BB 6 - Kanaya

13.5K 1.1K 23
                                    

Bab 6

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab 6

Bel berbunyi saat aku berbaring santai di atas tempat tidur, menunggu Reny pulang. Dia pergi mencari makanan karena tak ada satupun dari kami yang berniat memasak. Tidak jauh sebenarnya, rumah makan itu berada di ujung jalan. Berjalan kaki sepuluh menit juga sampai. Reny memaksaku tinggal karena sakit perut bulanan, senggugut-ku tidak pernah hilang sejak pertama kali aku haid.

Rasa sakitnya bisa sampai tiga hari, tapi yang paling parah adalah hari pertama. Aku jadi serba salah. Ingin duduk sakit, tidurpun tidak nyaman. Perasaan selalu ingin emosi. Hari ini hari ketiga, rasa sakitnya sudah sedikit berkurang. Sudah dua botol minyak angin kuhabiskan untuk kuoleskan ke sekujur perutku. Hangat yang berasal dari minyal angin tersebut mengurangi nyeri di perutku.

Sekali lagi berbunyi. Dengan semangat aku bangkit dari ranjang. Membayangkan ayam bakar berbalut bumbu pedas membuat liurku hampir keluar. Ditambah nasi hangat dan lalapan, semoga Reny tidak lupa meminta kecap lebih. Aku menyukai kecap dari rumah makan itu, mereka mengolah sendiri resepnya. Hhhmm, aku tidak sabar mencicipi hidangan favorite-ku itu.

Dengan sendal jepit berwarna hitam di kakiku, aku berlari kecil menuruni tangga.  Kuputar kunci pintu lalu membukanya. Dalam sekejap senyum lebarku menghilang, digantikan rasa teekejut yang membuat mataku membelalak.

Boyd berdiri di depan pintu rumahku. Dia seperti biasa, tampan dan mengagumkan. Memakai kaos lengan pendek---sepertinya kaos seperti itu favoritenya---yang memperlihatkan gulungan seksi tato di sepanjang lengannya. Celana jeans robek-robek membalut kakinya yang panjang, ditutup sepatu boot berwarna gelap. Rambutnya hitam dan berantakan, membuat tanganku gatal ingin merapikannya.

"Boyd," bisikku lemah, terlalu terpesona padanya. Sama sepertiku, diapun terkejut melihatku. Dia memalingkan wajah dariku, mengumpat dalam nada kecil. Alisku mengkerut bingung, kemudian barulah aku sadar seperti apa penampilanku sekarang.

Terkesiap, aku buru-buru bersembunyi di balik pintu. Ya Tuhan, Boyd melihatku nyaris tanpa pakaian! Ya ampun. Ya ampun. Ya ampun. Aku menggigiti kuku jempol tanganku, sekarang apa yang harus kulakukan? Menyuruhnya pulang?

Lagipula apa tujuannya datang malam-malam seperti ini? Tidak mungkin---dompetku? Aku mengintip, memajukan kepalaku lebih menjorok ke luar. Benar, dia membawa dompetku. Pandanganku naik ke wajahnya, dia memejam dan menggeram pelan. Apa yang dilakukannya?

"Jangan bilang kau selalu membukakan pintu dengan pakaian seperti itu!" Nada suaranya kasar, dia menatapku tajam.

"Tadi kupikir Reny yang datang! Dia sedang keluar mencari makanan."

Boyd menghela napas. "Tapi kau mungkin tidak berpikir apa yang akan dilakukan seorang pria bila melihatmu dengan pakaian seperti itu?"

Beautiful Bastard (Playstore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang