Cuaca pagi di Sabtu ini sangat mendukung. Matahari begitu semangat memancarkan sinarnya. Tepat pukul sembilan pagi, Rizal sudah berada didepan rumah Shifa.
Rizal akhirnya memutuskan untuk pergi bersama Shifa. Meski sulit sekali mendapat izin dari Natasha, selaku ketua organisasi Pramuka Kalpataru. Rizal tak gentar, dirinya tetap menginginkan absen dulu. Alasan yang digunakannya tak membohongi Natasha. Ia mengatakan bahwa akan pergi keliling Jogja bersama teman perempuannya. Natasha sempat kesal, sebegitu pentingnya kah, batinnya. Tetapi, Natasha hanya bisa mengalah. Dan mengizinkan Rizal absen untuk pertama dan terakhir kalinya. Rizal pun juga menyetujuinya.
Sudah lebih dari lima menit Rizal menunggu Shifa, akhirnya yang ditunggu pun keluar juga dari persinggahannya.
Tampilan Shifa terlihat sederhana. Shifa hanya mengenakan celana jeans hitam yang dipadukan dengan sweater yang bertuliskan 'iKON' ((cek mulmed)) lalu mengenakan jilbab merah marron. Tak lupa, Shifa memakasi sepatu Allstar hitamnya. Rizal tersenyum, mengamati Shifa. Rizal menyadari bahwa Shifa perempuan yang sederhana.
"Yuk?" ajak Shifa kepada Rizal yang masih tersenyum.
Jujur saja, Shifa yang melihat senyuman dari kakak kelasnya itu membuatnya tak berdaya. Hatinya bergemuruh.
Setelah izin dengan kedua orangtua Shifa, mereka pun pergi menuju halte bus TJ.
Shifa sudah membicarakan hal ini pada Rizal tadi. Kalau dirinya tak bisa berlama-lama berada diatas motor untuk berkeliling Jogja. Bukan karena dirinya ingin menjaga kulitnya. Tetapi, Shifa tak bisa terlalu lama berada dibawah pantulan sinar matahari. Jika terlalu lama, Shifa akan merasakan pusing yang lama. Belum lagi, sesak nafasnya jika menghirup asap kendaraan. Rizal pun memahaminya, dan mereka pun menaiki bus TJ.
Saat menaiki bus TJ tersebut, hanya ada sisa bangku satu. Shifa segera saja ingin mendudukinya. Dan Shifa pun berhasil mendapatkan bangku tersebut, sedangkan Rizal berdiri. Tak lama, Shifa melihat seorang nenek-nenek yang berdiri dibelakang Rizal. Shifa otomatis berdiri dan mengasihkan bangkunya untuk nenek itu.
"Nek, duduk sini aja," pinta Shifa kepada nenek itu sambil memegangi tangan neneknya.
Nenek itu mengangguk. Lalu tersenyum.
"Makasih lho mbak,"
Shifa membalasnya dengan anggukan juga tersenyum. Rizal yang melihat kejadian itu semakin terkagum kepada Shifa. Shifa ini sangatlah baik kepada siapapun.
Setelah itu, Rizal mundur sedikit untuk memberi ruang pada Shifa agar bisa berdiri didepannya.
"Baik banget, dek" bisik Rizal dari belakang di telinga Shifa.
Shifa yang mendengar itu langsung, menoleh ke Rizal. Sungguh tak terduga, Pak sopir busnya mengerem mendadak. Dan membuat Shifa akan terjatuh. Namun, tak jadi. Rizal dengan sigap memegang bahu Shifa agar tak goyah. Kecanggungan diantara mereka pun terjadi. Shifa hanya mampu meringis, dan Rizal selalu saja membalasnya dengan senyuman.
Rizal dan Shifa pun turun di halte TJ daerah taman kota. Setelah itu, mereka berjalan beriringan menuju titik nol Malioboro. Selama perjalanan masih saja ada kecanggungan diantara mereka. Shifa sebenarnya ingin membuka pembicaraan, namun tak ada nyali untuk bersuara.
"Nyari tempat yang teduh ya buat duduk," ucap Rizal pertama kalinya.
Mereka berjalan terus, hingga tepat di titik nol Malioboro. Shifa mengecek jam yang melingkar ditangan kanannya. Ah, sudah pukul sepuluh lebih. Tapi, panasnya matahari sangat menyengat. Shifa pun menutupi wajahnya dengan kedua tangannya agar terlindung dari sinar matahari. Shifa menepi, bersadar pada dinding pagar yang membatasi museum serangan umum 1 Maret. Rizal yang awalnya masih termenung memperhatikan seisi jalanan Malioboro ini, lalu mengalihkan pandangannya pada Shifa. Dilihatnya Shifa yang tengah berusaha melindungi diri dari panasnya matahari. Rizal menghampiri Shifa, lalu memakaikan topi yang sempat ia kenakan sewaktu turun dari bus TJ.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROMANSA ANAK SMK
Teen Fiction[SLOW UPDATE] Bermula dari pertolongan saat MOS membawa Shifa kepada rentetan kejadian bersama Rizal, sang wakil ketua OSIS SMK 7 Seni. Jerih payah Shifa yang berusaha mendekatkan diri pada Rizal mengharuskan dirinya mengikuti sebuah organisasi yan...