Terlambat pada minggu kedua bukanlah hal yang menyenangkan. Berkat kejadian kemarin yang sangat parah, Alexa malas masuk sekolah. Lagipula, Alexa bukan orang yang ingin populer dengan menjadi SKSD terhadap guru ataupun siswa. Ah, ia terlalu malas untuk melalukannya.
Di mana, seseorang yang selalu siap kamera di manapun ia berada untuk menjepret setiap detail dalam suatu momen, salah? Itu bukan suatu hal yang salah, hanya saja tidak terlalu sedap dipandang mata. Alexa sendiri pun membenarkan hal itu. Mungkin hanya ia gadis satu-satunya yang memiliki tiga foto dalam galeri. Dua diantaranya adalah foto keluarga dengan Alexa yang masih berumur tiga tahun.
Alexa bukanlah gadis yang buruk rupa. Ia bukanlah gadis jelek yang repot-repot menonjolkan lekuk tubuh, dengan memakai pakaian kurang bahan mengikuti tren jaman sekarang untuk mencari perhatian, Alexa sama sekali tidak tertarik.
Alexa cukup cantik, dengan garis wajah yang identik, bibir ranum, alis tebal-jangan khawatir itu bukan lukisan-serta kulit kuning langsat. Sejujurnya, ia adalah orang Indonesia asli. Karena ibunya sangat menyukai film luar negeri ala barat, nama Alexa diambil dari salah satu pemeran utama film action di mana setiap bertemu musuh pasti menarik pelatuk pistol.
Cukup konyol mendengar alasannya, namun ibu Alexa pasti ingin anaknya selalu bahagia. Melihat arti dari nama Alexa dalam bahasa jerman adalah penolong atau penjaga, sedangkan dalam bahasa Yunani artinya pembela manusia. Intinya beliau ingin Alexa berbuat baik, menolong sesama, serta membela yang benar.
Alexa menatap gerbang sekolah yang tingginya hampir empat meter. Alasan keringat dingin keluar dari dahinya karena pintu itu dalam keadaan terkunci. Benar, ia terlambat dua puluh menit karena jam alarm rongsokan miliknya tidak berbunyi hari ini. Sialnya lagi, ia lupa bahwa ia belum mencuci kemeja putih serta rok abu-abu miliknya akibat terkena susu cokelat. Hei, jangan kira Alexa juga tidak terciprat susu cokelat itu. Ia juga kena.
Semoga saja tidak ada guru killer yang menyeretnya menuju ruang konseling untuk disidang karena terlambat belum genap satu bulan sekolah, karena Alexa akan benar-benar mengutuk guru killer itu, hari ini, serta sekolah ini.
Alexa berpikir beberapa saat, bagaimana caranya ia bisa masuk sekolah tanpa diketahui siapapun. Harusnya, proses pembelajaran belum dimulai sekarang. Bisa-bisa, beasiswa yang ia dapatkan mati-matian akan dicabut detik ini juga. Bolos dan melarikan diri pun akan mencoreng nama baiknya sebagai murid teladan. Karena jujur saja, ini pertama kalinya Alexa terlambat sekolah.
Namun pemikiran Alexa terbuyarkan saat mendengar deheman orang dibelakangnya. Mana mungkin gadis itu melupakan suara korban cokelat susu akibat ulahnya tersebut. Oke, oke, Alexa yang bersalah karena menabrak orang itu lalu menumpahkan susu yang ia rebut dari Rey-sahabat pria bak malaikat kemarin- untuk menjahili pria itu.
Ia berlari menghindari kejaran Rey, tertawa-tawa, menuruni tangga hingga ia kedua kelereng gadis itu tidak ia arahkan ke depan dan malah fokus melihat Rey yang masih bersusah payah mengejar. Alhasil, ada seseorang pun Alexa tidak sadar dan malah menabrak pria itu, dan tanpa sengaja menumpahkan susu cokelat milik Rey. Hei, Alexa sudah minta maaf, pria ini saja yang dendam.
"Saya tidak tau bahwa di sekolah paling populer pun masih saja ada murid terlambat. Bukankah murid seperti itu seharusnya dikeluarkan saja?"
Sial! Alexa ingin memaki saat itu juga. Sudah pasti pria ini dendam dengannya 'kan. Alexa yakin, pria ini menyindirnya karena masih belum bisa move on dari kejadian kemarin, astaga mungkin mantan saat Michael sekolah menengah pasti belum bisa ia lupakan.
"Aku bisa saja membantumu, tapi untuk apa? Itu sama sekali tidak menguntungkan bagiku." Pria itu melenggang lewat begitu saja, melewati Alexa yang kini seperti orang bodoh.
Apapun akan Alexa lakukan, menjilati sepatu nya pun tidak apa, asal beasiswa nya tidak dicabut atau yang paling parah dikeluarkan. Alexa tidak ingin hal itu terjadi, menjadi babu tanpa dibayar pun akan Alexa jalani.
"Tunggu.." Gadis itu menelan salivanya susah. Haruskah ia lakukan ini? Pria yang bersikap kasar padanya, haruskah ia meminta bantuan pada pria ini.
Tentunya hidup Alexa akan sangat dalam bahaya jika harus berurusan dengan pria satu ini. Apalagi, pria ini bersikap kasar padanya pada pertemuan kali pertama. Pada pertemuan awal saja pria ini sudah bertindak kasar, bagaimana kelanjutannya? Alexa pasti akan diperas akibat hari ini.
Ia tidak punya uang, apakah pria itu memeras Alexa lalu meminta kesuciannya? Jika sampai itu terjadi, Alexa akan bunuh diri saja. Tapi jika tidak dilakukan, Alexa mungkin akan menyesalinya seumur hidup. Alexa akan menerima tantangan ini, ia akan menerima resiko ini.
"Aku meminta bantuanmu, aku akan melakukan apa saja. Aku mohon tuan." Alexa memohon sembari menundukan kepalanya. Ia tidak peduli jika harus bersujud di kaki orang ini sekalipun.
Michael berbalik, tersenyum miring melihat tingkah laku gadis di depannya. Lihat, bahkan gadis itu pun bisa dengan mudah menundukan kepalanya seperti anjing penurut. Bahkan ia akan melakukan segalanya, pemandangan yang indah bukan? Mungkin Michael akan bersenang-senang sedikit lebih lama lagi.
"Ikuti aku."
~🍁🍁🍁~
Sekarang Alexa sama sekali tidak mengerti, dengan mudah pria ini masuk sekolah. Bahkan sampai repot-repot dibukakan gerbang oleh penjaga sekolah yang tengah memotong rumput, Alexa boro-boro.
Selama perjalanan, Alexa terus saja menunduk. Para guru yang lewat pun hanya melihat sekilas lalu melanjutkan perjalanan mereka. Alexa beberapa kali mendongakkan kepala untuk melihat leher jenjang pria didepannya. Dada Alexa kembali berdetak lebih dari normal.
Namun kali ini, bukan ketakutan yang ia rasakan seperti kemarin, seperti rasa canggung yang berlebihan. Alexa sendiri tidak mengerti perasaan apa yang hinggap saat ini, dilihat-lihat pria ini tinggi sekali bahkan Alexa hanya akan mencapai pundaknya barangkali.
Tulang lehernya terlihat kokoh, bahkan kemeja berwarna abu-abu itu pun terasa melekat dengan sempurna di tubuh atletis pria ini. Siapa sebenarnya dia ini? Mengapa seolah-olah Alexa dan pria ini berada dalam dunia yang berbeda, pria ini seperti diselimuti aura intimidasi yang kuat hingga siapapun tidak akan berani mendekatinya.
Meski jarak mereka hanya tiga puluh sentimeter, Alexa seolah merasa jauh sekali. Ia merasa bahwa pria ini sulit sekali digapai bahkan oleh orang terdekatnya menurut Alexa. Aduh, berpikir apa sih Alexa ini, apa urusan dengannya? Sok tau sekali Alexa ini. Dasar bodoh!
"Dimana kelasmu?" suara pria itu menyapa pendengaran Alexa, begitu berat hingga Alexa hampir merinding dibuatnya.
"Aku bertanya padamu."
Lamunan Alexa buyar ketika jari-jari dingin menyentuh pipinya, menariknya hingga Alexa mengaduh. Gadis itu menghempas tangan besar itu dari wajahnya. Sialan sekali dia, beraninya mencubit pipi Alexa, tapi mengapa tangan itu dingin sekali.
"Terima kasih, cukup sampai sini saja." Alexa beranjak, berlari tanpa mengatakan sepatah kata apapun.
Michael berdecak kesal, gadis itu kabur darinya lagi. Tapi tidak apa, Michael akan memerasnya nanti membuatnya tersiksa hingga sampai di neraka. Namun perasaan apa ini, menyelinap dengan seenaknya.
Michael melihat telapak tangannya, seolah kehangatan gadis itu masih tertinggal disana. Perasaan ini. Sial! Ia ingin memiliki gadis itu untuk dirinya sendiri.
To Be Continue....
Kembali lagi bersama saya dan (lu siapa gue sih sug), bagaimana part ini? Membosankan? Iya saya tau kok '3' sabar yah ~>_<~ kami berdua ini masih amatir '3'
Sug: lu doang gue kagak ╯ε ╰
Sana: lu lebih amatir kampret-_-b
Sug: iya sih '3' pokoknya nantikan kita lagi yg unyu unyu ini ya readers yang kedemal-kedemil >3< aishiteru~
Sana: pacarin sana semua reader '3' termasuk yg cuwu(>_<)
Sug: tolong fujoshi nya dikendaliin mbak '3'
Sana: iya pokoknya votment nya jangan lupa ya reader kedemal kedemil( ^)o(^ )
KAMU SEDANG MEMBACA
The Jerk (Yandere)
Tajemnica / ThrillerTakdir seolah terus saja menghempas Alexa tanpa henti, tanpa istirahat, dan tanpa jeda. Kedua orang tuanya diketahui meninggal di saat Alexa berumur lima tahun. Saat masuk SMA pun, Alexa harus bertemu pria gila yang memiliki kelainan. Pria ini...