BB 3 - Boyd

15.1K 1.1K 32
                                    

Bab 3

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab 3

"Kau terlambat, man," Seru Billy dari balik meja bar, botol whiskey yang tersisa setengah dan gelas kristal teronggok di depannya. "Malam hampir lewat, apakah kau berniat membuatku menunggumu sepanjang malam?"

"Maaf," aku menarik bangkuku sendiri, bangku tinggi berbantal empuk. "Sebagai permintaan maaf, aku yang membayar minumanmu.'' Pukul sepuluh, malam ini, aku dan Billy berjanji bertemu di bar ini---salah satu bar-ku---tapi aku terlambat, nyaris dua jam. Wajah dan nada suaranya yang masam tak terhindarkan lagi. "Ada beberapa urusan," tambahku saat melihatnya yang masih terlihat kesal. Aku tidak menyalahkannya seperti itu. Siapapun yang berada di posisinya pasti tidak suka. Dia masih terbilang baik karena mau menungguku selama itu. Kalau aku, pasti sudah pergi di lima menit waktu dia terlambat.

''Yah seperti biasa, hanya kau yang punya urusan," katanya dengan sarkas yang tidak ditutup-tutupi. Dia sahabat terbaikku, mengeluh dan kesal padaku sudah biasa dilakukannya. "Aku juga punya urusanku sendiri, kalau kau lupa.'' Billy sudah menikah dan baru saja punya bayi perempuan, kuduga urusan yang dia maksud adalah istri dan bayi perempuannya.

"Aku sudah bilang maaf," kuangkat tangan memanggil pelayan. ''Satu botol minuman seperti yang dipesannya," aku menunjuk botol Billy. ''Dan gelas." Selagi pelayan itu mengambil pesananku, lirikanku memandang ke sekitar kelab. Ramai, seperti biasa. Ada beberapa kelab yang kupunya yang tersebar di kota Medan ini. Ada beberapa di Jakarta juga, tapi aku membiarkan sepupuku dari ibuku yang mengurusnya. Penghasilan yang kudapat dari bisnis seperti ini tidak bisa dibilang sedikit. Untungnya banyak, namun resikonya pun cukup serius. Tak jarang aku harus berhadapan dengan pihak berwajib. Sejauh ini semua berjalan dengan lancar.

"Bisa kita langsung membahasnya sekarang?" Billy membuat segalanya mudah bagiku, dia mengurus sebagian besar bisnis yang kupunya. Malam ini kami akan membicarakannya. Tapi aku ingin meneguk setidaknya segelas whiskey lebih dulu. "Anak dan istriku sudah menungguku, Boyd."

"Tahan sebentar, Bill," kutuang whiskey ke gelasku sampai penuh kemudian kutandaskan dalam tegukan panjang. Lidahku berdecak puas, kemudian kuletakkan gelasku ke meja, kulirik Billy. "Silahkan, ada masalah apa? Pasti hal ini sangat penting, kalau tidak kau tidak akan menungguku sampai selarut ini?"

Billy mengangguk. "Sebenarnya aku kurang yakin dengan yang satu ini," dia memulai. "Tapi biarkan kau yang memutuskan." Aku dan Billy bertemu empat tahun yang lalu. Saat itu dia kehilangan pekerjaan karena perusahan tempatnya bekerja terjadi PHK besar-besaran. Billy jadi salah satu orang yang dipecat. Billy bukan seperti aku yang biasa hidup di dunia yang penuh kekerasan, dia berasal dari keluarga yang hidup damai dengan penghasilan sederhana. Tapi Billy punya otak bisnis yang kubutuhkan untuk membantuku. Karena butuh pekerjaan Billy langsung mau bekerja untukku. Aku percaya padanya hampir seperti aku percaya pada diriku sendiri, begitulah nilai Billy untukku.

Beautiful Bastard (Playstore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang