Romeo Juliet Nahi Hai Eps 22

292 12 5
                                    

Romeo Juliet Nahi Hai
Eps 22

Hal yang paling menyedihkan adalah seseorang yang kita sayangi tak mempedulikan diri kita, mungkin itulah yang dirasakan oleh Sriti. Di usia kehamilannya yang menginjak 5bulan, dimana ia membutuhkan perhatian lebih, justru Shabir seolah tak peduli padanya
Dia pergi sebelum Sriti bangun dan pulang larut malam, Sriti sudah berusaha menelfon kantor ataupun manager Shabir, namun mereka mengatakan bahwa Shabir selalu datang dan pulang tepat waktu. Hal itu membuat Sriti khawatir dan curiga, Shabir bahkan jarang sekali menyentuh makanan buatannya. Dia pun check ke dokter, dan mengetahui bahwa Shabir juga rutin periksa kesehatan, lantas kemana Shabir saat pagi dan malam hari?
Sriti merasa ada jarak diantara keduanya, dan malam ini ia bertekad menunggu Shabir pulang
Tepat pukul 2 pagi, Shabir pulang, mendengar suara derit pintu, Sriti bangun dan menyalakan lampu, terlihat Shabir meletakkan tas dan pergi ke kamar mandi
"Suniyeeee" Sriti menarik tangan Shabir
"Kau kenapa? Apa kau marah padaku?"
"Aku mau mandi"
"Tidak, jawab aku dulu! Jika memang kau marah katakan padaku apa salahku!"
"Kau tidur saja, ini sudah hampir pagi!" Shabir melepaskan tangan Sriti dan langsung masuk kamar mandi
Air mata Sriti terjatuh, selama ini tak pernah sekalipun Shabir bersikap dingin padanya, bahkan saat ia yang bersalah, justru Shabir yang lebih dulu meminta maaf, tapi satu bulan terakhir ini Shabir benar-benar menunjukkan sikap tak peduli
Sriti menangis disofa, saat keluar dari kamar mandi, Shabir hanya menatapnya sekilas lalu beranjak tidur, tanpa menegur atau menenangkan istrinya
Keesokan paginya, lagi-lagi Sriti tak mempunyai kesempatan bicara pada Shabir karena suaminya sudah pergi, hanya ada memo kecil disamping ranjang
'aku sudah pesankan makanan'
"Ada apa sebenarnya?"
Setelah berpikir beberapa saat, Sriti pun mengambil koper dan mengemasi pakaiannya, ia memutuskan untuk kembali ke Mumbai saja
-0-

Sheina dan Dhruv kini semakin lebih dekat, mereka sering menghabiskan waktu libur atau waktu senggang untuk pergi bersama entah sekedar makan atau menonton film di bioskop
Hal itu tentu membuat ada perasaan berbeda diantara keduanya
Siang ini mereka baru saja selesai makan disebuah cafe, namun saat keduanya akan masuk mobil, tiba-tiba beberapa orang datang
"Hei itu dia! Tangkap Ankit!!!" teriak salah seorang dari mereka
Dhruv dan Sheina menoleh satu sama lain, Dhruv segera menggandeng tangan Sheina dan mengajaknya berlari
Aksi kejar-kejaran pun dimulai, mereka menyusuri jalanan didepan deretan toko, rumah warga, bahkan lorong-lorong sempit
"Dhruv, bagaimana ini?"
"Sheina, percayalah padaku, kita akan segera bebas dari mereka"
"Aku tahu mereka pasti orang suruhan Raj" Ucap Sheina ditengah pelarian itu
"Aku juga merasa begitu, ayo percepat langkah kita"
"Awwhh" Sheina tersandung dan jatuh
"Sheina, kau tidak apa-apa?"
"Kakiku lecet sedikit, tidak masalah, ayo" mereka melihat sebuah gang dan bersembunyi disana
Dhruv sengaja memasang kaki, sehingga preman yang mengejarnya jatuh tersungkur, baru ia kembali mengajak Sheina berlari
"Dorrr" terdengar suara tembakan disusul teriakan Sheina, ia melihat darah dilengan kanan Dhruv
"Dhruvvvvv"
"Ahhh, Sheina larilah"
"Tidak Dhruv! Aku tidak akan meninggalkanmu!"
"Sheina, aku baik-baik saja, peluru itu hanya menyerempet lenganku"
"Kalau begitu, pegang tanganku!" Sheina mengulurkan tangannya, Dhruv menatap wajah Sheina yang sangat cemas itu
"Dhruv cepatlah!!!"
Dhruv pun memegang tangan Sheina, dan keduanya kembali berlari
Nafas mereka terengah-engah, berpadu dengan derap langkah mereka meski tak sekencang awalnya, karena Dhruv mulai merasakan nyeri di lengannya
Akhirnya mereka menemukan jalan keluar dan segera naik taksi menuju rumah sakit
Sheina melepas syalnya dan membungkus luka Dhruv
"Maafkan aku Dhruvvv"
"Kenapa kau meminta maaf?"
"Karena mereka menganggapmu..."
"Sudahlah, justru aku masih penasaran kenapa Ankit menjadi sasaran mereka. Kau tenang saja" Dhruv tersenyum
"Thanks Dhruv" Sheina langsung memeluk Dhruv dan menumpahkan air mata didada bidang Dhruv
-0-

Ditengah perjalanan, Sriti hanya menangis, ia sangat bingung apalagi yang harus dilakukan agar Shabir mengatakan mengapa ia bersikap begitu
"Sriti!" seru seseorang, Sriti mendongakkan kepala
"Gurmeet?"
"Kau sendirian saja? Mana Shabir?"
"E dia masih bekerja, aku ingin menegok bibi Vandu"
"Kau ini sedang hamil, tak seharusnya ia membiarkanmu pergi sendiri"
"Tidak masalah Gurmeet, lagipula dia sedang benar-benar sibuk saat ini"
"Oh, eh apa kau habis menangis? Matamu sembab"
"No Gurmeet, im fine"
"Are you sure?"
"Ya, hm apa kabar?"
"Aku baik, mari..."
"Ini minummu ji" Seseorang datang, Sriti mencoba mengingat gadis disamping Gurmeet
"Sriti. Kenalkan, ini Dhrasti, dia..."
"Model" tebak Sriti
"Benar sekali. Nah sekarang jelas kan, aku ini terkenal. Kau saja yang kurang update" Jawab Dhrasti
Sriti yang biasanya suka asal bicara kini benar-benar tidak mood. Ia hanya tersenyum menanggapi Dhrasti
"Ayolah, nanti terlambat"kata Dhrasti
"Iya, kau ini berisik sekali! Yasudah Sriti, kami pergi dulu, bye"
"Bye" setelah Gurmeet dan Dhrasti pergi, Sriti segera mencari taksi
-0-

Romeo Juliet Nahi HaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang