7. Just friend to you

3K 137 11
                                    

Pada pukul tujuh lebih tiga puluh menit, Angga datang dengan motor trailnya. Ayah juga Bunda yang sedang berada di teras menyambut kedatangan Angga. Mereka memang telah kenal baik dengan Angga bahkan keluarga Angga. Angga menyalami mereka berdua secara bergantian.

"Apa kabar Angga? Balik Jogja juga kamu," sapa Ayah dengan nada yang begitu sumringah.

"Kabar baik Om. Emm, Shifa ada?" tanyanya langsung.

"Ada, langsung masuk aja. Masih inget kan kamarnya." jelas Bunda.

Angga mengangguk.

Angga sudah berkali-kali memasuki rumah ini. Bahkan sangat hafal sekali isi rumah ini. Tapi sekarang sedikit berbeda. Pengaturan ruangan, juga tata letak barang-barangnya sudah diatur sangat baik. Sehingga sedikit memberi kesan luas.

Saat ini, Angga sudah pas didepan pintu kamar Shifa. Tangannya sudah berniat akan mengetuk. Tapi diurungkan. Angga mengambil nafas, lalu membuangnya secara perlahan. Ia melakukan hal tersebut selama tiga kali. Merasa sudah tenang, Angga mulai mengetuk. Suara nyaring Shifa menyaut untuk diperkenankan masuk. Angga masih bingung. Ia sudah memegang knop pintu. Tapi sudah terdahului oleh sang pemilik kamar. Dan, keluarlah Shifa dengan paras yang begitu sederhana.

Angga.

Shifa.

Mereka hanya bertatapan mata. Hingga akhirnya Angga memeluk Shifa. Rasa rindu Angga pada perempuan ini sangat besar. Ia hanya menginginkan pelukkan ini.

Shifa berbisik, "Ayo, keluar aja. Di Cafe Tiramizu."

Angga melepaskan pelukkannya. Lalu, menatap Shifa begitu dalam. Angga menautkan tangan kanannya dengan tangan kiri Shifa. Mereka berjalan bersama keluar rumah Shifa.

  ©©©

At Cafe Tiramizu.

"Shif, kamu beneran enggak mau nerima aku lagi?,"

Shifa bingung. Ia menatap mata Angga begitu dalam. Bahkan, Shifa tahu Angga benar-benar tulus. Tidak nampak kebohongan di manik mata Angga. Tapi sayang, rasa kecewa begitu besar dalam diri Shifa. Ia tak mau masuk ke lubang yang sama. Dan mengulang kesedihan yang sama. Shifa ingin hal baru yang bisa membuatnya bahagia. Memang, Angga pernah menjadi tempat bahagia Shifa. Angga telah menemani Shifa selama hampir dua tahun kurang. Dan, Angga pernah menggoreskan luka atas nama cinta di diri Shifa untuk pertama kalinya. Angga, kekasih pertama Shifa.

Shifa menggeleng. Lalu membuang muka. Angga hendak menggenggam tangan Shifa, namun dengan segera ditepis sang pemilik tangan. Angga menghembuskan nafasnya kasar. Angga menakup wajahnya dengan kedua tangannya, lalu mengacak rambutnya kasar. Shifa meliriknya. Hal itu sering Angga lakukan ketika Angga benar-benar bingung. Shifa masih tahu beberapa kepribadian Angga.

"Oke. Sekarang aku nggak mau nuntut kamu balik ke aku. Itu hak kamu. Tapi, aku boleh minta satu hal sama kamu?"

"Apa?"

"Kita masih bisa temenan kan?"

Shifa tersenyum. "Selalu."

©©©

ROMANSA ANAK SMKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang