BB 23 - Boyd

13.5K 1.2K 314
                                    

Bab 23

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab 23


"Tidak perlu buru-buru, Ay," aku mencoba menenangkannya, yang daritadi---setelah bangun--- mondar-mandir merapikan barang-barang. Demi Tuhan sekarang masih pukul lima pagi. "Kita tidak akan terlambat." Lagi pula ada Reny di sana. "Tenanglah sedikit.''

"Bagaimana aku bisa tenang?" tukasnya, mengempaskan tangan. ''Kau bisa bilang begitu karena bukan kau yang akan merias keluargamu."

Yah, aku tidak bisa membayangkan jika aku yang melakukannya. Aku menghela napas. "Apa yang bisa kulakukan untuk membantumu?"

''Diamlah di sana," dia berkata tanpa melihatku, satu-persatu barang yang tak kutahu namanya diamasukkan ke tasnya. Aku melakukan seperti yang dikatakannya, duduk di tepi kasur sambil melihatnya.

Beberapa saat kemudian kami tiba di rumah calon suami Tere, aku memarkirkan mobilku. Masih baru aku mematikan mesin, Kanaya langsung membuka pintu dan keluar. Bahkan dia tidak menungguku. Dia berjalan cepat menuju rumah.

Aku menggelengkan kepala. Setelah bangun tadi dia memarahiku, aku sedikit tidak percaya akan hal itu. Dia merepet hampir menyerupai ibu Benget, dan sialnya aku hanya terpolongo ketika dia merepetiku. Menurutnya ini salahku karena membuatnya kelelahan.

Kanaya sudah hampir sampai di pintu depan saat badannya berbalik, dia berjalan menghampiriku. Aku menaikkan alis, berhenti, menunggunya sampai padaku. Kanaya melakukan hal yang tak kuduga. Dia berjinjit, meletakkan tangan di leherku, menarikku menunduk, lalu mengecup pipiku.

"Maaf, aku bertingkah berlebihan," ujarnya pelan. Setelah itu dia kembali melanjutkan langkahnya.

Aku memegang pipiku yang baru saja diciumnya. Tersenyum, aku tertawa kecil. Kanaya benar-benar membuatku setengah gila.

****

"Sial!" Aku mengumpat, merutuk dasiku yang tak kunjung bisa kupakai. Dasi warna abu yang disiapkan ibu Benget untukku. Aku tidak terbiasa mengenakan setelan jas seperti ini, bagiku lebih nyaman mengenakan kaos dan celana jeans. Yang ini bukan gayaku.

Celana bahan, kemeja, dasi dan jas ini, sama sekali tidak mencerminkan diriku. Aku lebih seperti pajangan palsu dalam setelan ini. Terlihat sopan padahal itu bukan aku.

Benget tidak sepertiku. Dia bahkan menyukai pakaiannya. Hampir sama dengan yang kupakai sekarang. Memasang dasi sama sekali tidak membuatnya kesulitan. Bisa saja aku menyuruhnya memberitahuku cara memasang dasi, tapi aku lebih baik membuang dasi ini daripada membiarkan Benget mengejekku.

Beautiful Bastard (Playstore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang