Part 2 : Rival Pertama

4.4K 189 12
                                    

Alexa kembali menyentuh wajahnya yang memanas, namun rasanya seolah tangan dingin pria itu kini masih membekas di pipi Alexa. Bagaimana mungkin pria tadi memiliki suhu sedingin itu, rasa-rasanya, orang itu baru saja memegang es batu dalam kurun waktu dua menit.

Di sisi yang lain Alexa merasa jengkel, siapa dia berani menyentuh dirinya seenak jidat. Rey saja langsung ia gampar, namun perasaan aneh apa ini yang menyelinap dalam dada Alexa, ia tidak mengerti. Tidak disangka pria yang telah ia kotorkan pakaiannya, ingin repot-repot membantunya seperti tadi. Tunggu dulu, tidak- tidak-tidak mungkin. Pria itu tidak mungkin akan melepaskannya begitu saja. Melihat ia begitu baik hari ini ketika telah berlaku kasar kemarin, tentu saja pria itu pasti akan melakukan sesuatu untuk Alexa membalas budinya. Tapi jika itu yang terjadi, Alexa akan mengucap suku. Baguslah! Dengan begitu hutang budi Alexa akan lunas. Ia tidak mau dan tidak akan pernah mau memiliki hutang lagi, terlebih terhadap orang aneh itu. Semoga Alexa tidak dipertemukan lagi setelah selesai berurusan dengannya.

"Ah gawat gawat aku terlambat!" akhirnya gadis itu segera memacu langkahnya dengan kecepatan seribu. Jangan sampai ia benar-benar diseret menuju ruang konseling, tidak lucu sama sekali.

Alexa mematut dirinya berdiri di depan kelas, perasaan takut menyelinap dalam hatinya. Ia menatap pantulan dirinya pada gagang pintu yang terbuat dari batu mulia, gagang pintunya saja sudah semahal ini. Namun persetan dengan harga batu rubi bewarna merah itu, ia sudah terlambat. Lagipula, diterima di sekolah ini pun ia rasa seperti mimpi di siang bolong. Bagaimana tidak, hanya pendaftaran masuknya saja bisa-bisa menguras harta satu keluarga menengah hingga tidak bersisa.

Alexa melangkahkan kakinya. Saat ia menyentuh undakan pintu, suhu dingin seolah menggigiti tubuhnya. Hal ini bukan hanya karena ruangan itu dilengkapi Air Conditioner, melainkan kini seluruh tatapan dingin, kebencian, serta tidak suka mengerubungi Alexa. Ah, suasana kelas selalu saja seperti ini jika Alexa menampakan hidungnya.

"Alexa, lo telat? Lo gapapa? Kok tumben gak ngabarin gue kalo telat." suara Rey menjadi sangat indah disaat-saat seperti ini, Rey kembali menyelamatkannya dengan runtutan pertanyaan khawatir. Seolah Rey menjadi air dingin ditengah kobaran api yang berusaha membakar Alexa, Rey selalu menyelamatkannya.

"Kalem! Gue cuma bangun kesiangan tadi." Alexa tersenyum, ia menepuk pundak Rey lalu duduk di sampingnya. Membuat beberapa orang kembali menatap tidak suka. Rey memang tampan, atletis, dan hartanya tidak perlu dipertanyakan seberapa banyak, namun pria ini malah menempel pada Alexa yang notabene orang tidak mampu-makan untuk sehari-hari saja susah.

Lagipula, Alexa dan Rey dipertemukan dengan cara yang unik saat masa orientasi siswa, sederhana sebenarnya. Alexa yang sedang lewat diperintah oleh Rey untuk mencari tanda tangan dan gadis itu akan dibayar, namun Alexa malah naik darah dengan menampar Rey sebagai tanda kekesalannya. Anehnya, Rey malah tidak bisa jauh-jauh dari Alexa sekarang ini.

"Yakin lo cuman kesiangan? Gak yakin gue!"

Benar juga, Alexa tidak mengatakan berbagai hal pagi ini terhadap Rey. Pasal jam rongsokan miliknya rusak sehingga ia telat. Ia lupa mencuci set seragam yang kini ia kenakan. Terakhir, ia betemu lagi dengan Michael. Rey pasti tidak akan suka, jika gadis itu menyembunyikan hal ini darinya. Tapi masa bodo, deh, ini urusannya dengan pria itu. Alexa tidak ingin menyeret Rey untuk ikut serta dalam masalah ini, Alexa tidak mau merepotkan Rey lagi setelah pembicaraan kemarin kembali terngiang di kepalanya.

"Lo kenal dia?!" Rey bertanya ketika berjalan disamping Alexa.

"Kagak, gue aja gak pernah liat mukanya."

"Kalo bisa lo jangan deket-deket ama dia, gue gak suka!"

"Hahaha iyah iyah sahabatku tercinta."

The Jerk (Yandere)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang