Bab 11
''Ada saksi yang melihat seorang pria berjalan mondar-mandir di kediaman Johan sebelum insiden penembakan," gumam Billy. Billy memperhatikan reaksiku atas informasi tersebut. Aku tidak terkejut, hal seperti itu sudah kuduga. "Bahkan Johan tidak bisa menebak siapa orang itu."
"Orang itu tidak ada hubungannya dengan Johan. Penembak itu mengincarku, tapi aku tidak tahu kenapa kau yang menjadi sasaran." Aku sudah menelepon Johan, sejauh ini dia tidak punya masalah dengan bisnisnya.
Raut wajah Billy berubah pucat. "Kau punya musuh, Boyd?"
Aku tertawa pelan, menaikkan ujung sepatuku di tempat tidur Billy. ''Aku akan terkejut jika tak ada orang yang membenciku, Bill. Sudah berapa orang yang kalah bertarung denganku? Apapun bisa terjadi. Aku sudah memperkirakan bahaya-bahaya kehidupanku, tapi aku tidak menyangka bahwa salah satu orang terdekatkulah yang terkena imbasnya.'' Aku tidak pernah pergi didampingi pengawal, seharusnya mudah bagi mereka mencelakaiku, tapi mereka tidak melakukannya.
"Kalau begitu kau harus berhati-hati! Tidak ada salahnya kau menyewa pengawal, itu perlu. Kalau seperti yang kau katakan bukan aku yang mereka incar, melainkan kau. Mereka tak ingin membunuhku tapi beda halnya denganmu."
Mereka tolol kalau mengira aku takut dengan ancaman seperti itu. Sebelumnya aku tidak memperkerjakan pengawal, dan sekarangpun tidak. "Jangan cemaskan aku," kutepuk bahunya yang tidak terluka. Keadaan Billy semakin membaik, baru beberapa menit yang lalu anak dan istrinya menjeguk. Tapi putrinya yang masih kecil tidak boleh berlama-lama berada di kamar Billy. Untuk menjaga dua orang yang disayangi Billy itu aku menyewa dua pengawal, yang mempunyai akses cepat ke ponselku. Mereka akan menghubungiku jika ada hal yang mencurigakan. "Aku harus pergi sekarang."
"Boyd, kau tidak bisa menyepelekan orang ini," seru Billy kaku. Aku tahu siapa yang dia maksud dengan orang ini. "Mereka punya pistol sementara kau tidak."
"Aku punya."
"Tapi kau tidak membawanya."
"Aku tidak ingin berakhir di kantor polisi, Bil. Kau sendiri tahu masyarakat biasa tidak boleh sembarangan membawa senjata api."
"Tapi itu untuk keselamatanmu."
"Kau pikir polisi akan memahaminya; saat aku berkeliaran dengan pistol di pinggangku?" Aku memberinya senyum ringan. "Ayolah, kawan. Sudah kukatakan jangan cemaskan aku."
"Kau temanku, bagaimana mungkin aku tidak khawatir? Di luar sana ada seseorang bahkan mungkin sekelompok orang yang ingin membunuhmu. Kau gila kau kalau tidak cemas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Bastard (Playstore)
Romantizm18+ Kanaya berusaha melupakan masa lalunya yang buruk. Dengan pindah ke Medan bersama sahabatnya, ia berharap kenangan buruk itu takkan menghantuinya lagi. Boyd adalah cerminan anak jalanan yang biasa hidup dalam kekerasaan. Dia tidak mengenal kelem...