Dia, lagi?

4.8K 422 3
                                    

Aku tak habis pikir, bagaimana Earth bisa berpikiran demikian? Kenapa ia berkata seperti itu? Mungkin dia hanya bercanda. Ya, mungkin dia hanya bercanda. Dan aku terbawa perasaan? Sial, Earth!

Aku pulang sekolah. Biasanya mama akan menjemputku karena jam pulang kami biasanya sama. Tapi karena hari ini mama ada tugas mendadak di kantornya, ia tak dapat menjemputku. Terpaksa aku harus menunggu bus di halte.

 Terpaksa aku harus menunggu bus di halte

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hai, Sun!"

Sial, suara itu! Kenapa harus dia lagi? Aku ingin menghindar karena tadi itu sangat canggung saat dia bilang...ah, lupakan.

Aku hanya tersenyum pias kepadanya.

Ia berjalan ke arahku sambil membawa bola basketnya. "Kau pulang naik bus?" tanyanya. Kau tak bisa lihat karena aku menunggu di halte ya sudah jelaslah aku akan naik bus. Tapi aku harus ramah. Aku harus jadi orang yang baik. Aku harus tersenyum. Aku harus menjawabnya dengan baik. Aku harus punya teman.

"Iya, dan kau?" tanyaku kembali. Aku tak tahu harus mengobrol seperti apa dengannya.

"Iya, aku juga. Aku baru selesai latihan basket."

Canggung mulai terasa. Sebenarnya aku saja sih yang canggung. Kulihat dia santai saja. Tak menunjukkan kecanggungan atau ketidaknyamanan. Mungkin dia orang yang esktrovert, dan mudah bergaul.

Entah kenapa aku tertarik untuk memandanginya. Rambutnya sedikit basah, dan dahinya mengkilap karena keringat, tatapannya yang ceria dengan lekuk bibir yang optimis, kerah baju basahnya yang menimbulkan sedikit aroma...keringatnya. Tapi aku menyukainya.

"Kenapa, Sun?"

Sial. Aku tak sadar telah menatapnya begitu lama.

"Euh?" Aku terkejut. Aku memalingkan pandanganku dan menggigit bibir bawahku. Sungguh memalukan.

"Kau memandangiku lagi." ucapnya. Kalimat itu membuatku mati kutu. Tidak begitu. Tidak. Aku tidak memandanginya karena suka. Tidak. Tidak.

"Siapa? Aku? Tidak. Aku hanya melihat sisi sana, mungkin bus akan segera sampai." elakku.

"Bukannya bus datang dari arah yang berlawanan?" Sial. Kebohongan yang bodoh. Aku tak pernah naik bus.

"Emm.. Itu karena aku tak pernah naik bus. Aku baru tahu kalau bus-nya akan datang dari arah sana." jelasku.

"Ooh, begitu ya..." ia tersenyum mengejek.

"Iya! Lagipula biasanya aku dijemput mama saat pulang sekolah. Dan ini pertama kalinya aku naik bus."

"Anak mama nih..."

Entah kenapa kurasa aku mulai banyak bicara padanya.

Apa? Aku? Mulai banyak bicara? Padanya?

Ao, Sun, kau baru kenal dia tadi pagi. Dia menabrakmu sehingga harus beli gelas ukur yang baru. Dia mengganggumu dan menarikmu ke gudang, dan memperlihatkan kemampuan bermain pianonya. Baru satu hari. Ya, satu hari.

Mungkinkah akan ada keajaiban lagi jika aku terus berteman dengannya?

Bus tiba. Aku dan Earth pun masuk bersama.

My Lovely Pianist [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang