Part 8 : Derajat

2.2K 111 2
                                    

"Jangan khawatir, saya hanya berbuat baik karena kamu pingsan dan demam. Kamu tidak berpikir bahwa tubuh wanita yang pernah saya lihat cuman dirimu, kan?"

"jadi, tubuhmu itu gak menarik buat pria DEWASA semacam saya. Jangan khawatir, saya tidur denganmu karena kamu semalam menangis. Dan menggenggam tangan saya semalaman."

"Jadi meski saya melihatnya, anggap saja saya sedang membantu ANAK MURID yang tengah kesusahan. Jangan salah paham dengan niat baik saya. Mengerti?"


Kata-kata yang dilontarkan oleh Michael benar-benar keterlaluan, hal itu bagai bumerang bagi hati Alexa-sialnya lagi, gadis itu tidak bisa mengenyahkan kata-kata itu. Alexa tahu bahwa ia bukanlah seseorang yang spesial bagi Michael, melainkan hanya seorang murid perempuan-ia sangat sadar itu. Jadi apakah selama ini ia hanya dipermainkan oleh sikap Michael? Lalu bagaimana dengan sikap Michael selama ini? Memeluk Alexa di tengah hujan, menggendong Alexa saat pingsan, merawatnya dengan baik. Apakah hanya sebatas itu hubungan Alexa? Ya ampun, gadis itu jadi berpikir yang tidak-tidak lagi. Bukankah jika begini Alexa yang terlihat berharap, sepertinya memang gadis itu berharap bahwa hubungan mereka lebih dari itu. Bodoh Alexa! Gunakan otakmu!

Alexa hanya ingin menangis kala itu. Dan sejujurnya, Alexa menyesal telah membuat Michael menderita hanya karena ia merawat murid miskin bermodalkan beasiswa seperti Alexa. Ah, matanya memanas saat ia mengetahui bahwa Alexa hanya ada dalam kubangan lumpur. Ia miskin, itu tidak bisa dipungkiri lagi. Bagaimana caranya Alexa menggapai pria bak berlian itu, mereka terlalu jauh.


"Permisi mister, saya ingin berangkat ke sekolah." ucapnya dingin, sedingin lantai linoleum yang menyentuh telapak kakinya.

Orang lain akan berpikir kalau Michael adalah orang baik yang sudi merawat anak orang miskin yang sakit semacam Alexa; benar dia baik hati. Namun sebaik apapun, Michael tetaplah Michael, orang dengan wajah tampan yang suka memainkan orang. Alexa hanya ingin pergi dari sini, entah bersekolah atau berbalik pulang kerumah. Ia tidak peduli.

Ia memunguti seragamnya yang sudah agak kering tanpa memedulikan tatapan Michael yang terus merajamnya. Alexa meminta ijin lalu melangkah cepat menuju kamar mandi, dan menyelesaikan urusannya di dalam sana. Alexa memikirkan bagaimana ia sampai, mungkin berjalan kaki lebih baik. Ia juga tidak perlu repot-repot untuk meminta bantuan Michael, karena Alexa ingin mengakhiri semua ini sebelum terlambat. Ia tidak mau perasaan Alexa terhadap gurunya semakin berkembang, ia akan sangat malu jika Michael mengetahuinya. Guru baik sama muridnya, eh muridnya kege-eran sendiri.

Kini ia keluar kamar mandi dengan seragamnya yang agak sedikit kusut-jujur itu sangat kusut. Setidaknya seragamnya masih terlihat bersih; dengan noda cokelat melebar akibat terciprat mobil. Well, bersih bukan? Sekarang Alexa benar-benar terlihat seperti gembel.

"Apa yang kau lakukan!? Kembali ke tempat tidur dan istirahatlah!" sekarang Michael mulai membentak pada Alexa yang baru saja pulih, Alexa cukup terkejut dengan tatapan itu. Ada apa dengan orang ini? Ia tadi diam saja, sekarang membentak? Sekali saja, bisakah Alexa mengikuti pikiran pria ini.

Alexa menghela napasnya, ia takut. Namun tetap menyorot mata hitam yang terlihat semakin menggelap itu, Alexa ingin menyumpah karena Michael tidak pernah jelek sekalipun dengan rambut berantakan. Ia semakin seksi, oh shit! Alexa tidak boleh jatuh lagi.

Alexa menatap Michael dingin, "mengapa Mister begitu memedulikan saya? Saya hanya seorang murid, mister. itu yang mister katakan." nada suaranya terdengar lirih, padahal Alexa mengucapkan itu untuk menyindir Michael. Namun mengapa, seolah Alexa yang terpojok dengan kata-katanya sendiri.

The Jerk (Yandere)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang