Married?!

9.3K 528 6
                                    

Author POV

Seorang pria berjalan dengan aura yang sangat dingin melewati pegawai-pegawai yang setia menunduk menunjukkan hormat kepada atasannya.

Wajah pria itu sangat tampan, namun sangat dingin. Bagi siapa saja yang melihatnya akan merasa terpesona sekaligus ngeri di waktu yang bersamaan. Namun, tetap saja karismanya tidak dapat terelakkan yang membuat para wanita tetap memuja-mujanya.

Pria itu memasuki mobil mewahnya. Mobil itu berjalan menembus jalanan kota yang cukup padat.

Sial sekali harinya kali ini. Pagi-pagi ia sudah harus menghadiri rapat penting mengenai protes dari client luar negeri yang bekerja sama dengan perusahaannya hanya karena sebuah kesalahan kecil. Clientnya kali ini adalah yang tidak biasa, ia sangat rewel bahkan untuk bagian-bagian yang menurutnya tidak terlalu penting.

Setelah menghadapi client yang menyebalkan, siangnya ia harus menghadapi manusia yang 2 kali lebih menyebalkan dari clientnya, yaitu mantan pacarnya. Wanita itu masih saja mengganggunya bahkan bersikap sangat agresif yang akhirnya membuat dirinya risih. Bukannya luluh, justru pria itu merasa jijik saat melihat seorang wanita dengan mudahnya berusaha memberikan tubuhnya kepada seorang pria.

Dan puncak hari menyebalkan bagi pria itu adalah sekarang, saat ia harus menuju ke rumahnya untuk menemui appanya. Ia memang sudah tidak tinggal dengan orang tuanya, melainkan tinggal sendiri di sebuah apartemen mewah.

Setelah lulus SMA, hubungan anak dan ayah itu semakin tidak akur. Sang anak merasa sangat marah saat sang ayah memaksanya untuk kuliah bisnis ke luar negeri, sedangkan minatnya adalah bermusik. Namun, sang ayah tetap memaksa dengan alasan bahwa hanya sang anaklah yang bisa meneruskan kerajaan bisnis keluarganya.

Mobil pria itu memasuki sebuah pekarangan rumah mewah atau lebih cocok disebut dengan istana. Ya, istana keluarga Yoo, pemilik perusahaan IT terbesar di Korea dan perusahaan-perusahaan lainnya.

Jeongyeon POV

"Aku pulang!"

Rumah ini tidak pernah berubah sejak dulu, selalu hampa menurutku. Semenjak appa sukses besar dengan bisnisnya dan berhasil membangun perusahaan lainnya, ia menjadi sangat sibuk. Eomma yang notabenenya adalah pebisnis, juga menjadi sangat sibuk dengan bisnis fashionnya. Jadilah aku seorang anak tunggal dari keluarga Yoo yang kesepian.

Ah tidak, aku bukan anak tunggal. Aku mempunyai seorang noona, namun ia sudah tidak dianggap oleh keluarga karena memilih jalan yang berbeda. Ya, dialah yang seharusnya mewarisi semua perusahaan keluarga, namun ia memilih kabur ke luar negeri untuk memilih jalan hidupnya sendiri sebagai aktris. Aku sedikit membencinya karena itu. Karena akhirnya, akulah yang menjadi tumbal harus mewarisi semua perusahaan keluarga.

"Sayang, ayo ke ruang makan. Appa sudah menunggumu." eomma menyambutku dan menarikku ke ruang makan.

Aku memasuki ruang makan dan melihat appa yang sudah duduk disana dengan wajah dinginnya. Aku sudah tidak pernah menemukan tatapan hangat dari wajah itu sejak aku masuk bangku sekolah menengah atas. Wajah itu berubah menjadi amat sangat dingin setelah kepergian noonaku dari rumah. Appa bahkan tidak pernah berniat mencari anak perempuannya itu dan merasa bahwa dirinyalah yang benar. Ya, mungkin sifat keras kepalaku menurun darinya.

Aku langsung mengambil duduk di samping eommaku. Kami memulai sesi makan malam kami dalam diam. Dentingan sendok dan garpu menemani makan malam kami. Hingga akhirnya appa mengeluarkan kata-kata yang membuatku sangat murka.

"Minggu depan kau akan menikah."

Seketika aku meletakkan sendok dan garpuku dengan cukup keras sehingga menimbulkan suara yang mengagetkan eomma di sampingku.

"Aku tidak mau!"

Aku menjawab appa dengan tatapan yang sangat marah. Eomma mengelus tanganku dengan lembut berusaha menenangkan amarahku.

"Appa tidak meminta persetujuanmu. Appa bilang, minggu depan kau akan menikah. Setuju ataupun tidak setuju." jawab appa tidak kalah tegas.

Aku segera bangkit dari kursi dan menggebrak meja makan cukup keras.

"Appa mau apa lagi, hah?! Ingin menguasai hidupku seperti apa lagi? Apa tidak cukup membuatku menderita melakukan semua ini?"

Aku berkata dengan sangat marah. Aku sudah tidak tahan lagi memendam semua ini.

"Ini yang terbaik untuk kamu! Kamu ingin seperti noonamu yang tidak bisa diatur itu, hah?!"

Appa ikut bangkit, ia terlihat sama emosinya denganku. Eomma dengan sigap memeluk appa berusaha menenangkan amarahnya.

"Sudah, sayang, jangan emosi seperti itu. Ingat kesehatan jantungmu."

Eomma berusaha menenangkan appa dan membuatnya duduk kembali ke kursinya. Aku hanya bisa diam.

Inilah saat yang paling aku benci, yaitu saat aku tidak bisa apa-apa selain mengikuti perkataan appa. Appa memiliki penyakit jantung yang sudah kronis. Ia tidak diperbolehkan terlalu banyak pikiran atau emosi yang memuncak. Aku memang tidak ingin appa jatuh sakit lagi, namun aku benci kenyataan bahwa apa yang appa inginkan selalu bertolak belakang dengan apa yang aku inginkan.

Sejak noona pergi, appa jatuh sakit, sehingga ia tidak bisa menjalankan perusahaan dengan sepenuhnya, sehingga saat aku lulus SMA, aku dipaksa masuk kuliah jurusan bisnis untuk meneruskan perusahaan keluarga.

"Baiklah, kalau kamu masih keras kepala, biarkan appa memohon kepadamu. Appa mohon, menikahlah dengan gadis pilihan appa," appa menatapku dengan memohon. Dapat aku lihat matanya sedikit berkaca-kaca. Ini adalah pertama kalinya dalam hidupku melihat appa seperti ini.

"Appa semakin menua dan sakit-sakitan. Appa tidak ingin kamu menemukan orang yang salah untuk menjadi pendamping hidup kamu. Appa memilih gadis ini karena dia yang terbaik untuk kamu. Appa mohon, menikahlah dengannya."

Aku sangat terkejut saat appa bangkit dari kursinya dan membungkukkan badannya untuk memohon kepadaku. Aku yang melihatnya tanpa pikir panjang langsung memeluknya. Aku memang tidak suka melihat appa yang pemaksa, namun aku juga tidak suka melihat appa selemah ini.

"Baiklah, aku akan menikah. Tapi aku ingin mengenal calon istriku terlebih dahulu."

Aku melepaskan pelukanku. Appa mengangguk setuju dengan permintaanku.

Entahlah aku tidak tau lagi akan seperti apa hidupku kedepannya. Tuhan, bantu aku untuk kuat menjalani ini..

Bersambung..

Married Life [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang