah restaurant besar
"Turunlah"
"Kita mau makan?"
"Menurutmu kita akan berobat disini?"
Shabir pun turun, disusul Sriti yang memarkirkan mobil lebih dulu
"Kenapa hanya berdiri, ayo masuk"
Shabir masih bingung, tidak biasanya Sriti mengajaknya ke restaurant seperti ini, ia tahu betul meskipun orang kaya, Sriti lebih memilih tempat-tempat sederhana
"Hai Shab, kau datang juga akhirnya" Sambut Jack
"Jack?"
"Shab, kami menunggumu hingga berpuluh-puluh jam"
"Benar Shab, kemana saja kau?"
Satu per satu temannya di kantor juga para relasinya menyambut
Hal itu membuat Shabir semakin heran, dan saat masuk ruangan, ia melihat banyak anak kecil bersama orang tua mereka juga menyambutnya dengan bahagia
"SHABIIIIIIRRRRRR" teriak Shargun
"Shargun"
"I miss youuu Shab" Shargun memeluk Shabir
"Apa kabar brother?" Ravi juga memeluknya, lalu Nia dan terakhir Sheina, ia terlihat lebih tenang daripada 7bulan lalu saat Ankit meninggal
"Hei ada apa ini? Kalian semua disini?"
"Belum semua Shab, ada yang belum dan paling penting" jawab Sriti
"Ada lagi?"
"Wait a few minutes"
Sriti pun pergi dari tempat itu, tiba-tiba listrik padam
Sebuah cahaya menyoroti seseorang yang berjalan mendekat ke arah Shabir, orang-orang yang meributkan kegelapan pun menjadi diam, ditengah kegelapan itu, Madhu datang dengan membawa kue ulang tahun
"Happy bday Happy bday Happy bday to youuuuuu" Madhu menyanyi saat tiba di hadapan Shabir
"Madhu?"
"Happy bday Shab" ucap Madhu
"Yeiyyyyy Happy bdayyyy" Teriak Shargun
Beberapa orang menembakan comferty dan meniup terompet, saat itulah listrik menyala, Madhu terlihat anggun dengan dress berwarna silver, senada dengan pakaian Shabir
"Ayo Shab, tiup lilin dan potong kuenya" Jack
"Iya, aku lapar Shab"
"Ah dasar Rohan, ingat kau sudah gendut" sahut Shabir, mereka pun tertawa
"Ayo Shab, make a wish" kata Madhu
Shabir menundukkan kepala dan memejamkan mata, tapi ia ingat pada Sriti
Shabir mencari sosok Sriti
"Ada apa Shab, ayo..." Madhu
"Sebe...." Shabir melihat Sriti sedang berbicara pada beberapa pelayan, seperti memastikan semua berjalan lancar, Shabir kembali memejamkan mata
'ya Tuhan, terima kasih, hingga saat ini kau masih berikanku kesempatan untuk hidup, dan saat ini aku benar-benar meminta, jaga dia untukku, dia adalah orang yang paling bahagia saat aku bahagia, dan dia selalu menjadi yang pertama menangis saat aku terluka, dia sangat berharga untukku, aku ingin dia selalu bahagia, Fuggi aku menyayangimu' ucap Shabir dalam hati
Ia pun menegakkan kepala dan membuka mata, Sriti sudah ada dibelakang Madhu
"Thank you"
"Sama-sama Shab" jawab Madhu karena berpikir Shabir mengucapkan itu untuknya
"Shab, nanti saja berterima kasihnya, sekarang tiup lilinnya, kau tidak kasihan pada anak-anak itu, rumah mereka jauh'' teriak Saif
"Oke okeee aku akan meniupnya" Shabir menunduk, sekali lagi ia melihat ke arah Sriti, kali ini Sriti juga tengah melihat ke arahnya, ia juga memberi isyarat dengan pura-pura tengah meniup lilin, Shabir pun tersenyum
Tepuk tangan riuh menggema setelah Shabir selesai meniup.lilin, tiba saat pemotongan kue.
Shabir ingin memberikan potongan pertama untuk Sriti
"Ini untuk yang selalu membantuku" Tangan Shabir sudah bergerak melewati pundak Madhu, merasa Shabir mengarah padanya, Sriti pun pura-pura membenarkan sepatu, sehingga kue itu sampai ke tangan Jack yang tepat disamping Sriti
"Teman kan memang harus saling membantu shab" ujar Jack
Madhu merasa agak lega, karena ia pikir tadi adalah untuk Sriti
'kenapa Fuggi menghindar?' pikir Shabir, namun ia segera mengerti bahwa Sriti pasti tidak enak.pada Madhu
"Suapan kedua untuk kekasihku yang cantik malam ini"
Shabir menyuapi Madhu
"Dan yang ketiga..."
"Shab aku potong sendiri saja kau lama sekali" teriak Rohan
"Baiklah, terserah kalian, but, thank you very much, kalian benar-benar membuatku terharu
Aku bahkan lupa jika ini hari ulang tahunku"
"Berterima kasihlah pada adikmu Shab" teriak Saif
"Ya Shab, Sriti yang merencanakan semua ini" lanjut Shargun
"Dia mungkin tidak tidur selama tiga hari untuk menyiapkan ini, setiap saat ia menelfon pihak sini untuk memastikan segala persiapannya" Nia menjelaskan
"Kau benar-benar beruntung shab memiliki sahabat sepertinya, selalu ada dalam suka dan duka, kami pun merasa demikian, dia selalu membantu orang lain tanpa pamrih'' Ravi
Shabir memikirkan kata-kata mereka dan mencari Sriti, tadinya ia ingin meminta ijin pada Madhu, tapi ia justru terlihat asyik berbicara dengan gadis-gadis lain yang sepertinya juga model
"Iya, aku pulang setelah acara konser selesai, bibi tenang saja ya, aku disini dengan teman-teman, Sheina,Shargun,Nia,Ravi ada disini... Gurmeet sedang sibuk bi, iya, yasudah ini sudah malam bibi tidur ya, sampai besok" Sriti menutup telefon dari bibi Vandu
Ia akan kembali ke ruang pesta, namun saat membalikkan badan, ia menabrak seseorang
"Shab, kau mengejutkanku saja!" umpat Sriti
Tanpa mengatakan apapun, Shabir memeluknya, cukup lama "Shab are you okay?"
"Fuggi, thank you so much''
"Terima kasih? Untuk apa?"
"Aku tahu, kau bekerja keras mempersiapkan ini, kau benar benar selalu mengetahui apapun yang tidak aku mengerti, thank you" Shabir memeluk Sriti lagi
"Shab, tolong lepaskan, tidak enak jika kita berdua begini"
"Im sorry, tapi sungguh, aku tidak tahu bagaimana aku tanpamu Fuggi"
"Ee Shab ini untukmu, happy bday" Sriti memberikan sebuah kotak kecil untuk Shabir
"Apa ini?"
"Buka saja"
Shabir membuka kotak itu
"Baterai??"
"Ya, nanti kau periksa jam dinding di kamarmu, itu baterainya habis"
"Fuggiiiii" Shabir mengejar Sriti
Mereka masuk ke ruang pesta
"Shab, stop.mengejarku, kemarilah" Sriti membawanya ke anak-anak kecil
"Jadi Shab, mereka adalah anak-anak yang saat ini rumahnya sedang digusur, maka aku ajak mereka kesini agar mereka tidak berlarut dalam kesedihan. Adik-adik, apa kalian senang?"
"Senang kak, Happy bday Kak Shabirrrrr" ucap anak-anak kompak
"Terima kasih terima kasih, aku sangat senang kalian bisa datang, suatu saat nanti gantian aku akan kerumah kalian" ucap Shabir
Mereka pun foto bersama
Shabir memperhatikan Sriti
"Kenapa kau melihatku begitu? Ooo iya aku baru ingat, jadi aku memakai pakaian ini karena yang datang banyak teman-temanmu dan mereka mengetahui aku ini adikmu, jika aku berpenampilan seperti biasa, apa kau tidak malu? "
"Fuggi Fuggi" Shabir mengusap lembut rambut Sriti
"Shab" Panggil Madhu
"Hai Madhu"
"Ternyata kau disini, em Sriti terima kasih ya kau sudah membuat pesta seperti ini" Ucap Madhu
"Sama-sama, yasudah have fun guys, aku mau menemui yang lain" Sriti pun pergi
"Shab, aku punya hadiah untukmu''
"Oya? Tapi kau tak perlu repot, kau datang pun aku sudah senang Madhu''
"Apa kau menolak?"
"Tidak, hanya saja kau..."
"Ayo temukan hadiahmu'' Shabir pun mencari kado dari Madhu
Ia menemukan sebuah gitar listrik terbaru
"Waaaawwww ini sangat bagus Madhu, ini benar untukku?"
"Tentu saja, semoga kau suka''
"Aku sangat suka, ini luar biasa thanks Madhu" Shabir langsung mencoba gitar itu
Acara berlangsung lancar hingga usai
Shabir kembali ke apartemennya, Sriti, Shargun, Nia dan Ravi pergi ke hotel mereka

Sesampainya kamar, Shabir melihat jam dinding
"Fuggi benar, baterainya habis. Dia benar-benar mengerti apa yang ku butuhkan tanpa perlu ku katakan" gumam Shabir
Ia pun memasang baterai jam itu
''Fuggi..." Shabir lalu merebahkan tubuhnya
-0-

Keesokan paginya, Shabir bangun lebih pagi untuk persiapan konsernya
Ia siap berangkat dan menemukan secarik kertas didekat meja rias
'jangan lupa vitamin, di musim seperti ini sangat rentan' Shabir mengulang tulisan itu
"Baiklah nyonya Fuggi" Kata Shabir pada kertas itu
Ia kemudian berangkat
Sementara Sriti sudah keluar hotel lebih dulu bersama Shargun
Saat akan menyeberang tak sengaja, Sriti terserempet sepeda motor
''Sriti kau terluka''
"Shargun, kau pergilah, konser akan dimulai"
"Tidak Sriti, kau..."
"Aku baik-baik saja ini luka kecil, pergilah dan ingat jangan katakan kejadian ini pada siapapun" Sriti menahan kakinya yang lecet ringan "Sritiii"
"Ayolah Sharguuun, mereka pasti menunggu" paksa Sriti
Shargun pun menurutinya
-0-
'kenapa Fuggi belum terlihat datang?' pikir Shabir yang sebentar lagi akan naik ke panggung, sementara Sriti masih dipinggir jalan, ia sedang diobati oleh seorang pemilik kedai

Romeo Juliet Nahi HaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang