-Kadang ketika telah berubah menjadi orang lain,kita akan rindu dengan diri sendiri.Lalu mereka bertanya "?" Kenapa perubahan itu ada.Mungkin sebuah kondisi dan kecemasan menjadi dasar dari hal tersebut.-(ThenameIsMy)
****
Keesokan hari setelah hujan belum tentu terjadi pelangi,karena mungkin fenomena penuh warna itu sekarang berada pada ujung bola mata kecoklatan milik Malvin."Makasih banget kalian udah bantuin gue."Ucap Malvin ketika dirinya baru sampai di depan kelas.Sehingga orang-orang yang tidak tahu-menahu melihat Malvin agak aneh.
"Buat?"Tanya Bastian tidak mengerti.
"Buat apapun yang telah dilakukan Devin dan Ridwan tadi malam."
Bastian mengingat,tadi malam datang ke apartement cuma lihat Devin dan Ridwan yang sibuk nge-bengkel.Lalu,Malvin berterima kasih tentang hal apa?
"Urusan cowok."sergah Devin lalu bertos ria dengan Ridwan.Sedangkan Bastian terlihat sangat binggung.
****
Suasana lapangan basket sangat tidak kondusif.Setelah salah seorang kakak kelas menunjukkan kebolehannya dalam memantulkan bola basket itu."Kak Ridwan.Ganteng banget."
"Kak Ridwan."
"We love you aak Iban."
Kakak Kelas itu Ridwan yang sekarang hanya memakai kaus berwarna polosnya sembari melakukan pivot dengan gaya memutar.
"Gue gerah."Ucapnya tanpa dosa mulai membuka kaus yang ia kenakan dan tampak jelas perutnya yang kini terlihat begitu six-pack sempurna.
Devin menganga,gila Ridwan pake acara buka kaus.
Malvin yang tak mau kalah mulai mendekat meraih bola milik Ridwan dan melakukan shoot kearah Ring.Begitu Malvin datang massa bertambah dua kali lebih banyak.
Apa yang dilakukan Malvin yang sekarang mulai membuka juga kancing seragam pendek sekolahnya.Menampakkan pula bentuk perutnya yang membuat para gadis-gadis itu kembali histeris.
"Tuh dua bocah kenapa pada pamer roti sobek?"Tanya Bastian yang kini melihat dua siswa laki-laki yang tengah adu keringat dan ketampanannya itu dari balkon lantai dua.
"Lo kagak mau ikut?Lo kan juga punya."
"Ogah,Punya gue mah bukan tontonan publik."
"Sebentar lagi juga ada alarm hidup nongol."Ujar Devin.Kemudian mengacungkan tiga jari tangannya dan menghitung mundur.
"3"Devin mulai menghitung.
"2"
"1"
"Malvin-Ridwan."Teriakan suara yang sangat familiar itu mengelegar melewati helean rambut puluhan siswa disana.
Malvin dan Ridwan segera menghentikan aksinya dan melihat Pak Dinto yang seperti ingin melahap dua dari Lima most wated di sekolah itu.
Pak Dinto mulai mengelandang ke arah ruang guru karena mungkin ruang BK sudah terlalu berulang kali untuk Malvin.(serasa sudah bosan)
"Kalian sedang apa?Pake aja buka seragam.Ini sekolah."Ucap Pak Dinto lalu melihat kerah beberapa guru yang malah asik melihat murid-murid tampan itu diomeli.
Pak Dinto melirik ke arah segerombolan guru.Setelah lirikan maut dari pak Dinto tidak ada satu guru-pun yang berani menatap Malvin dan Ridwan lagi.
"Maaf pak.Saya sedang ingin bermain basket.Me-refest pikiran setelah pelajaran tadi.Tapi,anda tahu angin munson dari timur sedang bertiup.Membuat udara terasa kering.Sehingga saya memutuskan untuk melepas seragam agar tidak berbau asam ketika kembali belajar nanti.Saya tidak mau menganggu orang lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dare(HIATUS)
Teen FictionKami bersahabat, Itu adalah suatu kata yang indah yang sering dikatakan.Menyirnakan seribu alasan dari masalah yang dihadapi. Nama ku Devin.Tapi,disini aku tidak akan menceritakan tentang diriku sendiri.Melainkan kisahku bersama keempat teman yang a...