Part 24: Friendship??

1K 69 3
                                    

Halo Alexa, kamu baik-baik saja? Pembullyan itu benar benar tidak boleh dibiarkan ya. Hmm Bagaimana jika aku membalasnya untukmu? Hanya untukmu, tenang saja aku akan membalasnya dengan rasa sakit yang lebih lebih sakit dari sebelumnya. Aku menyukaimu!❤️

Your Boy, M

Alexa membeku di depan pintun. Sebuah kertas kecil dengan paku di sekelilingnya membuat Alexa mau tak mau sedikit ketakutan. Ia menyisir matanya, mencari sesuatu yang bisa menjadi petunjuk. Panik tidak akan menyelesaikan masalah, ia harus menyelesaikannya dengan kepala dingin. Pria ini gila, Alexa bisa menerka-nerka siapa korban selanjutnya. Namun, ia tidak tau siapa berikutnya. Ada tiga orang yang melakukan pembullyan itu terhadap Alexa, pertanyaanya mana yang akan dipilih oleh pelaku?

Alexa jujur sangat takut, ia terlihat seperti heroin dalam sebuah film thriller yang diincar psikopat gila. Bedanya, di film psikopat akan membunuhnya bukan membunuh orang yang menjahatinya. Lalu apakah psikopat ini baik? Tidak, tidak. Tidak ada psikopat yang baik, karena mereka menyelesaikan dengan cara membunuh.

Hanya ini yang bisa Alexa lakukan, ia menghubungi polisi mengatakan bahwa Alexa mendapat surat ancaman. Kurang dari dua puluh menit mobil hitam khas kepolisian menghampiri Alexa yang tengah kembali memperhatikan catatan kecil yang menempel manis di depan pintu. Alexa tidak bisa melepasnya, selain untuk menghilangkan bukti catatan itu dikelilingi paku penuh di pinggirnya sampai tidak menyisakan apapun.

Kepala polisi yang ia kenal menyapanya sebelum bertanya, menanyakan beberapa hal berkaitan dengan kejadian, lalu mencatatnya, berulang hingga sampai pertanyaan akhir.

"Bagaimana proses kamu menemukan surat ini?"

"Saya masih berada di lingkungan sekolah sampai jam lima sore. Ketika saya sampai, sudah ada kertas dengan paku yang menancap di sekelilingnya. Ini sudah kedua kalinya saya menerima surat aneh dan teror." emosi Alexa sudah stabil, mengingat hal ini tidak terlalu parah setelah sebelumnya dikirimi seonggok kepala.

   Lalu Alexa melihat Dimas berjalan di belakang kepala polisi yang telah menanyakannya. Ia tidak berkata apa-apa, hanya diam di sana sembari mengamati apa yang tengah terjadi. Alexa sendiri tidak berkomentar terhadap es hidup itu.

"Baik," pak Jarwo mencatat keterangan yang diberikan gadis ini. "Kalau begitu, boleh kami bawa kertas beserta paku paku ini? Kami akan menganalisa dua barang bukti ini. Kami akan mengecek rekaman yang dipasang di sekitar sini tempo hari."

"Baik, pak. Saya tunggu kabar baiknya." Alexa menyahut, tidak menutup-nutupi ketakutan yang mendatanginya.

Polisi meninggalkan tempat kejadian dengan membawa dua barang bukti. Nyatanya, gadis ini masih belum dapat bernapas lega. Ia perempuan yang hidup sendirian, Alexa sendiri masih tidak percaya ia masih hidup. Apakah psikopat itu tidak mau mencari mangsa baru, untuk hidup sehari saja Alexa harus berjuang.

    Ketika berbalik guna memasuki rumah, Alexa terkejut ketika menemukan Dimas di dekatnya. Menatapnya dengan wajah datar, membuat suasana menjadi canggung seketika.

"M-mau gue bikinin teh, gak?" Alexa yang pertama kali memecah keheningan yang terjadi beberapa waktu lalu.

"Tidak usah repot-repot." dan ya, pria ini masih saja menggunakan bahasa formal seolah-olah ia datang dari planet lain.

Hantaman keras! Suasana kembali hening dengan kecanggungan yang kentara. Jika sikap seseorang membuatmu mati, maka Alexa sudah mati terkena hiportemia sedari tadi. Sungguh, pria ini dingin sekali.

The Jerk (Yandere)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang