BB 7 - Boyd

13.4K 1.1K 61
                                    

Bab 7

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab 7

Rasanya baru lima menit yang lalu aku tidur dan sekarang ada tangan sialan yang sedang mengguncang-guncang bahuku. Apakah aku tidak bisa mendapatkan ketenangan sedikit lebih lama?

Setelah mengembalikan dompet Kanaya tadi malam---yang hampir saja berakhir dengan bencana kenikmatan---aku tidak langsung pulang ke rumah. Pegawaiku menelepon, terjadi perkelahian di salah satu kelabku. Hampir terjadi pembunuhan, katanya. Sehingga polisi terpaksa dipanggil. Untuk menyelesaikan masalah sebesar itu harus aku yang turun tangan. Setelah polisi pergi dan para pelaku keributan dibawa ke rumah sakit, aku memecat dua penjaga keamanan yang bertugas menjaga ketenangan kelab. Pria-pria berbadan besar bodoh itu tidak ada gunanya kugaji kalau tidak bisa menjalankan tugasnya dengan benar.

Begitu keadaan kembali normal, aku pulang ke rumah, tepatnya rumah Benget. Setelah kedua orangtuaku meninggal, aku dan Agnes jarang tinggal di rumah kami sendiri. Agnes suka tinggal di sini karena ada Lisna, dan ada ibu Benget---yang meskipun sangat cerewet tapi sangat menyayangi Agnes. Aku tidak bisa memaksa Agnes pulang, di rumah kami dia tidak akan punya teman. Hanya ada pelayan dan...kenangan ayah dan ibu.

"Bang Boyd?" Apa aku sudah bilang kalau adikku Agnes berbadan kecil tapi suaranya melengking hingga membuat gendang telingaku hampir pecah. Lagi, dia menggoyang-goyang bahuku dengan tangannya yang kurus. "Bangun, bang!"

"Lima menit lagi, Nes!" Suaraku teredam bantal, aku semakin membenamkan wajahku di dalamnya.

"Aku tidak bisa menghitung ini sudah lima menit yang keberapa yang abang bilang. Tante memanggilmu, bang!"

Benarkah? Aku tidak tahu kalau sebelumnya dia sudah membangunkanku. Tapi persetan dengan lima menit lagi, satu jam lagi bahkan belum bisa meredakan kantukku. Akhir-akhir ini aku tidak bisa tidur.

"Bang Boyd???" Teriaknya lebih keras.

"Ya Tuhan, Agnes!!" Aku menggerutu sambil membalikkan badan, dengan kasar kuusap wajahku. Mataku yang melotot tidak sedikitpun membuatnya takut, dia tahu aku tidak akan pernah menyakitinya. Sial, setitikpun aku tidak ingin menyakiti adik kesayanganku ini. "Kau berteriak seperti gadis penjual rombengan! Kau tahu suaramu itu tidak baik untuk kelangsungan pendengaranku?"

Dia meletakkan kedua tangannya di pinggang, entah apa tujuannya melakukan itu. Untuk membuatku terintimidasi? Haha, seharusnya dia melihat badan mungilnya itu. Dia berlagak seperti wanita tangguh, padahal....hanya aku yang tahu betapa cengengnya si kurus yang satu ini.

"Abang selalu pulang larut," dia mulai berbicara, dengan nada sok tenang yang membuatku tersenyum. "Jangan senyum-senyum! Tidak ada yang lucu di sini."

Beautiful Bastard (Playstore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang