Pelajaran Berharga

2.9K 346 20
                                    

Setelah mendapatkan telepon dari Earth, aku pun langsung memberitahu mama dan akhirnya mama mengantarku ke rumah sakit tempat Cho dirawat.

Aku memikirkan sesuatu.
"Tunggu, Ma. Aku harus ke suatu tempat lebih dahulu." mamaku mengangguk dan mengubah arah mobilnya.

Aku harus menemui Nick. Sebenarnya aku tidak mau ikut campur, tapi karena sekarang kondisinya berbeda, aku harus ikut campur.

Sampailah aku di lapangan basket sekolah. Tempat biasanya anak-anak basket latihan tiap minggunya. Aku yakin Nick ada di sana karena dia anggota tim basket juga, yang akan ikut lomba bulan depan, sama seperti Earth.

Setelah turun dari mobil mama, aku langsung lari menuju lapangan basket. Benar saja, ada Nick di sana. Lalu aku memanggilnya.

Oh, ini memalukan. Bahkan aku tak pernah bicara dengannya.

Ia terkejut dan berlari ke arahku.
"Kau...Sun?"

Aku mengangguk.

"Kenapa kau memanggilku?" tanyanya.

"Ada sesuatu yang terjadi dengan...Cho. Sekarang ia kritis." ia membelalakkan matanya terkejut.

"Bagaimana kau tahu tentang aku dan Cho?" tanyanya penasaran.

"Aku..." aku sedikit ragu menjawabnya. "Aku teman dekat...ah tidak, pacar kakaknya, Earth." ia melongo. Keterkejutannya mendengar kabar Cho yang sedang kritis dan hubunganku dengan Earth membuatnya tak bisa berpikir.
"Ayo, kau harus ikut aku ke rumah sakit sekarang." aku menyadarkannya.

"Ah, ayo! Kita harus bergeges!" ia menarikku.

"Tunggu! Kau akan pergi dengan baju seperti ini?" aku menunjuk singlet penuh dengan peluh yang ia kenakan. Ia nyengir.

"Kalau begitu, aku ganti baju dulu." ia kemudian berlari mengambil baju gantinya.

"Aku tunggu di mobil mamaku." teriakku.

Beberapa saat kemudian Nick telah datang dengan rapi. Aku menyuruhnya masuk.

"Ehemm..." mama berdehem. Aku dan Nick menoleh ke arah mama.
"Sejak kapan Sun, kau punya teman manusia lagi?" aku menatap tajam ke arah mama.

"Maa...sekarang bukan saatnya bercanda. Baiklah, aku akan mengenalkannya. Dia Nick. Teman sekelasku. Jadi sekarang cepatlah mengemudikan mobilmu ini ke rumah sakit." kulihat Nick hanya terkekeh pelan melihatnya.

Mama pun langsung menancap gas ngebut.
"Mama...kalau kita kecelakaan, ini tidak akan lucu."

Mama hanya nyengir.

Setelah dua puluh menit mama mengemudikan mobilnya, akhirnya kami sampai di rumah sakit. Kami pun langsung menuju ruangan tempat Cho dirawat. Di sana ada Earth dan mamanya.

"Bagaimana kondisi Cho? Apa yang terjadi?" Nick langsung menanyakan keadaan Cho pada Earth.

"Dia masih kritis." Earth tertunduk lemah. Aku menepuk punggungnya.

"Ma...mama pulang saja dulu. Mama belum istirahat." Earth bicara pada mamanya. Mamanya Earth pun mengangguk dan meninggalkan kami. Kulihat memang mamanya Earth sangat kelelahan.

"Ingin saya antarkan? Emm, Anda kelihatan lelah." ucap mamaku pada mamanya Earth.

"Tidak perlu repot-repot..."

"Ah, tidak. Ayo!" mamaku membantu mamanya Earth berdiri. Aku hanya tersenyum kecil melihatnya.

Nick pun masuk ke dalam ruangan melihat Cho. Aku dan Earth mengikutinya dari belakang.

Nick menangis. Sesenggukan.

"Cho...kenapa kau lakukan ini?" tanya Nick pada seorang yang terbaring tak sadarkan diri di depannya. Cho.
"Bukankah kau sudah janji untuk tidak melukai dirimu lagi, heum?" tangisan Nick semakin pecah. Earth menepuk pelan punggung sahabatnya itu.

"Kenapa harus seperti ini, Earth?" Nick menunduk sedih. Earth menguatkan.

Aku yang sudah tahu cerita di antara mereka yang sebenarnya pun juga ikut terharu melihatnya. Pasti Cho sangat kesakitan mengetahui kenyataan bahwa selama ini orang yang dicintainya ternyata hanya pura-pura mencintainya. Berbohong padanya. Pasti sangat menyakitkan. Tanpa sadar aku meneteskan air mataku. Ini pelajaran yang berharga untukku.

My Lovely Pianist [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang