01

2.3K 93 1
                                    

***

Disebuah ruangan kecil dengan minim pencahayaan itu terlihat seorang anak laki-laki dengan umur kurang lebih 8 tahun berambut hitam, bermata coklat terang dan berkulit putih bersama dengan seorang wanita cantik berumur sekitar 26 tahun berkacak pinggang didepan anak laki-laki tadi.

"ean nggak sengaja tante" reihan menunduk lebih dalam tak berani menatap wanita dihadapannya.

"tante kan sudah bilang, jangan main lari-larian ean" tegas wanita itu, namun dengan tatapan lembut.

"tapi tante, kata guru olahraga ean, lari itu bikin sehat, mangkannya ean ajak kimi lari biar nggak sakit terus" ucap reihan polos.

"ini beda lagi, lari untuk anak yang lainnya memang, tapi tidak untuk kimi"

Tidak untuk kimi? Kata terakhir tante yara bundanya kimi membuat beban dalam pikirannya.

Reihan memandangi wajah cantik kimi dengan bibir yang kecil dan imut, kulitnya sangat putih bersih dengan rambut agak sedikit pirang. Matanya terus tertutup tanpa ada tanda-tanda akan membuka mata.

Benarkah ini salahku? Pertanyaan itu selalu muncul dalam benak reihan. Ia sedikitpun tidak mengerti. Apa maksud berbeda untuk kimi? Memangnya kimi kenapa?

Saat reihan berbalik hendak meninggalkan kimi, tiba-tiba suara serak kimi menghentikan langkahnya.

"ean bodoh" ucap kimi. Reihan berbalik mengahampiri kimi.

"kimi, kenapa kita nggak bisa bermain dengan puas, baru sedikit saja kamu langsung masuk rumah sakit, padahalkan aku ingin lebih lama bermain denganmu"

Terdengar tawa kecil kimi yang membuat reihan gemas sendiri. Kenapa kupu-kupu kecilnya ini malah tertawa disaat dirinya sedang menghawatirkannya?

Reihan menatap mata biru kimi. Gadis keturunan jepang-belanda ini memang sedikit menyebalkan, tapi juga menggemaskan. Usianya yang hanya terpaut 2 tahun darinya itu adalah anak dari sahabat kedua orang tuanya. Mereka dipertemukan pada saat undangan jamuan makan dirumah kimi, dan sebelumnya kimi juga selalu dirawat oleh dokter yang merupakan paman reihan sendiri dan akhirnya menjadi teman dekat.

"tunggu sampai aku keluar dari sini dulu, baru nanti kita bisa main sepuasnya ean"

"sampai kapan aku harus menunggumu keluar dari rumah sakit?"

"entah..."

Kimi menatap reihan penuh arti mungkin harapan. Hanya reihan memang satu-satunya yang bisa ia jadikan teman. Sifat lugunya kadang membuat kimi juga merasa kesal dan gemas.

Sejak kimi berteman dengan reihan, reihan selalu menjaga kimi dari teman-temannya yang selalu usil, meskipun reihan sendiri sering mengusili kimi.

Sedikit-sedikit jadi bukit🤗 kalian makin suka, aku makin semangat nulisnya😊

REIHAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang