BB 17 - Boyd

14.8K 1.2K 165
                                    

Bab 17

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bab 17

Lagi-lagi suara ketukan terdengar di balik pintu kamarku. Yang kuharap, sejujurnya, bisa tidak kupedulikan dan bisa kembali melanjutkan tidurku. Namun hal itu sangat tidak mungkin saat suara tersebut lebih mirip gedoran daripada ketukan di pintu yang terbuat dari kayu.

Meskipun agak ragu akan berhasil, aku menarik bantal dan menempatkannya di telingaku, berharap suara berisik itu bisa teredam. Atau setidaknya jadi terdengar samar-samar di telingaku.

Kemudian suara itu hilang, atau lebih tepatnya gedoran di pintuku berhenti. Syukurlah, siapapun orang di luar sana lumayan kukuh dengan niatnya menghancurkan istirahat yang sangat jarang kudapatkan. Aku tidak tahu siapa yang menggedor pintuku. Agnes keluar dari kamarku setelah mengomel karena tidak berhasil membuatku beranjak dari kasurku yang empak. Setelah dia keluar, aku mengunci pintu agar tak ada yang bisa masuk lagi. Lalu datanglah gedoran tidak sabaran tadi. Sangat melegakan sekarang orang yang menggedor telah pergi.

Aku menghela napas, mengembalikan bantal yang tadi kutarik kembali ke tempat sebelumnya. Sekarang aku bisa tidur lagi.

Tapi kelihatannya kedamaian bukan hal yang bisa kuperoleh dengan bebas jika berada di tempat yang bukan milikku. Aku mengerang saat mendengar kunci di putar, kemudian pintu terbuka.

"Aku bisa melihat kau berubah menjadi kelelawar akhir-akhir ini." Seru sebuah suara yang sangat kukenali. Sudah mengunjungi telingaku sejak aku kecil, memenuhinya dengan rentetan-rentetan nasehat dan omelan yang sama banyaknya. "Malam kelayapan dan tidur saat matahari terbit."

Ibu Benget, Tanteku tersayang, sudah pasti itu dia. Siapa lagi yang bisa mendapatkan kunci setiap kamar selain yang mempunyai kamar itu sediri? Aku terlalu berpuas diri setelah bisa membuat Agnes menyerah sekitar tiga puluh menit yang lalu. Tapi demi Tuhan, aku bukan balita yang harus dibangunkan seperti ini. Jika aku ingin bangun aku pasti melakukannya.

Sebagai jawaban untuk perkataannya tadi aku hanya menggumam tidak jelas di bantal. Terserah dia akan mengataiku keponakan tidak sopan.

"Agnes bilang kau akan berkelahi malam ini!"

Kapan aku mengatakannya?

Aku masih ingat apa yang kukatakan tadi pada Agnes, dan tak sedikitpun mendekati kata berkelahi.

"Aku mengatakan jangan menggangguku, karena nanti aku ada pekerjaan!" Dengan jengkel aku mendengus sembari membalik badan dari tidur telungkupku. Pemandangan ibu Benget yang bersedekap dan menatapku garang menjadi pemandangan menarik di waktu seperti ini. Dia tidak pernah berhasil menampakkan sisi yang satu itu. Itulah sebabnya Benget tidak jera-jera meski sudah mendapat pelototan dari ibunya. Tapi aku tahu keponakanku itu menyayangi ibunya ini. Kami semua menyayanginya. "Apakah itu terdengar seperti aku akan berkelahi?" tambahku saat dia tidak menurunkan tingkat pelototan matanya.

Beautiful Bastard (Playstore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang