BB 20 - Kanaya

13.5K 1.2K 447
                                    

Bab 20

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab 20

Belum cukup Agnes---yang baru kutahu adalah adik Boyd---memergoki kami dengan keterkejutan yang tidak ditutup-tutupi, sekarang tante Susi, Reva, Lisna dan...Benget, juga menatap kami dengan mata terbelalak. Boyd memang sudah tidak menciumku lagi, tapi tangannya masih berada di pingganggku. Tidak ada satu orangpun yang cukup bodoh yang tidak mengerti isyarat itu.

Apa yang bisa kulakukan untuk mencegah situasi memalukan ini berlanjut lebih lama lagi? 

Memukulnya? Oh, badannya yang besar itu takkan merasakan sakit, mungkin tanganku yang perih karenanya.

Memelototinya? Itulah yang kulakukan sedari tadi---sebelum sepasukan orang keluar dari rumah tentu saja---tapi apa yang terjadi? Dia mengerling dan tersenyum. Dia sama sekali tidak terpengaruh akan tatapan tajamku. Meringis kecilpun tidak. Sedangkan membebaskan diri darinya seolah melakukan pekerjaan sia-sia, tak ada gunanya. Dia menahanku dengan lengannya yang besar.

"Kau suka situasinya jadi seperti ini, kan?" Aku berbisik, atau lebih tepatnya mendesis. "Membuat dirimu jadi bahan tontonan semua orang. Tapi aku tidak suka kau mengikutsertakan aku di dalamnya.''

"Kau membalas ciumanku, Ay!" Senyumannya bahkan lebih lebar lagi, memperlihatkan giginya yang putih dan rapi. Aku sudah akan mendesis lagi, tapi Boyd menolehkan wajahnya kepada orang-orang yang menonton. "Kuharap kami tidak berlebihan," katanya perlahan. "Aku tidak tahu pacarku jadi periasmu, Tante."

Tante Susi menepuk tangannya tiga kali, cengirannya nyaris menutupi seluruh wajahnya yang bulat dan merah. "Kalian tidak serasi! Yang satu terlalu baik terhadap yang lain."

Aku tidak mengerti apa yang baru saja dikatakannya. Mungkin yang dia maksud aku tidak pantas bersanding dengan Boyd? Aku memang bukan berasal dari keluarga berada ataupun...tidak. aku menggeleng, menyingkirkan pikiran buruk dari dalam kepalaku. Tante Susi tidak tahu masa laluku.

"Tentunya aku yang menjadi si orang buruk?" Kudengar Boyd bertanya dengan nada ditarik-tarik, mengerling jahil pada tante Susi. Tidak bisakah dia bersikap serius? Dia menganggap ini lelucon. Oh, aku bisa melihat kebahagiaan nyata di wajah tampannya. Apa yang membuatnya begitu? Ketahuan mencium wanita di dengan tak seronok, tak sedikitpun bisa dikatakan bagus. Itu sangat tidak sopan.

Tapi...hati kecilku merasa senang dengan ciumannya. Itu adalah kenyataan yang tidak akan kukatakan pada Boyd. Dirinya akan menyombongkan keahliannya mencium, yang menurutku memang sangat meresahkan.

"Kau sangat tahu diri, sayang," ujar tante Susi, membuatku terkejut. "Kanaya gadis yang cantik, menawan, dan sopan." Oh, seandainya dia tahu aku bukan gadis lagi. "Sedangkan kau? Memang sopan, tampan dan menawan, tapi suka berkelahi." Tante Susi menghampiri kami, sama sekali tidak kesulitan dengan sepatu hak tingginya. Dia menepuk pipiku pelan lalu menambahkan. "Coba pikirkan lagi, Kay. Boyd bukan tipe laki-laki yang bisa berkomitmen, dia playboy." Ketika kupikir dia akan berlalu---karena terlihat berjalan sedikit---namun dia berbisik di telingaku. "Putraku masih lebih baik. Tentu saja aku menyayangi Boyd, Kay. Tapi gadis lembut sepertimu tidak akan sanggup menghadapi tempramennya yang seringkali tidak menentu."

Beautiful Bastard (Playstore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang