02

1.8K 59 1
                                    

***

Terbanglah, jangan takut jatuh, karena aku akan selalu menangkapmu saat kamu terjatuh kupu-kupu kecilku.

"kupu-kupu kecilku!" teriak reihan dari bawah pohon yang menjulang besar dihadapannya yang terdapat rumah pohon diatasnya. Rumah pohon itu berada tepat disamping rumah kimi.

Rumah pohon yang ukurannya lumayan besar untuk sebuah rumah pohon. Di cat berwarna putih didominasi warna biru itu terlihat elegant. Dibuat sekitar 5 tahun lalu oleh ayahnya kimi untuk hadiah ulang tahunnya.

Saat itu kimi sangat bahagia, sangking bahagianya ia harus dilarikan kerumah sakit karena terlalu mengalami penekanan pada jantungnya.

"ean, kenapa sudah pulang jam segini? seharusnya kan kamu pulang jam tiga?" ucap kimi keluar dari rumah pohon setelah menyadari reihan datang menemuinya.

Seperti biasa, reihan akan menemui kimi setelah kuliahnya selesai. Kimi yang hanya home schooling dari Sekolah Dasar sampai sekarang sekolahnya menginjak Sekolah Menengah Atas senester akhir hanya akan bisa bermain setelah reihan pulang sekolah dan mengajaknya bermain berkeliling danau atau pasar.

"hari ini aku lupa kalau nggak ada mata kuliah" reihan masih berteriak lalu menyusul kimi keatas rumah pohon.

"kamu bolos ya?" kimi menyelidik setelah reihan sampai diatas dan duduk didepannya.

"sudah aku bilang, hari ini aku lupa nggak mata kuliah, terus aku langsung aja temuin kimi" reihan dengan polosnya lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur kecil yang disediakan diatas rumah pohon itu. Menatap langit-langit yang juga bercat putih polos, namun sudah digantungi kertas origami berbentuk burung bangau.

"kimi tau ean lagi bohong!" kimi mencebikan bibirnya. Tidak menatap reihan.

"kok bohong sih? Harusnya kan kamu seneng bisa ketemu sama aku lebih cepet?" reihan mengambil posisi duduk kembali ketika melihat wajah kesal kimi.

"aku nggak suka ya kamu menyia-nyiakan kuliah kamu. Kamu tau? Betapa inginnya aku sekolah sampai kuliah seperti kamu juga?" kimi masih tidak mau menatap reihan.

Reihan terdiam, menatap kimi sebentar. Tergambar sekali raut wajah kimi yang sedih itu, dan reihan tidak suka melihat wajah kupu-kupu kecilnya itu sedih.

"kalau gitu kamu ikut aku aja, nanti biar aku yang jaga kamu" saran reihan yang terdengar tidak masuk akal untuk kedua orang tuanya.

"nggak bisa, aku kan sudah beberapa kali bilang sebelumnya, kalo ayah sama bunda nggak ngijinin aku buat sekolah kayak kamu"

"lah, apa salahnya mencoba lagi?"

"nggak mau, aku nggak papa sekolah dirumah. Aku udah biasa, kamu yang seharusnya tidak menyia-nyiakan sekolah kamu, kamu nggak mau apa jadi orang sukses kelak? Membahagiakan orang tua kamu?"

"tentu dong, aku mau jadi orang sukses, membahagiakan orang tua aku dan kamu, nanti setelah aku sukses dan bisa membeli segalanya, aku akan melamar kamu dan kita akan menikah"

Kimi hanya tertawa kecil, melihat reihan sahabatnya itu sangat bersungguh-sungguh sekali dalam mengucapkan keinginannya.

"kenapa kamu ketawa? Emangnya ada yang lucu?"

"nggak sih, tapi kamu pikir aku mau nikah sama kamu?" ucap kimi diselah tawanya.

"ya pokoknya harus mau"

"doain aja aku masih bisa disini"

Reihan hanya menatap lembut kimi, ia menyadari kalo ia lebih suka melihat kimi tersenyum. Dan memang selama ini ia selalu melihat senyumnya menghiasi bibir kecil kimi walaupun dengan berbaring lemah dirumah sakit.

Kimi mengidap penyakit jantung sedari kecil. Dokter mengatakan bahwa umurnya hanya akan bertahan sampai berumur 18 tahun. Dan tahun ini kimi menginjak tahun ke 17. Reihan sangat takut dengan diagnosa pamannya itu, meskipun itu hanya beberapa kemungkinan bahwa kimi juga bisa bertahan lebih lama dari itu.

...

REIHAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang