Selamat hari Jum'at.
Selamat membaca.
Jangan lupa bahagia.
Salam kenal, dari penulis yang nggak bisa moveon.
.
.
.
.
.
.
.Shifa memasukkan buku-bukunya dengan malas. Sudah seharian raut wajahnya tidak seceria biasanya. Shifa juga lebih banyak menghabiskan waktu istirahatnya berada dalam perpustakaan. Setiap kali Chesa maupun Gia menanyakan ia mengapa, selalu saja Shifa menjawab bahwa dirinya baik-baik saja.
Shifa sendiri pun juga tidak tahu mengapa mood-nya hari ini tidak baik. Bahkan Shifa sadar sedari tadi ia telah membiarkan teman-temannya. Chesa dan Gia hanya Shifa tanggapi seperlunya.
Memang hari ini Rizal tidak berada di sekolah. Rizal mengikuti acara di sekolah lain bersama Hanjaya dan rekan OSIS lainnya. Tapi, Shifa tidak mempermasalahkan hal itu. Lagipula, Rizal telah memberitahu dan mengabari Shifa setiap jam istirahat.
Entahlah, ada perasaan tidak nyaman di benak Shifa. Ia tidak mengerti akan terjadi apa nantinya.
Jam sudah menunjukkan pukul tiga lebih tiga puluh lima menit, banyak siswa yang telah berhamburan memadati area parkir. Shifa berjalan malas menuju motornya. Diperjalanan pulang, Shifa berniat akan mampir untuk mengisi perutnya yang keroncongan. Shifa berhenti di sebuah kafe dekat sekolah. Ia segera memesan makanan dan minuman.
Setelah makanan yang Shifa pesan habis separuh, ia dikagetkan oleh suara mejanya yang digebrak seseorang. Shifa mengangkat kepalanya, ia tertegun.
"Lo Shifa 10 TB kan?" Tanya dengan galak seorang perempuan yang telah Shifa pastikan adalah kakak kelasnya.
Shifa menganggguk lemah. Ia tak menjawab dengan sepatah kata pun.
"Lo pacar Rizal sekarang?" Tanya si kakak kelas itu lagi dengan nada garang.
Shifa enggan bersuara. Ia tetap masih diam. Tetapi matanya beradu dengan kakak kelasnya.
"Jadi cewek kok nggak punya harga diri banget. Masih jaman nikung kakak kelas?! Udah berasa paling oke, Dek?! Lo nggak mikir perasaan temen gue apa?! Lo tahu nggak kalo Natasha tuh sering nangis lihat muka lo setiap berduaan sama Rizal?!" Ujar si kakak kelas ini menggebu-gebu.
Dan lagi, Natasha dengan dua teman perempuannya pun mendekati meja makan Shifa.
PLAK!!
Sebuah tamparan dari Natasha tepat mendarat di pipi kiri Shifa. Shifa meringis, matanya sudah berair, namun ia tahan agar tidak mengalir.
"Kita ini sama-sama cewek Dek, lo mikir dong perasaan gue gimana?!" Ucap Natasha sembari menangis.
Keadaan telah mengepung Shifa. Shifa berada diantara lima kakak kelas yang melingkari mejanya. Jujur saja, Shifa ingin sekali menangis, ia sakit hati juga raga. Ia tidak terima atas kelakukan kakak-kakak kelasnya ini. Namun, apa yang bisa Shifa lakukan?
Drtt!!! Drtt!!!
Ponsel Shifa berdering menampilkan bahwa ada telepon masuk. Layar ponselnya memamerkan nama Rizal yang sedang meneleponnya. Ketika Shifa hendak meraih ponselnya, tiba-tiba Natasha mengambil dengan cepat ponsel milik Shifa lalu membantingnya.
Shifa lagi-lagi hanya diam. Ia memandang nanar ponselnya.
"Disini gak ada Rizal. Dan lihat, lo dari tadi cuma diem doang," cibir salah satu teman Natasha.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROMANSA ANAK SMK
Teen Fiction[SLOW UPDATE] Bermula dari pertolongan saat MOS membawa Shifa kepada rentetan kejadian bersama Rizal, sang wakil ketua OSIS SMK 7 Seni. Jerih payah Shifa yang berusaha mendekatkan diri pada Rizal mengharuskan dirinya mengikuti sebuah organisasi yan...