BB 15 - Boyd

17.1K 1.2K 176
                                    

Bab 15

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab 15

"Bercintalah denganku, Boyd." Kanaya memelukku, menahanku berada di atasnya. Kepalanya menyuruk bahuku dengan rintihan yang membuatku nyaris gila.

Kanaya tidak perlu memohon untuk itu, aku sudah menginginkannya sejak bertemu dengannya. Aku menginginkan dirinya di bawahku dengan segala cara yang kubisa. Membuatnya meneriakkan namaku adalah hal yang sangat kunantikan.

"Ssstt," aku mengusap pipinya yang lembab setelah menangis, menyentuhnya di sana demi menenangkan dirinya.

Kanaya meninggalkanku di meja makan setelah aku mengatakan hal konyol---yang menurutku tidak terlalu vulgar---kemudian kutemukan dia menangis di tempat tidurku. Betapa membingungkannya situasi ini. Aku tidak ingin membuatnya ketakutan, yang tadi itu hanya lelucon. Namun tampaknya Kanaya tidak menyukainya.

"Boyd." Kanaya menatapku dari balik bulu matanya yang lentik, pandangan mendamba itu adalah sumber kehancuranku. Aku menginginkannya, tapi bukan dengan cara memanfaatkan kerapuhannya saat ini. Dengan tatapan seperti itu mustahil diriku bisa bertahan lebih lama lagi.

Juniorku membuat celanaku sesak. Dia membesar dengah pongah menuntut pelepasan. Aku meredam rutukan di tenggorokan ketika Kanaya dengan sengaja bergerak di bawah sana, mengganggu Juniorku yang sudah dalam posisi siap tempur. Sial, ini bertambah buruk saja.

Kanaya tidak mau melepasku. Demi langit dan bumi, aku sudah sesak napas. Dan dia semakin membuatku gila dengan suara rengekannya yang lirih.

"Sayang," aku menelan ludah, berusaha membawa pikiranku dari selangkanganku. "Aku...kita...kau yakin?" Kumohon jangan jawab tidak!!!

Kedua tanganku di kedua sisi wajahnya, dia berbaring dengan lezatnya seperti hidangan di pesta besar, menunggu untuk dinikmati. Oh, benar-benar bajingan beruntung.

Sebagai jawaban atas pertanyaanku, Kanaya melingkarkan tangannya di leherku. "Kumohon!" Lirihnya.

Satu kata itu memecah semua pengendalian diriku. Persetan dengan berjalan perlahan. Kami berdua sama-sama menginginkannya. Aku tidak akan membuat dia memohon lagi hanya untuk mendapatkanku, aku sepenuhnya miliknya.

Secepat yang kubisa aku menanggalkan celanaku. Berikutnya kubantu Kanaya melepas semua pakaiannya. Dia gadis lembut yang cantik. Dia indah, seindah bayanganku akan dirinya.

Kanaya telanjang di atas ranjangku, dia melipat kakinya menyembunyikan bagian yang sangat ingin kulihat dan kusentuh.

Mataku tidak meninggalkannya selama kembali bergerak menindihnya, dia memalingkan wajah. Kenapa? Tiba-tiba dia jadi malu?

Beautiful Bastard (Playstore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang