Kemarin malam Angga memulangkan Shifa pukul sepuluh lebih. Angga mengajaknya berkeliling kota Jogja yang ia rindukan.
Dilihat dari sikap Shifa ke Angga disitu kita belajar, bahwa masa lalu yang meninggalkan hal buruk jangan pernah kamu benci. Bahkan, enggan kamu maafkan. Serangkaian kisah di masa lalu jadikanlah sebagai pembelajaran. Dan, kamu jangan sampai mengulang kesalahan yang sama. Teguhkan diri, lapangkan dada. Masa lalu nggak melulu harus dilupakan. Inget ya, kalau bukan dari masa lalu kamu nggak akan berniat memperbaiki diri jadi lebih baik kedepannya.
Dan pagi ini, Shifa terbangun pada pukul enam lebih lima. Sungguh telat dari biasanya. Segera, Shifa mandi kilat. Sarapan kilat hanya meminum susu buatan Bundanya. Lalu mengendarai motor untuk ke sekolah.
Selama perjalanan, Shifa berkali-kali menguap. Rasa kantuknya masih mengerogoti awaknya. Setelah lima belas menit perjalanan, sampailah di sekolahnya.
Shifa bingung mencari kelasnya. Ingin bertanya pada kakak kelas, tapi ia urungkan. Karena tatapan songong dari kakak kelasnya. Shifa benci hal seperti ini, ia tidak suka melihat sikap orang yang songong. Ia masih menghubungi Chesa, tapi tak kujung dibalas beberapa pesannya. Begitupun dengan Gia. Mengapa jika kita sedang dilanda kesulitan orang-orang terdekat kita seolah tidak ada. Seakan menghilang. Menyebalkan.
Shifa terus berjalan menyusuri koridor. Matanya memperhatikan setiap ruangan. Dirinya kini berdiri didepan ruang 17. Sedangkan ruang kelasnya ruang 13. Shifa berjalan lagi kedepan. Kembali melihat nomor ruangan. Setelah melewati tiga pintu, dia menemukan kelasnya. Ia masuk dan mendapati Chesa sedang berfoto ria dengan teman lainya.
"Anjer cipa baru dateng," kata Gia yang sedang berselfie.
"Eh, gila ya lo. Cek WA kali, nyasar gue nyari kelas ini," protes Shifa kepada Gia.
"Santai dong bosku, haha"
Chesa lalu menghampiri mereka berdua.
"Shif, kemaren lo ke mie ayaman gitu gak? Sorean sih. Gue liat kak Rizal awalnya, terus ada cewek. Sekilas mirip lo sih, sweater yang lo pake kemaren"
Shifa mengangguk pasrah. Terserah batinnya akan digosipkan apa dengan Chesa nantinya.
"Asik nih dah dapet doi aja, Shif," kata Gia yang masih saja asik berselfie.
"Ya gimana lagi, orang kak Rizal aja nawarin buat nganter gue balik,"
"Pikiran gue sih gini, palingan kak Rizal kasihan ngeliat gue nunggu jemputan lama, gue gak baper juga kok,"
Jelas Shifa. Shifa berbohong pada kedua teman barunya ini. Shifa tak mampu untuk mengakui bahwa dirinya ya bisa dibilang baper. Sikap Rizal ke dirinya itu sudah menjelaskan bahwa Rizal mencoba mendekati dirinya. Ah, sudahlah. Shifa tidak terlalu memikirkan yang berlebihan.
"Ei gais, kita disuruh ke bengkel tekstil sekarang, kita belajar disana," teriak Tiara, si Ketua kelas X Tekstil B.
Semuanya pun bergegas menuju bengkel tekstil.
©©©
"Woi, ngelamun aja lo, Zal" kata Bagas dengan menepuk pundak Rizal.
Jika diperhatikan selama pelajaran Rizal selalu saja melamun. Tentu hal yang sangat aneh. Biasanya Rizal ini selalu aktif. Aktif mengerjai teman-temannya. Terutama saat mengganggu Pandu, cowok gendut nan menggemaskan pipinya. Rizal tak henti-hentinya tertawa jika melihat Pandu marah ketika kesal ia godai.
Dan sekarang, mendadak berubah 180 derajat. Diam membisu, tak bergerak sama sekali. Hanya menatap kosong kedepan. Bagas, teman dekatnya merasa bingung. Namun ia semakin mengingat, jika Rizal melamun itu pasti ada masalah dengan ceweknya. Tapi Bagas tak bisa meyakini hal tersebut. Orang Rizal saja masih jomblo selama satu tahun ini. Setelah putus dengan mantannya, Rizal sedikit tertutup dengan perempuan. Seolah tak mau mengenal perempuan lagi. Bagas kembali berpikir, namun yang muncul hanya dugaan-dugaan konyolnya.
"Gas," panggil Rizal pada Bagas.
Bagas yang merasa terpanggil, membelakkan matanya. Kaget mungkin.
"Masalah cewek?"
Rizal yang tadinya menatap Bagas kini malah menundukkan kepalanya. Entahlah, Rizal sendiri juga masih bingung terhadap apa yang sedang terjadi pada dirinya sekarang. Ia lalu meletakkan ponsel yang tadinya digenggam ke samping mejanya. Rizal meraupkan wajahnya dengan kedua tangannya. Rizal menghembuskan nafasnya secara perlahan lalu menatap Bagas.
"Gue baru aja mau ngedeketin cewek. Tapi tadi malem gue liat dia di cafe tiramizu sama cowok lain," Rizal memulai ceritanya.
"Padahal sebelum itu, gue udah nge-WA dia, ya sekedar nyapa di chat gitu. Tapi gak dibales, padahal udah diread. Apa dia gak suka gue ya?" Rizal mengacak rambutnya asal.
"Lo mau ngedeketin apa udah ngedeketin?" tanya Bagas dengan nada halus.
"Ya apa ya, proses mau ngedeketin lah." jawab Rizal seadanya.
Bagas menepuk jidatnya.
"Terus lo galau-galau ini karena chat lo gak dibales, terus malah ngeliat tuh cewek jalan sama cowok lain, dan lo nyimpulin dia gak suka sama lo? Haduh, parah lo. Mikirnya lo kejauhan. Gini aja, lo pikir positif kek. Paling tuh cowok temennya apa abangnya gitu, atau malah adeknya. Lo masih bisa berjuang kalik buat bikin tuh cewek suka sama lo. Hal kecil ginian jangan dipermasalahin begitu gedhe. Lo itu dah 17 tahun lebih juga. Masa masalah ginian lo nggak ngerti sih, Zal, Zal," jelas Bagas begitu tegasnya.
"Berjuang bos selama masih bisa berjuang. Masih proses pdkt juga udah pasrah gini," lanjut Bagas sambil menepuk-nepuk pundak Rizal lalu berjalan meninggalkannya.
Rizal mengambil ponselnya. Ia mengetikkan beberapa kata untuk Shifa. Lalu menekan tombol send. Dan, berakhir dengan simbol centang dua abu-abu.
©©©
KAMU SEDANG MEMBACA
ROMANSA ANAK SMK
Teen Fiction[SLOW UPDATE] Bermula dari pertolongan saat MOS membawa Shifa kepada rentetan kejadian bersama Rizal, sang wakil ketua OSIS SMK 7 Seni. Jerih payah Shifa yang berusaha mendekatkan diri pada Rizal mengharuskan dirinya mengikuti sebuah organisasi yan...