BB 24 - Kanaya

11.8K 1.2K 374
                                    

Bab 24

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab 24

Dalam sekejab, apa yang bisa kusebut sebagai rasa aman, tenang dan nyaman, berubah menjadi perasaan gelisah yang menakutkan. Membuatku bergetar meski tak kedinginan, memberiku kengerian yang tak terungkapkan.

Dia ada di sana, aku melihatnya. Begitu jelas, nyata dan tak mungkin salah. Aku mengenalinya, di manapun aku melihatnya aku pasti tahu itu dia. Bukan karena aku tidak berusaha melupakannya, jika bisa aku ingin kehilangan ingatan tentang dia.

Aku begitu membencinya, dengan setiap napas dan darah yang kumiliki. Aku benci dan...takut. dia berada begitu dekat denganku, bagaimana bisa?

Napasku tersekat, kerongkonganku seolah disumpal dengan gumpalan kasar. Aku menaikkan kedua kakiku, menekuknya di dagu, mencoba menghalau gejolak ketakutan di hatiku.

Aku tidak bisa memberitahu Boyd, belum. Aku merasa bersalah menyembunyikan Brad darinya, ya Tuhan, menyebut namanya di dalam hati bahkan membuatku menggigil, dalam cara yang sangat mengerikan.

Apa yang akan dilakukan Boyd jika tahu tentang Brad?

Aku tak ingin tahu. Sepenuh hati aku berdoa agar Boyd tidak bertemu dengan Brad, terlebih-lebih aku. Aku ingin Brad menjadi masa laluku, masa lalu yang menyakitkan yang tidak seharusnya muncul lagi.

Kenapa Brad ada di Medan? Apakah dia mencariku? Sampai ke sini? Kesalahan apa yang telah kuperbuat hingga dia menyiksaku seperti ini? Tidak cukupkah dia membuatku menderita dulu? Haruskah sekarang dia kembali membuatku tertekan?

Ponselku berbunyi. Aku menatap lesu ke samping, ke tempat ponselku bergetar.

Telepon dari Boyd.

Aku ingin mengangkatnya, mendengar suaranya, meyakinkanku bahwa segalanya akan baik-baik saja. Boyd lebih dari sekali berjanji akan menjagaku, dengan tulus ingin aku aman. Tapi saat ini aku belum bisa bicara dengannya. Dia akan bertanya dan aku tidak ingin berbohong. Pada akhirnya aku membiarkan ponselku terus berdering.

Setengah jam lalu Boyd mengantarku pulang. Aku bisa melihat keengganannya meninggalkanku. Dia memberiku ciuman selamat malam yang begitu lembut, nyaris membuatku menangis dan memintanya tinggal. Di saat-saat terakhir aku mampu mengendalikan diri. Meskipun keinginan berada di dalam pelukannya terasa begitu kuat, aku harus bisa melewati saat ini sendiri. Setidaknya untuk sementara, setelah aku tahu apa yang harus kulakukan.

Kemudian deringan panggilan berhenti, digantikan bunyi pesan masuk.

Sekarang aku seperti gadis tolol. Aku membuatnya khawatir. Aku tahu dia begitu mencemaskanku sekarang, dan aku semakin memperparahnya dengan tidak menjawab panggilannya. Tapi aku bisa apa? Aku mungkin akan langsung menangis jika mendengar suaranya.

Beautiful Bastard (Playstore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang