Bagian ini aku dedikasikan kepada mereka; tujuh sahabat sedari SMP. Dan juga untuk sosok kakak kelas laki-laki yang dengan baiknya memberikan dukungan berupa semangat saat-saat itu. SALAM SAYANG, DARI SHIFA YANG KALIAN KENAL.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Flashback on.
"Hiiii"
"Hiiiiii"
"Hiiii"
"HAHAHAHAHA." Tawa mereka mengelegar keras.
Shifa memejamkan matanya. Ia berusaha sekuat tenaga menahan matanya agar tak berair. Ia tidak boleh menangis. Shifa tak mau dicap lemah oleh sekumpulan laki-laki jahat itu.
Sudah masuk bulan ketiga Shifa selalu mendengarkan kata 'Hii' dari beberapa laki-laki dikelasnya. Kata 'Hii' itu sendiri sudah Shifa tahu pasti bermakna menjijikan. Seolah ada hal menjijikan.
Awalnya Shifa tidak menyadari bahwa cacian itu ditujukan padanya. Shifa tak mengerti dan ia kira itu hanya celotehan guyonan ala cowok. Tapi, dari waktu ke waktu Shifa merasakan hal aneh pada dirinya. Ia seakan dihindari oleh beberapa laki-laki sekelasnya, tidak semua. Shifa masih diam, tidak mempermasalahkan itu. Semakin lama juga Shifa yang selalu diam, ternyata justru semakin dihindari oleh semua laki-laki kelasnya. Dan Shifa setiap hari selalu disindir-sindir dengan cacian 'Hii".
Shifa menangis untuk pertama kalinya dihadapan Angga, teman laki-lakinya dari kelas lain. Mereka memang telah berpacaran sedari kelas tujuh, tetapi diam-diam. Hingga sekarangpun tidak ada yang tahu mengenai hubungan dikeduanya.
"Kamu jangan nangis, kamu nggak sendiri. Di kelas kamu ada tujuh sahabat yang selalu melindungi kamu, kamu jangan takut sama mereka yang nggak suka sama kamu." Angga mengelus kepala Shifa dengan perlahan. Angga tidak tega melihat Shifa seperti ini. Dia tidak habis pikir dengan kawan laki-laki kelas Shifa mengapa melakukan makian konyol seperti itu.
"Ada Melia, Tania, Dinda, Rani, Mifta, Hani, Devi, yang aku pastiin bisa melindungi kamu. Mereka selalu membela kamu, ngasih semangat ke kamu, jangan takut."
Shifa semakin menangis sejadi-jadinya. Ia masih tidak menyangka cara teman laki-lakinya memberlakukan dirinya. Shifa memang manusia yang tak lepas dari kesalahan. Shifa tahu ia salah, tapi haruskah mereka terus-menerus mencaci dirinya.
Shifa tidak marah jika ia harus dipanggil guru Bk untuk dinasehati. Tapi Shifa benar-benar sakit hati tak karuan jika harus dinyinyiri terus menerus.
"Aku mending mati aja," ujar Shifa dengan tangisan yang semakin terdengar sangat menyesak.
"Aku capek!"
"Aku pengen tenang, aku gak kuat diginiin terus setiap hari."
"Aku takut dateng ke sekolah!"
"Mereka jahat, mereka kejam."
Angga tidak berkata apapun. Ia diam. Ia membiarkan Shifa melepas segala uneg-unegnya. Dan tangan Angga tak pernah lepas dari genggaman tangan Shifa.
"Aku tahu aku salah, aku tahu penampilanku kurang pantas, tapi kenapa mereka harus giniin aku?! Udah tiga bulan lebih mereka terus 'hii, hiii, hiii'. Apa aku sekotor, sejijik itu dihadapan mereka?! Aku pendosa. Aku sadar itu. Tapi kenapa harus aku?! Kenapa mereka nggak bosen terus giniin aku? ANGGA, KENAPA? KENAPA MEREKA HARUS GINIIN AKU?!"
Shifa tidak tahu lagi, ia hanya bisa menangis dan menangis.
"AKU BENCI RENANDA! BENCI BENITO! BENCI ARFO! AKU BENCI MEREKAAAA! Shifa berteriak seperti kehilangan akalnya. Ia meremas-remas seragam Angga. Shifa sakit hati teramat dalam. Cacian yang diberikan sekumpulan pembencinya telah membawa seluruh semangat hidup Shifa pergi.
"Angga, kita putus aja," ujar Shifa tiba-tiba setelah tangisan emosionalnya tadi.
"Nggak! Nggak bisa!" Balas Angga tegas, "Aku harus menjaga kamu, aku harus bantu kamu melewati takdir sulit mu ini. Aku harus ada disamping kamu, kamu jangan berpikir yang enggak-enggak, Shif! Lanjutnya lagi.
Shifa mendongak, menatap Angga dengan matanya yang telah sembab, "Aku nggak ingin kamu ikutan dicela, dicaci maki sama mereka karna mau-maunya pacaran sama manusia menjijikan kayak aku."
Angga memejamkan matanya sejenak sembari memeluk lebih erat lagi.
"Aku nggak bisa Shifa. Aku harus bangkitin kamu dalam keterpurukanmu saat ini. Ayo, bentar lagi UN, dan kamu bakal bebas dari mereka."
Shifa terus menangis tidak mau berhenti setelah mendengarkan jawaban Angga. Shifa patut bersyukur masih ada satu laki-laki yang dengan ikhlas memberikan dukungannya setelah mengetahui kesalahan bodoh Shifa.
"SHIFFFAAAAA!!!!"
Tiba-tiba saja, gerombolan perempuan yang sudah Angga pastikan ialah ketujuh sahabat Shifa. Angga memang menyuruh mereka datang di taman, tempat biasanya yang Angga singgahi bersama Shifa setelah pulang sekolah.
Angga lantas melepaskan pelukannya dari Shifa. Dan Shifa pun beralih dipeluk oleh ketujuh sahabat-sahabat baiknya.
"Shifa nggak boleh lemah kayak gini, Shifa harus kuat!" Ujar Melia.
"Shifa sabar, sebentar lagi lulus kok, sabar-sabar dulu." Kata Tania dengan pelan.
"Kamu nggak sendiri Shif," timpal Dinda dengan logat khasnya.
"Udahlah Shif nggak usah didengerin ejekan mereka," ucap Rani.
"Shifa kan kuat!" Hani dan Devi mengatakannya secara bersamaan.
Sedangkan Mifta hanya diam dan memeluk Shifa dengan pandangannya yang memelas. Mifta tidak tega melihat Shifa seperti ini, tapi ia bingung harus mengatakan apa untuk menyemangti Shifa. Dia diam dan dalam hatinya tak henti-hentinya berdoa agar Shifa segera membaik.
Flashback off.
.
.
."Kenapa Renanda sekolah disini?" Tanya Shifa pada Rizal. Rizal jadi bingung akan nama Renanda yang Shifa sebut.
"Aku takut sama dia, Kak," ujar Shifa lagi pada Rizal dengan tatapan yang sendu. Cengkraman pada lengan Rizal pun turut melemah, bahkan Shifa langsung merosot jongkok.
Rizal masih berdiri, ia mengamati Shifa dari posisinya. Dibenaknya ada banyak sekali pertanyaan;
Siapa Renanda yang dimaksud oleh Shifa?
Mengapa Shifa begitu takut bahkan terlihat trauma dari raut wajahnya ketika menyebut sosok Renanda ini?
Apa yang sebenarnya dulu pernah terjadi pada Shifa dengan Renanda sampai Shifa sangat takut?
Rizal mengikuti jongkok, dan ia usap pelan kepala Shifa,"Aku punya banyak waktu untuk mendengar apa yang mau kamu ceritain di masa lalu. Jangan takut, kamu bisa."
☆☆☆
Jangan bingung, nanti jika terus mengikuti alur ceritanya insyallah bisa memahaminya dengan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROMANSA ANAK SMK
Teen Fiction[SLOW UPDATE] Bermula dari pertolongan saat MOS membawa Shifa kepada rentetan kejadian bersama Rizal, sang wakil ketua OSIS SMK 7 Seni. Jerih payah Shifa yang berusaha mendekatkan diri pada Rizal mengharuskan dirinya mengikuti sebuah organisasi yan...