Alexa berjalan dengan santai, di sampingnya pria berambut hitam gelap selaras dengan bola matanya mengikuti Alexa, mengekori Alexa kemana-mana bak anak ayam dan induknya-mungkin lebih mirip dengan presiden dengan pengawalnya. Siapa lagi jika bukan Akira anak manusia yang paling kaya dan tersohor. Hehe bercanda.
Meski kelas mereka berbeda lantai, Akira tetap mengantar gadis itu hingga sampai di depan kelas dengan selamat. Setelah itu, ia melangkah menuju kelasnya, begitu saja.
Beberapa murid berbisik melihat kelakuan mereka berdua. Ada yang mengatakan bahwa Alexa terlibat suatu kasus dengan Akira, atau Akira telah ditaklukkan gadis ini , atau yang terakhir Alexa adalah perempuan murahan.
Alexa diam saja ketika berjalan menuju kursinya, mengabaikan perseteruan antara para manusia di kelasnya; menentukan mana gosip yang benar. Guru pertama sepertinya tidak masuk, lalu dengan langkah ringan Rey menarik kursi kosong di samping Alexa lalu duduk di samping gadis itu.
Rey menggenggam tangan gadis itu, menyalurkan kehangatan karena Alexa seolah zombi yang bahkan sinar di matanya pun menggelap. Rey sedang tidak ingin bertanya tentang hubungan Alexa dengan pria yang mengantarnya tadi pagi-meski ia ingin.
Rey memang sering menemukan gadis itu melamun, namun sepertinya tingkat itu sudah semakin tinggi. Alexa sepertinya kembali menemukan masalah baru, terlihat dari bagaimana wajahnya yang terasa kosong.
"Rey..." Alexa memanggil nama pria di sampingnya, membuat Rey menoleh. Bahkan pria itu diam saja ketika Alexa menyandarkan kepala di bahu miliknya, hubungan Rey dan Alexa ternyata masih sedekat sebelumnya. Dan itu semakin menuai konflik baru.
Menyatakan bahwa jawaban ketigal ah yang benar. Bahwa Alexa adalah gadis murahan, namun siapa yang peduli. Baik Rey ataupun Alexa sekarang sudah terbiasa dengan cibiran seseorang, mulut manusia itu terlalu banyak. Akan melelahkan jika menutup semuanya, hal yang harus dilakukan hanyalah menutup kedua telinga sendiri.
"Percaya ga, sih, kalo hidup gue ini drama banget." Alexa tersenyum lirih "pulang sekolah temenin gue yuk."
"Kemana?" sahut Rey cepat.
Alexa memejamkan matanya, terlihat begitu kelelahan "Nemuin kepala sekolah."
"Xa, kok makin lama lo makin mirip zombie ya?" tanya Rey merusak suasana, gadis itu mendecak. Ia juga tidak mengindahkan pertanyaan Rey. Hei, Kata "cih" bukanlah jawaban yang benar.
Pemuda ini benar tentang pendapatnya. Akhir-akhir ini wajah gadis ini memucat. Embusan napasnya terkadang lebih berat daripada berat badannya. Jangan lupakan tatapan kosongnya ketika melamun--tidak perlu khawatir, otaknya tidak pernah kosong.
"Ke kantin yuk! Lo kurusan, Xa," Tawar Rey. "Gue traktir dah. Kasian gue sama lo."
Gadis itu mengangguk pasrah.
***
Dua porsi mie ayam dengan harga setinggi langit sudah terhidang di hadapan mereka. Perut Alexa entah sejak kapan kosong. Namun, selera makan sama sekali tidak terkumpul. Alexa malah enggan menyentuh hidangan itu, Rey ikut memperhatikan gadis didepannya.
Tangannya terulur untuk mengusap puncak kepala gadis itu, mengacak-acaknya hingga Alexa menjerit tidak suka. Alexa berusaha menyingkirkan tangan Rey dari kepalanya, namun Rey malah semakin membabi buta mengacak-ngacak rambut Alexa seolah belum puas melihat rambutnya kini sudah seperti singa.
"Rey elah bercandanya jangan gitu napa!" keluh Alexa sembari merapikan rambutnya.
Lalu Rey mencubit pipi Alexa gemas, "Eh Kelek gue gak tau masalah lo apaan, tapi masa lo jatoh banget gini."
Rey kemudian menyeruput es jeruk dengan nikmat sebelum kemudian melanjutkan khotbah dadakannya. "Mau dunia hancur, mau hidup lo susah sesusah susahnya orang susah, lo ga berhak nyerah, karena gue ga ngijinin lo nyerah. Dibuli lo kuat, dicaci maki lo kuat, bahkan disiram air pel-an lo juga kuat. Masa sekarang lo ga kuat, kalo lo gak mau cerita gapapa. Gue cukup menjadi sandaran lo, karena gue di sini ada untuk lo. Lo gak sendirian."
Cukup lama Alexa tertegun dengan suara Rey, pria itu benar. Meski Alexa tidak bercerita, Rey pasti akan tau karena meski Alexa menjauhinya, Rey akan tetap mendekati, mengejarnya untuk membuktikan Alexa tidak sendirian. Tiba-tiba hatinya kembali menghangat, tidak ada gunanya bersedih. Itu benar, jika itu terjadi biarlah terjadi.
Alexa hanya perlu mendoakan Ibunya, baik itu sudah meninggal atau hidup. Alexa tidak perlu gegana; gelisah, galau, merana. Hanya karena ia mendapat kabar yang bahkan belum bisa ia pastikan. Apapun kabarnya, Alexa harus dalam keadaan baik-baik saja.
Ia mengambil sendok lalu mulai memakan mie ayam di hadapannya. Benar-benar lezat, apalagi ketika hatimu sudah terasa lega dan bebas.
Rey kembali tertawa melihat Alexa makan cukup lahap. Ia kembali mengusap puncak kepala Alexa, membuat gadis itu kembali menjerit menyerukan ketidaksukaan.Dan sepasang netra hitam menatap kedekatan itu, berkilat menahan perasaan gejolak yang berusaha keluar. Rambut hitam berantakan yang selaras dengan matanya disisir ke belakang, ia buru-buru mendatangi sekolah untuk melihat gadis itu bermesraan dengan Rey Devian-lagi?
Diselipkannya diantara kedua bibirnya sebuah rokok, ia menyalakan pemantik api dan menghembuskan napasnya dengan gusar.
To Be Continued..Sana: Sana disini, tanpa Sug yang bau dan dekil itu yang sukanya makan whiskas.
hehe lucuan Sana kan daripada Sug? iya kan?! iya kan?!!IYA KAN?!!!!
h3h3h3
Sana pengen deh bikin kayak ditentuin votenya baru lanjut, tapi kemampuan Sana masih sangad amatir huhu
Sug: Halo readers kedemal kedemil, apa kabar? Saya sug tanpa Sana yang sukanya kentut sembarangan itu h3h3
Alexa: Capek banget liatin author bucin, gajelas, dan bau oli ini ya, readers! kalo bisa saya mau deh ganti author yang lebih normal.
Btw, selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang menjalankan, ya. Kalian bisa! Salam cinta <3
Happy Reading...
KAMU SEDANG MEMBACA
The Jerk (Yandere)
Mystery / ThrillerTakdir seolah terus saja menghempas Alexa tanpa henti, tanpa istirahat, dan tanpa jeda. Kedua orang tuanya diketahui meninggal di saat Alexa berumur lima tahun. Saat masuk SMA pun, Alexa harus bertemu pria gila yang memiliki kelainan. Pria ini...