BB 4 - Kanaya

13.3K 1.1K 45
                                    

Bab 4

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab 4

Air hangat mengucur membasahi kepala dan seluruh tubuhku. Suara erangan nikmat lolos dari bibirku, rasanya otot-otot kaku dan aura tegang sehabis mimpi buruk tadi malam menguap.

Reny memelukku sepanjang malam, cukup memberiku ketenangan hingga kembali tidur. Dia sahabat yang mengerti aku. Aku tak tahu apa yang bisa kulakukan bila dia tidak mau ikut bersamaku ke Medan.

Melilitkan handuk ke badan, aku menatap pantulan diriku di depan cermin dalam pandangan kosong. Brad adalah mimpi terburuk, menjauhkannya dari alam bawah sadarku rasanya melelahkan. Sampai kapan hidupku dibayang-bayangi wajah dan suara menjijikannya. Haruskah seumur hidup aku harus dihantui perasaan takut ini?

Sudah ada suara-suara di bawah ketika aku turun. Reny memotong rambut seorang wanita yang terlihat bergaya, kutaksir usianya sekitar pertengahan empat puluh, dan Riris, pekerjaku yang lain, sedang mencuci rambut perempuan muda. Jika dilihat dari wajahnya, usianya tidak lebih dari dua puluh dua.

Riris menaikkan pandangan dari rambut yang dicucinya, ia tersenyum sekilas lalu kembali berbicara dengan perempuan itu. Riris gadis yang mungil, berkulit coklat dan sedikit pesek. Tapi wajahnya yang ceria menjadi poin lebih untukknya. Pelanggan menyukainya karena sikapnya yang ramah dan pandai bercerita, seringkali mereka kembali hanya untuk melihatnya berceloteh dengan semangat.

Hari masih pagi, sudah ada beberapa orang yang mengantri menunggu giliran. Entah itu ingin memotong rambut, facial, luluran, creambath, dan sebagainya. Aku tersenyum kepada mereka yang melirikku.

"Mau pergi sekarang, Ya?" tanya Reny disela merapikan rambut pasiennya, dia mendongak sekilas. Tangannya sangat terampil, bergerak lembut dan pasti memotong setiap helai rambut sesuai selera wanita itu.

"Pak Warto sudah datang?" tanyaku.

"Sudah, Ya. Kamu langsung keluar saja, pak Warto sudah menunggu."

"Jaga salon selama aku pergi ya, Ren."

"Sip, ibu bos."

Aku melontarkan senyum ke semua orang di sana lalu keluar dari salon. Udara pagi sejuk sehabis hujan segera menyapaku, aku menarik napas beberapa kali, membiarkan udara segar itu masuk ke paru-paruku. Salah satu kemewahan menghirup udara segar di pusat kota Medan.

Ada pasien yang ingin memakai jasaku untuk acara pernikahan putrinya bulan depan. Aku belum pernah bertemu dengan mereka, katanya mereka mendapat rekomendasi dari temannya yang sebelumnya sudah pernah memakai aku sebagai periasnya. Pagi ini aku akan ke rumahnya untuk membicarakan beberapa hal, termasuk biaya yang harus dibayar.

Beautiful Bastard (Playstore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang