BB 5 - Boyd

13.4K 1.1K 64
                                    

Bab 5

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab 5

Ada begitu banyak orang di dalam sini, salah satu pabrik yang tidak terpakai akibat kebakaran dua tahun lalu. Belum ada rencana perbaikan dari sang empunya, Johan. Gedung ini dijadikan tempat tanding gulat, yang lebih memberi keuntungan daripada dibiarkan tidak terpakai.

Gulat yang kumaksud bukan gulat seperti biasa, ini lebih daripada itu. Tak ada peraturan dalam permainan ini, yang ada hanya terbunuh atau membunuh.

Semakin masuk melewati lorong gelap, suara-suara nyaring semakin terdengar. Aku berpapasan dengan beberapa orang yang ingin keluar.

"Habisi...habisi...habisi..." riuh teriakan menggelegak ke seisi ruangan. Ada panggung di tengah-tengah, dikelilingi beratus orang. Laki-laki dan perempuan. Di dalam panggung---yang disebut ring---berdiri dua orang petarung. Yang kalau tidak bisa dibilang berani, bisa juga bodoh.

Aku berdiri tidak jauh dari panggung, memilih menonton sebentar sebelum mencari orang yang membuatku datang ke tempat sesak ini. Bau minuman keras, asap rokok, keringat, bahkan darah, menjadi aroma akrab yang selalu menyapa pengunjung tempat ini. Baunya tidak sedap, tapi tampaknya itu bukan masalah bagi orang-orang yang ada di sini.

Mengeluarkan rokok dari saku celana, aku mengambil satu batang. Menyelipkannya di mulutku kemudian membakarnya. Satu-dua hisapan, kemudian kuarahkan pandanganku ke ring. Di mana kedua petarung itu sedang mengusahakan upaya terbaik untuk mengalahkan lawannya. Akan ada sedikit uang yang  didapat bagi pemenang. Sementara yang kalah, masih bisa tetap hidup sudah menjadi keberuntungan.

Aku menyebut pertandingan itu sebagai perkelahian sampai mati. Sebagian besar dari mereka adalah preman-preman yang kesulitan uang dan hampir putus asa. Aku pernah melakukannya, tapi bukan untuk uang. Hanya ingin bersenang-senang. Tapi itu sudah bertahun-tahun yang lalu, saat itu bagian dari diriku yang angkuh ingin mencari tahu seberapa cepat aku menghabisi seseorang.

Hasilnya tidak mengecewakan. Aku memang tidak sampai membuat lawanku meninggal, tapi nyaris. Ada sedikit uang yang kuperoleh dari pertandingan itu, namun aku menolaknya. Aku memberikannya untuk biaya pengobatan lawan yang kubuat hampir tewas itu. Kalau tidak salah mengingat, namanya Brad. Dia laki-laki bodoh yang banyak bicara. Salah satu tujuanku mau melawannya adalah untuk membuat mulut kotornya berhenti menyombongkan kemampuannya yang bisa dibilang memprihatinkan. Sudah lama aku tidak melihatnya, kudengar dia kembali ke Jakarta karena tidak bisa mencari makan di Medan ini.

"Jatuhkan....yahh...hajar dia," seru-seruan terus terdengar, penonton terlalu bersemangat. Aku tahu sebagian besar dari mereka memasang taruhan, bahkan ada beberapa wanita yang ikut. Tak dapat dipercaya, seorang wanita---yang dikatakan memiliki sisi lembut---berteriak lebih kencang dibanding sebagian besar pria yang ada. Mereka mengangkat-angkat tangan memberi semangat pada jagoannya.

Beautiful Bastard (Playstore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang