BB 19 - Boyd

13.8K 1.3K 237
                                    

Bab 19

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab 19

Jangan ganggu aku. Seandainya bisa, aku pasti sudah menjeritkan tiga kata itu kepada setiap orang yang mengetuk pintu ruang kerjaku. Seandainya bisa.

Ada saat di mana seorang pria memiliki raungan marah dalam darahnya namun tidak tahu kepada siapa atau apa melampiaskannya. Seperti yang kurasakan saat ini, kepalaku dipenuhi dentumam-dentuman mengerikan. Jalan satu-satunya meredakan dentuman itu adalah memukul sesuatu, tapi tak kutemukan sasaran yang menggiurkan. Andai besok bukan pernikahan Tere, aku pasti sudah pergi keluar. Sengaja mencari ribut dengan seseorang---tak peduli siapapun itu---hingga menimbulkan keributan dan aku punya alasan untuk memukul.

Tapi kemudian aku mungkin akan memiliki memar baru, yang mana itu akan terlihat oleh Kanaya. Kemudian dia akan bertambah marah lagi, siapa tahu dia akan memutuskanku. Lalu aku akan gila, dan takkan cukup hanya sekedar memukul untuk meredakan kegilaan itu.

Ketukan lain terdengar di pintu kayu ruang kerjaku. Sewajarnya bunyi ketukan, seharusnya itu tak memengaruhiku dalam cara yang buruk. Tapi tidak sekarang, tidak setelah aku mengemudikan mobilku layaknya orang gila menuju kelab karena bertengkar dengan kekasihku.

"Masuk," nada suaraku lebih mirip bentakan, tapi siapa yang peduli. Akhir-akhir ini emosika sering terpancing.

Billy menyembulkan kepalanya dari sela  pintu yang dibuka perlahan. Meski dari jarakku yang lumayan jauh darinya, aku bisa melihat raut tidak yakin di wajahnya.

Sudah seharusnya dia demikian. Kalau apa yang ingin dikatakannya sekarang tidak penting, dia akan menerima akibatnya. Aku yakin beberapa pelayan sudah memperingatkan dia suasana hatiku yang buruk malam ini, salah satu dari mereka hampir menangis ketika kubentak dan kusuruh keluar.

Bunyi klik pelan di pintu, menyusul Billy yang berjalan menghampiriku. "Aku bisa melihat kenapa Tris berusaha mencegahku masuk ke sini," katanya, dengan santai dia duduk di depanku. "Kau terlihat mengerikan. Kau sudah lama tidak bercinta?"

''Jika dua jam lalu menurutmu sudah lama," aku menggeser kursiku ke belakang dan bersandar. "Mungkin aku harus melakukannya setiap satu jam sekali?" Selanjutnya Kanaya akan mencekikku ketika tidur karena memaksanya setiap saat.

Dia terkekeh, menganggap lucu yang kukatakan. Sebenarnya akupun merasa demikian, seperti balita yang merajuk karena mainannya diambil.

"Kudengar kau berkelahi dengan Denny. Kenapa? Biasanya kau menganggap dia kecoa."

"Terjadi satu, dua, pukulan pada awalnya. Tapi kemudian dia mengeluarkan pisau dari saku belakangnya." Cara biasa seorang pengecut, ketika tangan tak bisa diandalkan, cara menjijikanpun jadi. Dengan mudah aku merebut pisau itu darinya. Aku hampir menusukkan pisau itu ke matanya, hampir.

Beautiful Bastard (Playstore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang