BB 18 - Kanaya

16K 1.3K 170
                                    

Bab 18

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bab 18

"Tadi malam Boyd datang, kan?" Reny merapikan piring kotor di atas meja, sesekali tatapannya mengunciku, menanti jawaban. Kami baru saja selesai makan malam setelah menutup salon. Masih jam delapan malam sebenarnya, biasanya salon belum tutup hingga pukul sepuluh. Tapi itu dulu, sebelum insiden pembobol itu.

Sejak saat itu Boyd melarangku membuka salon hingga larut, padahal menurutku pukul sepuluh belum larut. Tapi Boyd tidak mendengarkanku. Dia tak memberiku pilihan. Tatapan tajamnya yang mengintimidasi membuatku menyerah. Sebenarnya aku benci pada diriku yang tidak berkutik di bawah kendalinya.

Sekarang dia merasa memiliki aku sepenuhnya, membuat pusat duniaku berputar di sekelilingnya. Aku tahu dia ingin aku aman, karena itulah aku mengiyakan permintaannya. Kalau itu bisa membuatnya tenang, akan kulakukan.

Tadi malam Boyd memang datang, hampir tengah malam. Reny sudah tidur, kupikir dia tidak mendengarnya. Aku tidak tahu ada apa dengan semua kunjungan larutnya. Apakah Boyd sesibuk itu?

"Aku tidak tahu kau masih bangun," jawabku sambil menyesap teh yang dibuatkan Reny. "Dia datang pukul setengah dua belas. Kupikir kau sudah tidur."

"Aku terbangun," katanya. "Tapi aku tidak turun, aku tahu untuk tidak mengganggu." Setelah meletakkan piring kotor ke atas bak cuci piring, dia kembali duduk di depanku, tersenyum kecil. "Aku hanya mendengar samar-samar kalian bicara. Tenang saja aku tidak mendengar dengan jelas."

Aku berlama-lama menyesap tehku. Tidak ada pembicaraan yang membuatku malu jika Reny mendengar tadi malam. Boyd bahkan lebih banyak diam, dia terlihat lelah. Aku membiarkannya tidur di pangkuanku, mengusap rambutnya hingga dia tertidur. Namun saat dia akan pulang, Boyd menciumku. Itulah yang tak ingin kuingin Reny tahu.

Saat itu Boyd menciumku seperti orang kelaparan, erangannya sangat berisik. Aku hampir membiarkannya memilikiku di sofa ruang tunggu, untung saja akal sehatku segera kembali. Sama halnya dengan Boyd. Dia menarik diri di saat yang tepat. Jika ciuman itu berlanjut lebih lama, aku yakin akan bercinta di sana saat itu juga, melupakan bahwa Reny ada di kamar.

"Malam ini dia akan datang?"

"Aku tidak tahu," jawabku jujur. Boyd tidak mengatakan akan datang.

"Kenapa dia selalu datang larut?"

Aku mengangkat bahu. "Aku tidak tahu," betapa menyedihkan jawaban itu. "Boyd bilang dia tidak mau mengganggu aku bekerja, dan dia juga sepertinya sibuk." Apakah jawaban itu dapat membenarkan apa yang dilakukan Boyd?

"Ya?"

"Hhmm?" Aku menatap Reny dari atas gelasku.

Beautiful Bastard (Playstore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang