Prelude and Fugue No. 2

5.6K 445 26
                                    

Earth, dia ajaib. Aku tak tahu kenapa ia membawaku ke gudang. Ia masuk lebih dulu ke dalam dan menyuruhku mengikutinya. Aku sedikit ragu.

 Aku sedikit ragu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sun...kemari!" aku menoleh dan berjalan kearahnya.

"Astaga! Apakah itu piano?" tanyaku saat ia duduk di depan sebuah benda kayu tua yang aku tak yakin apakah benda itu masih berbunyi.

"Seperti yang kau lihat."

"Bagaimana bisa kau tahu ada piano di sini?" tanyaku penasaran. Gudang sekolah yang tak pernah di jamah oleh manusia ini ternyata menyimpan piano.

"Mau kuceritakan?" dia mulai bercerita. Aku mendengarkan antusias.

"Jadi, suatu malam saat aku pulang bermain basket..." ia menggantungkan kalimatnya.

"Kenapa, Earth?" aku menjadi sangat penasaran.

"Saat itu...tiba-tiba aku mendengar suara piano dari gudang." Aku tercekat. Apakah ini akan mengerikan? Aku jadi merinding. "Lalu aku penasaran dan memeriksanya di gudang."

Aku sedikit ketakutan karena ceritanya, tapi aku penasaran. Aku lebih mendekat ke Earth. "Lalu..lalu..apa yang terjadi?"

Earth semakin mendramatisir ceritanya sehingga membuatku bergidik. "Setelah aku masuk ke gudang, tiba-tiba suara piano itu berhenti." Aku menelan ludah. "Lalu...ada sosok yang duduk di sana..bermain piano. Lalu ia perlahan menoleh padaku..daan..WOAAAAAAAA!!!!"

Aku terkejut saat Earth berteriak dan menghambur kearahnya. Ia yang belum siap akhirnya terjatuh bersamaku dengan posisi ia menindihku. Sialan, Earth!

"Ao, Earth! Kau benar-benar usil!" aku tersadar. Aku kesal. Ia hanya tergelak.

"Aku tak tahu kalau kau begitu penakut." Ia menjulurkan lidahnya. "Lihatlah wajahmu yang merah karena ketakutan..." ia tergelak. Aku benci ini.

Aku pun hendak keluar dari gudang. Tapi permainan piano Earth menahanku.

Bukankah itu Prelude and Fugue No. 2 nya Bach? Earth seorang pianis?

Aku urung keluar dari gudang dan kembali melihat permainan pianonya. Menakjubkan.

Detik dan menit berlalu.

Permainannya telah selesai. Hebat. Aku masih melongo.

"Kenapa kau terus menatapku?"

"Tidak, aku tidak menatapmu, untuk apa aku menatapmu..."

"Benarkah?"

"Be..be..be..benar..."

"Lalu kenapa kau gugup? Kau menyukaiku? Kau gay?"

"A..apa kau bilang?" aku menghindar. Aku keluar dari gudang itu. Aku tidak...aku tidak mungkin...aku tidak menyukainya. Aku hanya suka permainan pianonya. Itu saja.

My Lovely Pianist [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang