Shifa menatap dengan pandangan sendu pada seseorang yang sedang duduk pada kursi taman. Matanya yang sembab tidak mengganggu pandangannya sekalipun. Ia masih berdiam diri pada ujung taman. Ada rasa ingin segera menghampiri, namun masih saja terbalut gengsi dibenaknya.
Jika Shifa berpikir lagi, ia sungguh tidak mengerti maksud dari Rizal yang menyuruhnya datang ke taman. Memang Shifa ingin tahu apa yang hendak Rizal katakan, tapi baginya ini tetap aneh.
"AARGGHH!!!" Erangan Rizal terdengar keras juga penuh emosi. Shifa yang masih mematung ditempatnya dengan otomatis langsung berlari menghampirinya.
Rizal mengangkat kepalanya. Aroma parfum yang sangat ia ingat dan hafal.
"Duduk, dek," ucapnya lemah.
"Kenapa?"
Hanya satu kata yang Shifa ucapkan membuat Rizal menatapnya begitu intens.
"Aku sayangnya sama kamu."
"Hah?!"
Untuk yang kesekian kalinya Shifa tidak mengerti lagi maksud dari Rizal.
Bagaimana bisa Rizal mengatakan dengan entengnya bahwa ia menyayangi Shifa?!
Banyak yang ingin Shifa ungkapkan. Tapi sama sekali ia tak mampu bersuara.Rizal hendak meraih kedua tangan Shifa, namun Shifa tahu pergerakan Rizal dan ia harus menghindar untuk sentuhan tangannya.
"Jangan sentuh aku."
Nada suara Shifa sangat tegas. Ia kembali menatap mata Rizal dengan tatapan tak mengerti.
"Maksud kakak apa sih?" Suara Shifa meninggi.
Rizal meraupkan wajahnya dengan tangan secara kasar. Ia kemudian melenguh dan bersandar pada kursi taman.
"Dek," Rizal menatap Shifa.
Shifa terdiam untuk saat ini. Dirinya telah siap mendengarkan apa yang ingin Rizal katakan.
"Aku pacaran sama Natasha buat move on dari kamu." Rizal masih setia memandang bola mata bening milik Shifa yang juga sedang menatapnya.
"Seharusnya kamu tahu, kamu juga bisa menyimpulkan atas sikap aku dari awal MOS itu. Aku suka sama kamu. Aku mencoba buat lebih dekat sama kamu, tapi kamunya selalu berusaha menghindar. Kamu cuek-cuek aja dan buat aku bingung."
Rizal memalingkan pandangannya. Ia menatap kosong kedepan. Berbeda dengan Shifa, ia masih saja memandang Rizal. Shifa sendiri pun bingung, antara ingin bahagia atau sedih mendengarkan pengakuan dari Rizal. Sejujurnya Shifa juga tidak menyangka ternyata Rizal menyukainya bahkan dari awal MOS.
"Sulit dek memaksakan perasaan buat orang lain. Aku kira cinta akan datang karena terbiasa, tapi nyatanya nggak berlaku buat aku sama Natasha. Aku justru anggep dia kayak adikku. Bukan seorang pacar."
Rizal terkekeh pelan, "Mau UN tapi pikiran ku cewek mulu, hahaha."
"Nggak perlu kamu pikir dek soal ungkapan perasaanku tadi. Kamu aja nggak suka aku kan. Gapapa. Biar aku aja yang sayang sama kamu." Rizal mengatakan ini dengan menatap Shifa begitu teduh.
Satu bulir air mata Shifa berhasil lolos membasahi pipi kirinya. Rizal hendak menghapus air matanya, tangannya sudah bergerak ke pipi Shifa, namun ia urungkan.
"Oh iya, kamu nggak mau aku sentuh ya," ujarnya kemudian.
"Kenapa pernah nggak bilang duluan?" Tanya Shifa dengan suara parau.
"Dek, jangan nangis," ucap Rizal dengan gemasnya. Ia ingin sekali menghapus air mata yang telah membasahi pipi Shifa.
Shifa membiarkan air matanya terus berjatuhan. Ia tidak peduli lagi terlihat cengeng didepan Rizal.
"Kalau aku bilang dari awal, apa kamu bisa yakin bakal nerima aku? Semua sikap mu udah jawab semua, Dek."
Shifa masih memandang Rizal.
"Dan lagi, hari ini aku udah ungkapin semua. Tapi kamu malah nyalahin aku, dan kamu nggak jelasin apa yang kamu rasakan juga."
"Bener kata Bagas, cewek itu gengsian."
Rizal beranjak dari kursi taman dan melangkah pergi meninggalkan Shifa begitu saja.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
ROMANSA ANAK SMK
Fiksi Remaja[SLOW UPDATE] Bermula dari pertolongan saat MOS membawa Shifa kepada rentetan kejadian bersama Rizal, sang wakil ketua OSIS SMK 7 Seni. Jerih payah Shifa yang berusaha mendekatkan diri pada Rizal mengharuskan dirinya mengikuti sebuah organisasi yan...