BB 12 - Kanaya

13.4K 1.1K 125
                                    

Bab 12

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab 12

Boyd tidak menunggu lama untuk membawaku keluar dari rumahku. Aku hanya diperbolehkan mengemas beberapa potong pakaian. Sementara dia sibuk dengan ponselnya---menghubungi entah siapa---aku merapikan barang-barang yang akan kubawa. Setelah selesai memasukkan pakaian ke dalam tas berukuran sedang, aku pergi ke kamar mandi mengambil peralatan mandiku. Aku berencana menelepon Reny nanti, supaya dia tahu apa yang terjadi. Mungkin besok salonku belum bisa buka, aku ragu Boyd akan mengijinkanku pulang secepat itu. Sekilas tadi aku mendengar pembicaraannya di telepon tentang menambah pintu ganda di salonku. Boyd tidak membuang waktu sedikitpun untuk menjalankan otoritasnya.

"Sudah?" tanyanya saat aku kembali ke kamar. Dia sudah tidak memegang ponsel lagi, tatapannya mengarah padaku. Boyd memiliki tatapan langsung, terkadang membuatku gelisah. Aku merasa dia bisa menelanjangiku hanya dengan tatapan.

Aku menelan ludah---yang mana hal itu sudah kulakukan dari tadi---karena melihat tubuh bagian atas Boyd yang telanjang. Akhirnya aku bisa melihat tatonya. Punggungnya dipenuhi tato, tapi syukur dia tidak mengisi bagian depannya juga. Aku tidak ingin seluruh kulitnya dipenuhi coret-coret menyeramkan itu. Seperti itu dia sudah terlihat berbahaya, aku tidak tahu bagaimana jadinya kalau dia mengisi dadanya juga dengan tato.

''Sedikit lagi," aku memasukkan peralatan mandiku ke dalam tas, lalu mengancingkannya. "Aku ingin berganti pakaian dulu.''

"Tidak perlu," katanya, berdiri dari tempat tidur. Dia mengambil tas berisi barang-barangku tadi. "Kita berangkat sekarang."

"Tapi aku hanya memakai baju tidur, Boyd." Pakaian tidur seperti biasa, aku menutupinya dengan jubah tidur.

"Aku bisa melihat memang baju tidur yang kau kenakan, Ay. Apa masalahnya? Kita bukan pergi jalan-jalan."

Aku mengerang. "Oke, kita pergi sekarang." Boyd berjalan lebih dulu, penampakan tato di punggungnya yang bidang jadi pemandangan menarik buatku. Punggungnya begitu lebar, membayangkan berbaring di sana membuat pipiku panas.

Bahunya yang terluka sudah kubalut dengan kain agar darahnya tidak keluar. Dia berkeras tidak mau ke rumah sakit, aku tidak bisa melakukan apa-apa untuk kekeraskepalaannya itu. Sebelum benar-benar keluar dari kamar, aku menarik jaket bola kebesaran dari balik pintu. Boyd mungkin tidak keberatan bertelanjang dada seperti itu, tapi tidak denganku. Selain itu bisa membuatnya masuk angin, juga tidak baik bagi kesehatan jantungku.

Boyd memegang tanganku keluar dari rumah. Dia mengunci pintu kemudian mengantongi kuncinya. Pandangannya awas ke sekeliling, gerakan itu membuatku ikut memperhatikan kanan dan kiri.

Aku tidak tahu apa yang dicari pembobol itu dariku. Aku tidak punya uang tunai dalam jumlah besar di sini, tidak mungkin dia ingin mencuri peralatan salonku. Itu tidak masuk akal.

Beautiful Bastard (Playstore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang