BB 8 - Kanaya

13.3K 1.2K 81
                                    

Bab 8

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab 8


Ridho membuatku tertawa sedari tadi, ada saja hal-hal lucu yang diceritakannya. Sebenarnya dia cukup tampan, tapi entah kenapa aku tidak bisa menganggapnya lebih dari teman. Saat tangannya memeluk bahuku seperti sekarang, tak ada desiran hangat yang kurasakan seperti yang terjadi jika aku bersama Boyd.

Aku membiarkannya memegang tanganku, mencari tahu efek yang ditimbulkannya. Nihil, tak ada apapun.

Ridho membawa temannya, yang saat ini sedang mengobrol dengan Reny sambil menikmati konser. Semangat yang dirasakan Reny menonton konser tidak menular padaku, aku mungkin tertawa dengan lelucon-lelucon yang dilontarkan Ridho namun bila Reny mengajakku pulang, aku pasti senang.

Angin berhempus cukup kencang sesekali, aku merapikan rambutku yang tertiup angin. Kurasakan Ridho mengusap punggungku, lagi-lagi aku tidak merasakan apapun. Aku tidak tega menyuruhnya melepaskan bahuku, tapi bila kubiarkan dia terus melakukannya pada akhirnya hanya membuatnya terluka. Aku tidak boleh memberinya harapan yang hanya akan berakhir kecewa.

Bingung harus berbuat apa, mataku menjelajah ke beberapa sudut lapangan. Riuh teriakan dan nyanyian menyemarakkan malam, walaupun tak ada bintang namun keceriaan orang-orang tidak surut.

Kemudian aku tertegun. Di antara kerumunan orang, aku masih bisa mengenalinya. Dan saat aku menatapnya, ada desiran menjalari setiap lapisan kulitku. Di manapun aku pasti langsung mengenalinya. Badannya yang tinggi dan besar terlihat kontras di antara penonton. Yang membuat napasku seolah tertahan, Boyd membalas tatapanku. Langsung dan tajam, seperti dirinya yang biasa.

Seorang gadis berada dalam pelukan lengannya yang kokoh. Aku tidak dapat melihat wajahnya, tapi aku yakin gadis itu masih sangat muda. Aku tak menduga selera Boyd akan perempuan adalah gadis seperti itu, tidakkah gadis itu terlalu muda untuknya?

Tak lama kemudian gadis lain---kalau bisa kubilang melemparkan tubuhnya pada Boyd---kemudian hatiku seakan tercubit saat dia memalingkan wajah dariku dan membiarkan gadis itu menyandarkan kepala di bahunya. Yang ini cantik, usianya kuyakin tak terpaut terlalu jauh dari Boyd. Boyd bicara padanya, terlihat seperti momen intim yang tak dapat diganggu.

Sudah jelas Boyd seorang playboy, aku hanya membodohi diri-sendiri yang berharap sedikit hal baik darinya. Tampangnya saja sudah mencerminkan kebebasannya yang liar. Lihat saja, dia bahkan merangkul dua gadis sekaligus. Dengan gusar aku mengingat ciuman kami kemarin, bagaimana bibir kami menyatu. Caranya membelit lidahku membuatku hilang akal, sekarang kutahu ciuman itu hanya salah satu dari sekian banyak ciuman yang dilakukannya.

Aku memalingkan wajahku cepat saat dia kembali menatapku. Apa yang coba dia tunjukkan padaku dengan kembali menoleh? Dia pikir aku terkesan dengan caranya mendapatkan banyak gadis?

Beautiful Bastard (Playstore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang