Eps 23
Shabir melihat istrinya masih murung semenjak ia pulang dari rumah sakit, maka ia pun mencari cara agar Sriti mau bicara kembali. Ia sengaja mengeluarkan semua bahan makanan dari kulkas, sebenarnya ia sama sekali tidak mengetahui tentang cara memasak, maka dapur yang sempit itu terlihat semakin buruk dipandang
"Aku akan berusaha" Kata Shabir sambil menuang tepung ke dalam wadah yang tak begitu besar
"trang" wadah itu jatuh sehingga taburan tepung mengenai pakaiannya bagian pinggang sampai kaki, sementara wajahnya juga sudah penuh tepung
Sriti yang mendengar kegaduhan itu segera meletakkan buku dan beranjak ke dapur
"Ya Tuhan, apa disini ada gempa?" Seru Sriti, ia belum melihat Shabir karena suaminya masih membersihkan tepung dibawah
"Suniye.. Suniye" Sriti mencari Shabir ke dekat kompor
"Aaaaaaaaaaaa" Teriak Sriti saat melihat wajah Shabir yang penuh tepung tiba-tiba berdiri dihadapannya
"Fuggiii ini akuuuu" Shabir memegang tangan istrinya
"Suniye, apa yang kau lakukan?! Cepat cuci wajahmu!"
"mataku pedas"
"Ayoo" Sriti pun membantu Shabir mencuci muka
"Kau ingin menghancurkan dapur?"
"Bukan, aku hanya ingin membuatkan makan siang untukmu"
"Lebih baik aku tidak makan daripada dapur ini roboh! Kau ini tidak pernah menginjak dapur, untuk apa sok mau memasak?!"
"Eeeeee sebenarnya aku hanya ingin membuat kejutan untukmu, agar kau tidak murung terus"
Sriti menatap sinis suaminya, lalu ia menarik Shabir ke meja makan
"Duduklah"
"Kenapa?"
"Duduk"
Sriti kemudian mengambilkan air putih untuk Shabir yang langsung diminum setelah menerimanya
"Aku murung bukan berarti aku marah, bukan berarti aku tidak ingin bicara padamu, aku hanya sedih kenapa kau selalu melakukan kesalahan yang sama?! Aku tahu kau sehat, kau kuat, tapi apa salah jika menjaga kesehatan? Aku sebenarnya tidak ingin marah padamu, saat kita hanya berteman, aku peduli padamu, apalagi sekarang, kau suamiku, ayah dari anakku, kau tentu tahu aku tak ingin terjadi apapun padamu, kenapa kau tidak juga mengerti?!" Shabir hanya diam mendengarkan Fugginya karena ia tahu saat ini dia memang bersalah
"Jika kau tidak mau lagi mendengarkan aku, yasudah terserah apa maumu, mungkin kau lebih nyaman hidup sendiri..." Shabir langsung menutup mulut Sriti
"Tidak Fuggi, tolong jangan katakan itu! Aku minta maaf, entah berapa kali aku harus minta maaf, aku akan lakukan. Tolong jangan tinggalkan aku, kau juga tahu aku tidak bisa melakukan apapun tanpamu, meskipun jauh, aku selalu hidup dengan apapun yang kau katakan, tolong maafkan aku dan tetap bertahan denganku"
"Sayangi dirimu suniye" Mereka pun berpelukan, Shabir berulang kali mencium rambut istrinya
Sebentar lagi mereka akan menggelar acara 7bulan kehamilan Sriti sekaligus menempati rumah baru mereka.
-0-
Sheina dan Dhruv bertemu di café langganan mereka, Sheina terus saja merasa sedih atas perlakuan kedua orang tuanya, tapi Dhruv bisa meyakinkannya
"Kau jangan khawatir, aku sudah memiliki bukti untuk membuktikan kelicikan Raj"
"Apa yang kau punya Dhruv?"
"Ini" Dhruv menunjukkan rekaman video diponselnya
"Aku berharap dengan ini ayah akan percaya padamu"
"Kita berdoa saja, oh ya bagaimana keadaanmu? Masih pusing?" Dhruv memeriksa kening Sheina
"Tidak Dhruv, aku sudah baik-baik saja. Em boleh aku katakana sesuatu?"
"Tentu saja"
"Jujur saja, terkadang apa yang kau lakukan membuatku ingat pada Ankit. Yang membedakan adalah, saat ayahku menentang hubungan kami, Ankit memilih mundur tapi kau , kau justru tetap maju"
"Sheina, Ankit mundur karena ia tidak tahu seperti apa Raj, seandainya dia tahu aku yakin dia akan melakukan hal yang sama. Tapi aku harap kau menerimaku bukan karena aku mirip Ankit"
"Tidak Dhruv, aku sadar kau adalah Dhruv, meskipun belum sepenuhnya perasaanku pada Ankit hilang, tapi aku yakinkan padamu, aku mencintaimu dengan sadar"
Dhruv menggenggam tangan Sheina dan mencium punggung tangan Sheina
"Terima kasih Sheina"
Mereka pun pergi menemui ayah Sheina setelah makan siang
-0-
Madhu mengemasi semua barang dan pakaiannya, ia memilih pergi dari Delhi tapi Raj menahannya
"Sayang, apa kau tega meninggalkan aku?!"
"Ahhh sudahlah aku muak, sampai kapan aku harus menunggu?! Lagipula tanpa harta mereka , aku juga sudah memiliki banyak uang! Sekarang juga hubungan kita berakhir!"
"Apa?!!!! Bagaimana kau bisa mengatakan itu?!"
"Kenapa tidak bisa? Lebih baik aku tidak mengenalmu! Kau ini laki-laki payah! Apa yang bisa kuandalkan darimu!?"
"Jaga mulutmu!"
"Apa aku salah? Lihat dirimu? Jika bukan karena aku, kau tak akan bisa memakai pakaian seperti ini, makan direstoran mahal setiap hari! Seharusnya kau cari wanita yang selevel denganmu!"
"PLAK!!!" Sebuah tamparan mendarat dipipi Madhu
"Jika kau tak bisa menjaga ucapanmu, aku akan laporkan pada polisi tentang apa yang kau lakukan?"
"Kau mengancamku? Ayo kita kesana bersama, dan lihat siapa yang akan mendekam disana!"
Raj terdiam
"Kenapa diam?! Kau takut??" Madhu menurunkan kopernya
"Awas!! Dan jangan pernah hubungi aku lagi!" Madhu pun pergi dari rumah tanpa memberitahu siapapun, apalagi ayah ibunya juga sibuk, sementara Sona pergi ke Ahmedabad
-0-
Tiga hari kemudian
Hubungan Shabir dan Sriti sudah kembali seperti semula, Shabir juga tidak begitu banyak menerima job menyanyi dan hanya dua hari jam lembur dalam satu minggu. Ia pun sudah mengutarakan tentang penyakitnya pada orang tua serta atasannya
Awalnya tentu mereka shock, namun Sriti membantu memberi penjelasan sehingga semuanya bisa menerima dan memahami.
"Suniye, memang apa saja yang harus dipersiapkan untuk acara 7bulanan?"
"Mana aku tahu, apa aku pernah hamil?"
"Siapa tahu kau pernah menghadiri acara seperti itu"
"Heh seharusnya kau yang lebih tahu, kau kan perempuan"
"Tapi aku belum pernah datang ke acara itu"
"Sama saja, eh kenapa tidak Tanya pada bibi Vandu?"
"Ya ampun, kau benar. Kenapa aku bisa lupa padanya?? E suniye, besok kau libur kan? Kau jemput bibi Vandu kesini, pokoknya ayah,ibu,ayah dan ibu mertua,kakek,bibi Vandu harus ada disini saat acara itu"
"Baiklah nyonya, apalagi?"
"Oh iya sekalian beri tahu Shargun, Ravi dan Nia"
"Baiklah"
"Dan Sheina, apa kabar dia? Bagaimana jika besok kita kerumahnya? Kau kan libur?"
Shabir mendongakkan kepalanya
"Kau ini bagaimana? Tadi aku disuruh ke Mumbai, sekarang ke rumah Sheina? Apa kau bisa membelah dua?"
"Hehe aku lupa jika mengatakan itu"
"Fuggi, aku rasakan selama hamil kau ini sering lupa dan lebih sering marah-marah"
"Aku lupa apa?"
"Kau tidak ingat, kau sendiri menaruh boneka kesayanganmu di almari tapi kau memakiku karena mengira kau membuangnya"
"Benarkah?? Kapan?"
"Besok"
"Ah lagipula itu kan lupa, aku tidak sengaja"
"Kau kan selalu benar" Sabir duduk
"Ah hiya baiklah maafkan aku" Sriti memeluk suaminya dari belakang
Shabir tertawa
"Ada yang lucu?"
"Tentu ada, perutmu mengganjal dipunggungku" Shabir pun menggeser tubuhnya dan duduk disamping Sriti
"Aku sangat tidak sabar menanti anak ini lahir" Shabir menunduk mencium perut istrinya
"Semoga dia tidak keras kepala sepertimu"
"Dan semoga dia tidak cerewet seperti..." Sriti membulatkan kedua matanya
"Seperti aku, kau kan lemah lembut" Kata Shabir mencari pengamanan
Keduanya lalu membahas nama yang akan mereka berikan untuk anak pertama mereka yang diperkirakan perempuan dari hasil USG
-0-
KAMU SEDANG MEMBACA
Romeo Juliet Nahi Hai
RomansaHai Aku balik lagi dengan cerita baru nih Judul : Romeo Juliet Nahi Hai (Bukan Romeo Julie) PU : Shabir,Sriti,Madhurima Tuli, Gurmet Choudary Author : Fara Tika Fanani Romeo Juliet Nahi Hai Di salah satu universitas di Mumbai, ada dua orang sahab...